46

346 63 3
                                    

Selamat membaca!

"Aku melihat anakmu kemarin."

"Ah ... jadi mereka melarikan diri ke sana?"

"Bisa dibilang begitu. Jadi apa rencanamu selanjutnya?"

"Untuk saat ini belum ada rencana pasti. Aku hanya akan mengirim anak buahku ke sana untuk menjaga mereka."

"Baik. Sampai nanti, Kim Sojung."


































19 Desember 2021

"Anak-anak, ada yang mau bantuin papa beliin garam sama gula di warung depan perumahan?" tanya Seungwoo yang sedang sibuk memasak di dapur untuk sarapan mereka.

Tidak seperti biasanya, kali ini Heeseung dan keenam adiknya tidak ada yang bersedia untuk membantu Seungwoo. Biasanya tanpa disuruh pun mereka akan menawarkan diri untuk membantunya.

"Gak ada ya?" tanya Seungwoo dari dapur.

Alasan mereka tidak ada yang bersedia membantu adalah karena kalau mau pergi ke warung, mereka harus melewati rumah tua berwarna putih yang saat itu sempat meninggalkan kesan cukup menyeramkan untuk mereka, terlebih lagi untuk Jay, Sunoo, dan Jungwon.

"M-mau kok Pa sebentar kita gambreng dulu," balas Jungwon. Seungwoo menekuk alisnya, kenapa harus gambreng? Setidak mau itukah mereka membantu dirinya?

"Hompimpa alaium gambreng!"

"YES BUKAN GUE!" seru Jake saking senangnya karena ia tidak harus pergi ke warung. Keenam anak itu sekarang sangat bahagia kecuali satu orang yang mengeluarkan telapak tangannya saat gambreng tadi, orang itu adalah Jay. Entah dosa apa yang ia lakukan semalam sehingga ia hari ini sangat sial.

"Aelaahh, temenin gue dong please siapa aja. Tar gue jajanin deh beneran," kata Jay memohon. Padahal ini masih pagi, kalaupun nanti ada kejadian yang tidak diinginkan ia tidak perlu takut berlebihan seperti ini.

"Yaudah lah ayo," kata Jake. Hitung-hitung ia ikut melihat penampakan rumah tersebut secara langsung. Karena ia hanya tahu dari cerita yang di diceritakan oleh Jay, Sunoo, dan Jungwon.

"Yes!" Jay dan Jake pun pergi ke warung bersama. Saat melewati rumah tua tersebut Jay memeluk lengan Jake erat-erat.

"Apaan sih?! Geli anjir," gerutu Jake yang tidak nyaman karena Jay memeluk lengannya. Ternyata rumah tersebut tidak semenyeramkan yang ia kira, rumah tersebut hanya terlihat menyeramkan karena warna catnya yang memudar dan terasnya dipenuhi rerumputan liar yang tak kunjung dipotong.

Begitu melewati rumah tersebut, akhirnya mereka bisa berjalan dengan napas lega.

"Permisi Ibu, saya mau beli gula sama garem," kata Jay begitu ia masuk ke dalam warungnya lalu berdiri di depan meja warung.

"Ini ya, Mas," sang pemilik warung menaruh seplastik gula yang kira-kira beratnya 500 gram dan seplastik garam yang kira-kira beratnya 250 gram.

"Ibuu! Saya mau jajan es potongnya dong!"

Saat mendengar suara seseorang yang baru saja datang ke warung tersebut, Jay terdiam. "Hah? Gak mungkin." Lalu ia menoleh ke belakangnya dan benar saja, di belakangnya berdiri seorang perempuan berambut panjang yang sedang memakai kaus berwarna merah muda lalu dilapisi cardigan hitam dan rok berwarna coklat selutut.

"Isa?!" seru Jay saat ia menoleh.

"Jay? Kok?! Ahaha udah lama banget kita gak ketemu taunya kamu di sini? Kamu pindah sekolah ya?" tanya Isa.

Kebetulan yang sangat menguntungkan bagi Jay, ia sangat rindu dengan perempuan yang memiliki senyum termanis di dunia menurutnya. Kalau saja tidak Jake tahan, mungkin ia sudah memeluk Isa seerat mungkin.

"Kamu kok bisa di sini, Sa?" tanya Jay. Jake yang mendengar perkataan Jay menatapnya jijik, apa-apaan ini? Memangnya mereka sudah resmi berpacaran? Kenapa mereka berbicara menggunakan aku-kamu?

"Kampung aku kan di sini Jay, terus sekolah kan udah libur akhir semester," jelas Isa.

"Ohh gitu, kamu tinggal di mana sih? Kok kita gak pernah ketemu?" tanya Jay.

"Di blok B3 No. 9, aku baru sampe kemaren malem sih jadi wajar aja kita belom ketemu. Oiya kamu kenapa bisa di sini? Pindah?" tanya Isa.

Jay bingung mau menjelaskannya bagaimana. "Eum, iya pindah sebentar," jawab Jay. Isa hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Ini masih mau ngobrol dulu? Gue duluan nih kalo gitu," kata Jake. Ia tidak mau menjadi nyamuk di antara mereka berdua.

"Eh yaudah kalian duluan aja, aku mau bayar dulu," kata Isa lalu mengambil es potong di tempat pendingin es.

"Bayar aja Sa, aku tungguin." Jay mempersilahkan Isa lewat agar ia mudah untuk melakukan pembayarannya.

"Makasih ya Bu, oke selesai. Ayo," ajak Isa. Mereka pun berjalan ke rumah bertiga.

"Sa, nanti kan kita lewatin rumah tua itu. Emang kamu gak takut?" tanya Jay.

"Enggak, ngapain takut coba? Ya emang sih itu rumah udah kosong dari kapan tau, trus katanya sering ada yang berisik gitu kan di situ akhir-akhir ini? Aku denger dari tanteku,"

"Iya Sa, serem tau. Waktu itu aku sempet ngalamin, ada suara kayu gitu," kata Jay.

"Beneran? Pasti kamu ketakutan banget ya," tebak Isa sambil terkekeh membayangkan bagaimana wajah Jay saat ketakutan.

"Ya iya lah, serem banget Sa gak boong. Udah git—"

Krieet, srrkk

Tepat saat mereka melewati rumah tua tersebut, pintu rumahnya terbuka dan ada suara seperti sesuatu yang terseret. Seberani apapun Isa, tetap saja takut kalau melihat sesuatu seperti ini dengan mata kepalanya sendiri.

"Jay! Aaah gak sukaa! Tadi aku liat ada orang di situ Jay beneran dia ngebaring gitu di depan pintu sumpaaaah, trus gerak gituuu," kata Isa sambil memalingkan pandangannya dari rumah itu.

Jay dan Jake juga melihat apa yang Isa lihat, mereka juga sama takutnya dengan Isa. Tetapi ada satu hal yang membuat Jay teringat akan sesuatu. Sweater hijau army yang dipakai oleh orang yang berada di dalam rumah tersebut seperti baju yang pernah ia lihat tapi entah di mana.

Tidak tahu dari mana datangnya keberanian Jay, ia nekat mendekati rumah tersebut. "Jay anjir! Gila apa?! Ngapain lo samperin itu rumah?" tanya Jake. 

Mata Jay terbelalak. "Gak mungkin ... Jake sumpah bilang ke gue ini mimpi," kata Jay sambil menghadap ke arah Jake.

"Apa sih? Ini bukan mimpi, ini real life," balas Jake. Aneh sekali saudaranya yang satu itu, bertanya hal yang sudah pasti jawabannya.

"Doain gue ya," kata Jay. Ia pun membuka pagar rumah tersebut dan berjalan ke arah pintu rumah tua tersebut. Jake dan Isa sangat heran melihat tingkah Jay, bukannya baru saja ia bilang kalau ia takut kalau melewati rumah ini? Tapi kenapa sekarang ia malah nekat masuk ke dalam? Apakah ia mau melakukan paranormal experience?

Jay pun menghampiri seseorang yang terbaring di lantai depan pintu. Perlahan ia menyibak rambut orang itu yang menutupi wajahnya.

"Hah?! J-Jake! Isa! Sini cepet!"

《《《 》》》

《《《 》》》

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ELYSIUM - EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang