Siapa wanita itu? kenapa Seno tidak pernah memberitahuku soal dia?? apa yang sesungguhnya ingin dia bicarakan
dan...
kenapa Seno menyuruhku pulang?
aku terus memikirkan apa yang baru saja terjadi, entah mengapa kian lama makin banyak teka teki mengenai Seno yang aku tidak ketahui.
tiba tiba pergelangan tanganku terasa sakit sekali, rasa nyeri dan pegal menyengat pada tangan yang tersematkan gelang pemberian Ibu Seno.
Sesampainya dihotel aku merebahkan tubuhku dikasur, udara bali yang panas seketika berubah ketika udara sejuk dari Air Conditioner mengelilingi ruangan membuatku semakin pusing.
aku menatap langit langit kamar dan mengangkat tanganku keatas berusaha meraih lampu diatas kepalaku, lalu aku menatap gelang pemberian dari Ibu Seno.
menghela nafas, kemudian menggulingkan tubuhku keposisi tengkurap.
menangis meredam suara pada bantal yang kini sudah basah dengan air mataku.
mana mungkin Seno mau denganku yang hanya gadis kampung seperti ini? aku yang gila. terlalu terbutakan oleh kebaikan Seno.
aku bukan siapa -siapa dibanding wanita tadi.
suara dering telfon terus berdering, aku tau itu pasti Fabian... maaf, aku sedang tidak berenergi untuk menjawab telfonmu.
aku mendesah lalu memutuskan untuk mandi, badanku lengket dan tidak berhenti menangis karna tidak bisa memikirkan apapun selain kejadian tadi.
waktu menunjukan pukul empat sore dan Seno belum juga kembali, berarti mereka sudah berbincang selama dua jam.
apa saja yang bisa dibicarakan selama dua jam?
kabar? perasaan? persetan.
***************************************************************
Moodku semakin membaik setelah aku menghabiskan waktu berkonsetrasi pada conditioner dan lulur, aku tidak lagi memperhatikan jam.
masih dengan balutan handuk aku berjalan menuju meja cermin untuk meraih hpku.
11 missedcall dari fabian
posessive.
Aku menekan tombol hijau dan mencoba menghubunginya kembali.
"Nik!" terdengar suara Fabian setengah berteriak
"Yaaa kenapa Bi? tadi aku ketiduran dan baru selesai mandi"
"Aku butuh ketemu kamu, sekarang! share me your location i'll be there in five"
wong gendeng....
"kamu ngapain tiba tiba dibali sih? ada apaan Bi? aku jauuuh dari denpasar"
"Demi Tuhan Nik, ini tentang keselamatanmu!"
"hah? maksudnya???"
Dahiku mengerut sekali lagi memperhatikan jam, pukul setengah 6 sore. kesal karna tak juga Seno memberi kabar kapan akan kembali pulang.
"okay, kamu dimana? aku saja yang ketempatmu" jawabku sembari menuju lemari pakaian.
"oke aku kirim alamatku" Fabian menutup telpon.
setelah rapi mengenakan baju, aku berjalan menuju lobby untuk memesan taxi, namun tidak ada siapapun, tidak ada receptionist, tidak ada staff lobby maupun security.
aku mencari-cari hingga arah taman tetapi tidak menemukan satu orang pun, tamu lain yang biasa berlalu lalang juga tidak aku jumpai sama sekali.
tanpa pikir panjang aku terus berjalan hingga ke gerbang hotel, hari sudah semakin gelap aku harus segera berangkat.
entah karena jalan ini masih memasuki wilayah pribadi atau apa, tetapi yang kutemui sepanjang jalan hanyalah kekosongan.
aku tak menjumpai satupun orang lain yang berjalan kecuali aku, namun untungnya lampu jalan masih menyinari.
aku terus memainkan hpku tanpa menoleh kanan dan kiri, takut takut aku melihat hal hal yang ya ampuuun jangan sampe!!!
lalu tiba tiba... aku mendengar suara anak kecil tertawa dari arah belakang.
aku menoleh...
tidak ada siapapun
mampus aku!
Aku mempercepat langkah hingga ujung pertigaan jalan.
dari kejauhan aku melihat dua orang laki laki tua yang membawa pisang gepok, takut takut mereka bukan manusia aku mencoba memperhatikan kedua laki laki tesebut, yang satu berbaju biru dan yang satu lagi berbaju putih bercorak...
merasa sedikit tenang aku mendengar mereka berjalan sambil berbincang.
manusia nih kalo yang ini pasti.
memberanikan diri aku mencoba memanggil bapak-bapak itu
"permisi pak..." lalu mereka menoleh
"eh ada apa ini perempuan sendirian didaerah sini?" tanya Bapak berbaju biru
"oh nggak pak, saya dari hotel dijalan sana, saya mau mencari taksi untuk pergi ke kuta kira kira bisa cari dimana ya pak?" mendengar perkataanku dua laki laki itu seperti bingung dan saling pandang.
"Mbak dari hotel sana?" kata bapak satunya sembari menunjuk arah Hotel yang dimiliki Seno, lalu aku mengangguk
Bapak yang satu lagi tampak tercengang dan menelan ludahnya, namun diam tanpa bicara apa apa.
"hmm... Mbak kenal sama pemiliknya?" tanya si bapak baju biru dan aku mengangguk.
"Saya kenal pemilik dan keluarganya Pak"
"oh gitu... yasudah Mbak, saya yakin mbak orang baik biar kami antar hingga mbak dapat taksi" kata bapak berbaju putih, lalu si bapak berbaju biru menarik baju temannya
"yakin?"
"sudah, kasian... "
antara bingung dan tidak perduli dengan pembicaraan mereka, aku mengikuti mereka berjalan dari belakang.
hingga akhirnya aku menemukan taksi yang lewat, sebelum naik aku berterima kasih kepada kedua bapak tersebut dan memberikan upah sebagai tanda terimakasihku.
mereka hanya mengangguk dan memperhatikan mobil taksi yang kutumpangi menjauh.
****************************************
KAMU SEDANG MEMBACA
bercinta kepada malam
RomanceKarnika baru saja tiba di jakarta berniat untuk melanjutkan pendidikan nya, namun dia tidak mengira bahwa ada sosok lain yang mengagguminya sejak lama, memaksanya masuk ke kehidupan yang lain, kehidupan yang dirasa lebih mudah untuk dijalani.