Tuan Look Van Schouwenburg adalah salah satu bangsawan terkenal pada masanya, sebagai seorang pengusaha percetakan dimasa koloni Tuan Look Van Schouwenberg dibilang cukup sukses hingga memiliki beberapa property di Jakarta yang kala itu masih bernama Batavia. beliau dan keluarganya tinggal dipusat kota dan memiliki satu restaurant terkenal bernama indonesische luxe.
Pada masanya restaurant ini terkenal memiliki acara malam yang sangat megah bak acara gatsby yang kamu lihat di film-film, para wanita bangsawan dari belanda hingga keturunan ningrat pribumi sering berkumpul berpesta ria disana. kini restaurant itu hanya tinggalah nama, dikarenakan Tuan Look Van Schowenburg meninggal dunia di tahun 1952......
***************
Aku membaca dengan seksama salah satu artikel sejarah koloni di indonesia dan terdiam, Asih terlihat masih menungguku berbicara, terlihat khawatir melihatku tatapan mataku yang linglung.
"Nik, kamu kenapa? jawab akuuuuuuu" Asih menggoncangkan bahuku kuat kuat, lalu aku menatap matanya.
"ndak papa sih, aku tadi cuma keinget sesuatu aja... kepalaku pusing aku masih butuh tidur kali ya?"kataku mengisyaratkan agar Asih kembali ke kamarnya. Asih mengangguk
"yawess, nanti aku coba keluar cariin kamu minyak tawon sok turu!" Asih bangkit dari kasur dan meninggalkan aku sendirian dikamar.
Aku butuh jawaban
tidak lama Seno menelfon, lagi- lagi sebuah kebetulan.
"Halo Nik, kamu udah makan? aku kesana yah? bawain kamu makan."
Aku merasa memang harus bertemu Seno hari ini, dia harus menjelaskan kepadaku tempat apa yang kami kunjungi kemarin.
Aku merebahkan tubuhku menatap langit langit dan memejamkan mataku...
*****************************
"Nik?..." Suara Seno menyusul setelah tiga ketukan pintu kamar membangunkan ku, aku membuka mata dan melirik kearah jam, pukul 15:30 sore.. lalu bangkit berdiri dan membukakan pintu untuknya.
Hari ini Seno mengenakan kaos oblong berwarna kuning kunyit, membuat kulitnya yang berwarna sawo matang tampang lebih cerah dan bersih. Seno tersenyum lalu meletakan kantong yang dibawanya dan mengangkat tubuhku kembai ke kasur.
"kesayanganku kenapa mukanya pucet banget?"
"Sen... " aku ragu ragu membuka pembicaraan, Seno sepertinya mengerti bahwa ada sesuatu yang ingin aku tanyakan lalu dia menggenggam tanganku dan tersenyum mengangguk.
"tanya apa hayo?" Seno tersenyum dan melepaskan genggamanku.
"Barusan aku cari tau soal indonesische luxe, karna aku mau ajak Asih kesana... tapi yang aku temuin cuma artikel artikel masa penjajan aku..." Aku menghentikan perkataanku ragu..
" teruuuus? " timpal Seno sambil menaikan alisnya, menatapku seakan akan aku konyol..
" aku gatau itu tempat apa, aku ngerasa aneh.. dan ada bekas lebam dikedua paha aku sekarang... itu tempat apa Seno??"
"Nik, kan aku udah bilang kalau tempat itu jarang ada yang tau karna sangat private. cuma orang tertentu yang bisa masuk kesitu. dan kebetulan keluargaku kenal dengan keluarga yang punya"
"maksud kamu orang ini?" kataku sambil menunjukan foto tuan Look dari layar hpku.
Seno mengangguk.
"Seno, dia udah meninggal 60 tahun yang lalu!! dan aku ngeliat dia kemarin disana!" aku menimpali setengah berteriak.
"yaampun Niiiik, terus kamu mikir itu tempat setan gitu? masa iya aku ngajak kamu ketempat angker sih... yang kamu lihat kemarin itu adalah cucu dari Tuan Schouwenburg! hahaha"
"well, bassicly they have the same name karna memang itu nama keluarga mereka sih" lanjut Seno.
"aku gak percaya, aku liat jelas banget kalau itu dia kok! gamungkin semirip itu"
"emang kamu merhatiin banget? ngapain kamu merhatiin om om begitu hah?" Goda Seno.
aku masih terdiam.
"yaudah, besok aku ajak kamu dan Asih pergi kesana ya? biar Asih lihat sendiri tempatnya gimana... mau?" tanya Seno sambil mengangkat daguku yang sedari tadi menunduk.
"udah ah, ngapain kamu nanya hal konyol kayak begini... mending kamu makan udah sore kamu belum makan sama sekali kan?" Seno bangkit mengambilkan bungkusan yang tadi dibawa.
"yaudah, aku balik ya? aku cuma mau bawain kamu makanan dan kangen mau ngobrol sama kamu hehe"
"loh terus udah mau pulang??" aku cepat cepat menatap wajah Seno, aku melihat kekakuan diwajahnya.
"iya udah mau maghrib, aku harus pulang Nik besok aku kesini lagi okay?"
Tak lama Seno pamit pulang, aku mengantarnya hingga depan garasi dan dia mencium keningku
"aku jalan ya, kamu hati hati.. istirahat aja nanti juga lebam dikakimu hilang kok, udah nggak sakit kan?"
Aku mengangguk mengiyakan, lalu melihat Seno pergi melesat dengan mobilnya.
berjalan lunglai kembali ke kamar, aku melihat Asih menunggu didepan pintu.
"katanya capek, kok keluar keluar?" tanya Asih.
"barusan anter Seno sampai bawah Sih" aku mempersilahkan Asih masuk kekamar
"Seno? dari tadi ada Seno disini?" Kata Asih sambil mengerutkan dahinya.. wajahnya menyiratkan banyak tanda tanya.
"iya, kenapa emang?"
"aku dari tadi denger kamu ngobrol sendiri, aku kira kamu lagi telfonan? aku gak denger suara cowok sama sekali perasaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
bercinta kepada malam
RomanceKarnika baru saja tiba di jakarta berniat untuk melanjutkan pendidikan nya, namun dia tidak mengira bahwa ada sosok lain yang mengagguminya sejak lama, memaksanya masuk ke kehidupan yang lain, kehidupan yang dirasa lebih mudah untuk dijalani.