mahluk tak kasat mata yang memiliki hati

4.4K 479 69
                                    

Tuhan menciptakan berbagai macam pelengkap kehidupan...

Tuhan menciptakan manusia dengan keindahan dan kepintarannya, mahluk liar berkaki empat, melata dan berinsang...  juga yang bertumbuh menjulang tinggi menghadap angkasa lengkap dengan buah yang dapat dipetik dan dinikmati, hembusan angin dan juga pasir yang berbisik

semua

ciptaan Tuhan

tak terkecuali aku, bangsa Jin yang siapapun tak dapat melihatnya tanpa seizinku.

dunia yang kau ketahui hanyalah segelintir informasi yang sesungguhnya perlu banyak dikaji kembali.

badai topan, tanah longsor, gunung kebakaran tak selamanya sebatas cobaan.

mahluk seperti aku juga memiliki pekerjaan dan kebutuhan.

seperti halnya manusia, sebagian dari kami adalah mahluk yang jahat namun ada juga yang berbudi, suka menyakiti manusia dan ada pula yang suka membantu mereka.

namun aku, aku ditakdirkan untuk mencintai satu manusia bernama Karnika.

dalam duniaku, kami mengawini satu sama lain dan melahirkan anak anak yang nantinya dapat terus mengimbangi hidup didunia dan memimpin kaum sesama kami di singgahsana raja raja dalam dunia yang berbeda. 

dan aku adalah salah satu dari anak anak tersebut.

perjanjianku dengan raden wijaya dan juga pengabdinya adalah sesuatu yang bukan aku kehendaki, tapi aku yakin itu sudah kehendak dari yang maha kuasa.

Gusti Endara memberikan keturunannya untukku semata-mata sebagai tumbal yang kemudian setelah aku menatapnya untuk menyakitinya saja aku tak tega, apalagi menyantapnya hidup-hidup?

ratusan tahun aku hidup didunia ini, siapa saja keturunan nya bisa kujadikan ratu di alam yang ghaib ini namun tak ada satupun yang aku sentuh.

aku hanya ingin satu, Karnika. itu saja.

***********************************************************

hal pertama yang aku lihat pagi ini saat membuka mata adalah wajah Fabian yang masih tertidur tenang di sebrang kasurku

ia tidur di dipan kayu yang dialasi dengan lembaran selimut tipis agar tubuhnya tidak sakit.

aku terus menatap wajahnya yang pulas dan terlihat lelah, lalu menyadari bahwa tadi malam sangatlah dingin sehingga dia memaksakan membagi dua alas selimut untuk menutupi telapak kakinya yang bertelanjang.

aku bangkit dan memberikan selimutku untuk menghangatkan tubuhnya lalu pergi keluar untuk menghampiri mbah Suwarni.

tepat didepan kamarku aku dapat melihat jam kayu tua yang menunjukan pukul setengah enam pagi, matahari sudah diatas langit dan diluar sudah cukup terang untuk aku dapat melihat ombak pantai dari kejauhan.

setelah bersih - bersih, sayup terdengar suara Mbah Suwarni dan anak laki-lakinya sedang berbicara diberanda depan

aku menghampiri mereka

" Sudah bangun Nduk? " sapa Mbah Suwarni, anak laki-lakinya segera bangkit dan berpamitan untuk kembali kedalam rumah setelah mempersilahkan aku menduduki tempatnya.

" badanmu apakah ada yang terasa sakit? "

aku tersenyum dan menggeleng " Ndak Mbah, matur nuwun sudah izinkan kami tinggal disini... "

" Ndak papa, Mbah senang bisa membantu... Aki Sugandring akan datang sebentar lagi dan dibelakang ada teh manis juga ubi lembu untuk sarapan "

" iya Mbah... saya bantu bebersih ya Mbah " aku bangkit dan mengangkat cangkir teh sisa Mbah Suwarni dan anaknya untuk dicuci dibelakang.

begitu melewati kamar kami, aku melihat Fabian sudah terbangun dan membereskan kasurnya

" pagi Nik " sapanya sembari mengusap mata dan menguap

" pagi Bi, ayo cepat bersih bersih dan bantu aku bebenah " kataku sambil tersenyum dan menunjuk arah dapur Mbah Suwarni.

" yuk, bentar ya aku cuci muka dan sikat gigi dulu "

" oke " balasku

Fabian membantu anak mbah suwarni mengeluarkan ayam ayam mereka dari kandang dan memberi pakan, sedang aku membantu mencuci piring dan menyapu halaman Mbah Suwarni.

sesekali aku melihat mbah suwarni yang sudah tua itu tersenyum dan tertawa melihat tingkah kami yang berlarian mengejar ayam yang berkeliaran terlalu jauh 

hingga sekelibat aku melihat bayangan Seno dibalik pohon jambu tua tak jauh dari halaman Mbah Suwarni, lalu ketika aku mencoba mendekatinya bayangan itu menghilang.

" dia tidak akan berani ketempat ini " terdengar suara Aki Sugandring berteriak dari kejauhan mengaggetkan kami.

Fabian yang mendengar perkataan Aki langsung berlari menghampiriku

" ada apa Nik? "

" ah? enggak, aku kayak lihat Seno disana " kataku sembari menunjuk pohon tadi

lalu Fabian menarik tanganku untuk kembali masuk kedalam rumah.

duduh diteras Aki Sugandring meletakan tongkat dan kantong hitam yang sedari tadi ia pegangi.

" bawa apa Ki? " kata Fabian 

" ini ajimat sementara yang dapat kalian bawa untuk bekal kembali kejakarta nanti " balas Aki sugandring.

" kenapa Seno tidak berani datang kesini Ki? " aku memotong pembicaraan mereka, entah kenapa perkataan Aki tadi mengganggu fikiranku

" karna Den Fabian ada disini "

" hah? saya Ki? " jawab Fabian terkejut lalu kami saling berpandang heran

" sampeyan tau jayakatwang? " jawab Aki Sugandring, Fabian dan aku mengangguk.

" kamu adalah salah satu keturunannya dan dia mewariskan ajimat ajimat tak kasat mata dalam tubuhmu... kamu memiliki penjaga yang sama kuatnya dengan mahluk itu jadi dia tidak bisa mendekatimu sembarangan " jawab Aki Sugandring sembari tersenyum.

" kamu tau siapa yang membawamu ke kampung ini? " Fabian menggeleng

" penjagamu membawamu kemari karna tanah ini adalah tanah kekuasaan mereka "

mataku terbelalak, mulutku terbuka lebar menganga.

 TOLONG KELUARKAN AKU DARI SEGALA MISTERI YANG ADA DIDUNIA INI !!!!

teriakku dalam hati.



PS : halo semua teman teman kesayanganku!! terima kasih doanya hehe tenang aku sudah sembuh dan siap mendongengi kalian lagi kok! jangan kemana-mana ya! sedikit lagi!!




bercinta kepada malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang