tilas balik

4.2K 457 29
                                    

Aku hanya bisa terdiam saat melihat Seno berdiri berbincang dengan kedua laki laki asing itu, matanya sangat tajam dan tatapannya begitu dingin...

aku tidak bisa mendengar apapun yang mereka bicarakan namun aku melihat sekilas Seno mengerlingngkan matanya kearahku, menunduk, kemudian tersenyum.

Apa itu benar Seno? dimana aku sekarang? haruskah aku menyapanya? tapi bagaimana kalau dia bukan Seno???

secepat kilap aku mengedipkan mata, secepat itu juga Seno menghilang dari pandanganku dan kedua laki - laki itu berjalan kembali kearahku.

" sesuk carikan ayam cemani rongatus ekor lan nggawa kopi dengan lisong, saiki ada beberapa emas bawa kepasar! "

lalu pria itu melihat kearahku dengan ketus " Sampeyan kenapa masih disini?? "

aku hanya bisa menggeleng, lalu pria itu berkata " Namaku Raden Wijaya, keturunan asli dari kerajaan Singasari! kalau kamu mau selamat, kamu harus tunduk! "

Aku, seorang mahasiswa Fakultas FIB, peneliti kerajaan kerajaan Jawa kuno, terpaku diam menatap laki laki yang kini berdiri tegak dihadapanku.

Raden Wijaya, calon Raja pendiri kerajaan Majapahit... aku kini tengah berada dalam persekutuan besarnya dengan demit genderuwo untuk menghancurkan jayakatwang.

jika benar yang diceritakan Seno saat itu, berarti... 

dia menceritakan pengalamannya sendiri.

dan lalu tokoh utama dari cerita ini pingsan untuk kesekian kalinya.

***************************************

hari sudah mulai pagi ketika aku membuka mata, berharap agar semuanya hanyalah mimpi namun yang pertama kali aku lihat adalah wajah tangan kanan Raden Wijaya.

Gusti Endara, kalau tidak salah.

Saat melihatku terbangun pria itu tersenyum dan kemudian menunjukan kuali kecil yang berisikan teh panas, beberapa wanita berbalut kain yang sama sepertiku bolak mandir seperti sedang menyiapkan sesuatu, diantara wanita itu mereka tersenyum dan tertawa centil serta berbisik menunjuk kearah belakangku yang tak lain dan tak bukan Raden Wijaya.

aku memperhatikan wajahnya yang tampan dan bersih, dizaman seperti ini pasti dia sering mandi sehingga badannya tidak kusam seperti para pekerjanya.

menyadari bahwa kini aku berada di masa lampau, dan Seno bukanlah seorang manusia aku bertekat untuk menemuinya malam nanti. 

jika ini satu satunya jalan agar aku bisa berbicara lagi dengannya, aku tau dia pasti mengenaliku... aku harus menemuinya malam ini.

aku menghampiri Gusti Endara yang sedang sibuk memandori para pekerja untuk menyiapkan sesajen dan juga gamelan yang akan dipertontonkan pada ratusan mahluk halus nanti malam 

" Wis Rampung Den? " tanyaku sopan

Gusti Endara mengangguk dan sekali lagi tersenyum.

" Masih gadis bahaya sendiri ditengah hutan, tak kira sampeyan iki jadi jadian "

" tersesat Den, Saya ra iso mulih "

" wis, tunggu sini kalau acarane dah selesai semua sesuk diantarkan pulang... dimana toh rumahmu? "

mampus, semarang jaman gini disebutnya apa ya... 

" arah ke perkampungan sebelah sana " jawabku asal menunjuk jalan.

" lah dalah... memang kita akan kearah sana ndak usah kuatir " jawab Gusti Endara sembari membetulkan blangkonnya dan mengangkat tangannya mengatur ayam ayam cemani ke gerobak yang sudah disediakan.

" Den... boleh saya tanya? " tanyaku lagi

" monggo " 

" siapa pria gagah yang muncul dari balik pohon tadi malam? "

Gusti Endara yang sedari tadi bicara tanpa melihatku betul betul, kini membalikkan badannya dan sedikit membungkuk.

"ssst! jangan kenceng-kenceng, mereka-mereka ini ndak tahu kalau ini semua buat sajen!"

aku cepat cepat menutup mulut.

" yang tadi malam itu, sebutanne Pangeran lelembut! Genderuwo, penguasa Gunung Lawu! Jenenge Abdi Ararya Balakosa "

" jangan tertipu dengan tampilan luarnya, asline segede gunung! serem! " lanjut Gusti Endara lagi.

sekelibat bayangan Seno yang selama ini berada disampingku, senyumnya... harumnya...

ayam cemani!! sepanjang hubungan kami, hanya ayam cemani yang pernah dimakan Seno dihadapanku...

badanku bergetar, bulu kudukku meremang.

" sudah, jangan dipikirin! setelah semua selesai kamu pasti balik dengan selamat, mereka mereka ini juga tinggalnya tidak jauh dari perkampungan didaerah sana " lanjut Gusti Endara lalu pergi meninggalkanku dan menlajutkan tugasnya.

lemas terduduk, aku baru menyadari keanehan keanehan yang terjadi pada Seno selama ini... bagaimana ia bisa berada diujung koridor kampus dengan matanya yang berwarna merah gelap, bagaimana Seno bisa tiba tiba membaca fikiranku saat kami pertama bertemu...

lalu... 

semakin aku fikirkan, kebenaran mengenai Seno semakin abu-abu, terdengar mustahil... namun kenyataannya, itu lah yang membuatku ada disini.

**********************************

Fabian menepuk-nepuk pipiku yang sedari tadi masih duduk terdiam dibangku depan rumah Mbah Suwarni, mataku terasa panas karna terus membelalak tanpa berkedip sama sekali.

nafasku se-akan tertahan, dadaku sakit se-akan tertindih.

lalu kakek itu mengusap wajahku dan membantuku untuk bersender pada senderan kursi.

" gadis ini baru saja kembali dari dunia tempat demit itu tinggal "

" dibawa kemana ki? " tanya Fabian sembari memegangi bahuku.

" Saya pertemukan dia dengan leluhur dan juga awal pertemuan mereka "

" Maksud aki bagaimana? "

" gadis ini sudah jadi incaran mahluk itu dari ratusan tahun lalu, melalui perjanjian musyrik yang dilakukan oleh leluhurnya sendiri "

seluruh energiku seakan terkuras habis, yang dapat aku fikirkan terakhir kali adalah wajah genderuwo yang mengejarku ditengah pasar dan wajah Raden Wijaya.

lalu, apakah aku seorang keturunan kerajaan Majapahit?

bercinta kepada malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang