30

417 65 7
                                    

Selamat membaca!

"Sunghoon? Ini pizza nya dimak—astaga Nak?! Pipi kamu kenapa? Tanganmu juga ...." Anna yang baru saja datang sambil membawa sepiring pizza pun berjalan cepat ke arah kasur Sunghoon.

Ia menaruh piringnya di atas meja belajar Sunghoon lalu mendekati Sunghoon untuk mengetahui keadaannya. "Sakit banget gak?" tanya Anna sambil memegang lengan kiri Sunghoon yang dililit oleh kassa. Tetapi Sunghoon malah menepis Anna kasar. Kalau Heeseung melihatnya sudah pasti ia ditegur dan dipaksa untuk minta maaf.

"Gak," jawab Sunghoon dengan wajar datar.

"Bunda ada salah ya sama Sunghoon?" tanya Anna. Sial, sekarang Sunghoon dipenuhi rasa bersalah saat mendengar pertanyaan itu. Mau bagaimanapun ia sangat tidak terbiasa bersikap seperti ini kepada bundanya.

Sunghoon enggan menjawab pertanyaan Anna. "Ya sudah, kamu istirahat aja ya Nak sekarang. Omong-omong mau dengar fakta menarik tentang bunda tidak?" Apa-apaan ini, kenapa tiba-tiba bundanya ingin memberi tahu fakta menarik tentang dirinya? Aneh.

Sunghoon menekuk alisnya. "Hah?"

"Dulu bunda mantan anak pramuka yang aktif," katanya lalu tersenyum, atau lebih tepatnya disebut menyeringai. "Kamu tahu kan apa saja yang dilakukan anggota pramuka? Menghafal kode-kode seperti kode morse dan yang lainnya." Begitu mengatakan fakta menarik tentang dirinya, ia pun meninggalkan Sunghoon yang masih dipenuhi tanda tanya.

"Apa maksudnya ...," gumam Sunghoon. Ia sangat tidak mengerti kenapa bundanya tiba-tiba memberi tahu kalau dirinya adalah mantan anak pramuka yang aktif? Dari sekian banyak fakta, kenapa Anna memilih memberi tahu yang itu?

Sunghoon ingin memakan pizza yang terletak di meja namun tubuhnya berkata tidak. Untuk sekedar bergeser dari ujung kasur ke ujung kasur lainnya saja sudah sangat susah, apalagi untuk mengambil sepotong pizza di meja belajarnya.

"Hoon?" Jay datang sambil membawa segelas air putih. "Kok gak dimakan?" tanya Jay saat melihat pizza yang masih utuh di piring.

"Gak bisa," jawab Sunghoon.

"Hah? Gak bisa gimana?" tanya Jay tidak mengerti.

"Gue lemes bego, tangan nutrijell gue gak sanggup buat ngambil pizzanya." Lagi-lagi Sunghoon memaki saudaranya padahal kondisinya sedang tidak baik.

"Lagian lo sih, bukannya kasih ke bunda aja kuenya. Malah lo makan, mana sok banget lagi," omel Jay.

"Abis gue udah eneg banget liat muka bunda yang kepedean bakal gue kasih kuenya, yaudah gue langsung makan aja. Lagian selama ini bunda gak pernah ngasih apa-apa di kuenya, jadi gue pikir sekarang juga kayak gitu," jelas Sunghoon. Ia mengakui kalau dirinya salah karena terlalu gegabah saat melakukan sesuatu. Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati mulai sekarang.

"Yaudah mau gue suapin?" tawar Jay.

"GAK! Males banget gue disuapin sama lo," tolak Sunghoon.

"Heh lo laper kan pasti? Udah lah ini cepet buka mulut lo." Jay mengambil sepotong pizzanya lalu menyodorkannya ke depan mulut Sunghoon, terpaksa Sunghoon menerima suapannya karena ia sudah terlalu lapar. Dari sepulang sekolah ia tidak memakan apapun selain kue buatan Anna.

"Nah enak, 'kan? By the way itu pipi sama tangan lo kenapa dah?" tanya Jay.

Sudah 3 kali Sunghoon mendengar pertanyaan tentang keadaan pipinya dan lengannya, ia sudah malas untuk menjelaskannya. "Berdarah," jawabnya singkat.

Jay belum puas dengan jawaban Sunghoon. "Berdarah gara-gara?"

"Diracun bunda." Sekarang Jay malah semakin bingung, apa hubungannya racun dengan berdarah? Memangnya ada racun yang bisa memberikan efek luka?

ELYSIUM - EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang