Day 1

3.6K 225 101
                                    


Dua wanita cantik bertopi bonett yang sebelumnya terlihat anggun tersenyum menatap kami sembari memegangi cangkir teh cantik seperti di film bridgerton kini terlihat menyeramkan...

tapi tetap cantik.

jika sebelumnya aku menatap mereka grogi karna tidak tau harus berbicara dengan bahasa apa, kini aku takut mereka bisa mengetahui pikiranku yang sedang menantang diri harus berani memasuki restoran ghaib tanpa memikirkan caranya lari pontang-panting.

tidak lagi menghampiri kami, aku rasa mereka sudah menyadari bahwa aku tahu mereka hanya dua mahluk halus yang terjebak di dunia ini, dunia yang seharusnya tidak mereka tempati lagi.

Seno melirik.

"kamu tau kan, aku sama mereka... sama sama bisa ngerasain apa yang lagi kamu fikirin?"

tatapan seno berubah menjadi dingin, dia menyeringai... senyumannya terlihat jahat membuat bulu kudukku berdiri

beberapa saat aku melirik ke arah pintu dan memikirkan butuh berapa waktu untukku berlari mengangkat kaki dari sini apabila mereka bersama-sama memutuskan untuk memakanku.

lalu tiba-tiba tangan Seno mencengkram kedua lenganku, hidung nya mendekat dan mengendus leherku seperti vampir dalam film twilight yang aku tonton dua hari lalu bersama Asih.

tidak sampai dua detik, dua wanita belanda itu sudah berdiri di hadapanku dan melakukan hal yang sama seperti Seno.

Ya Allah... apabila betul mereka ingin memangsaku hidup hidup...

lalu tiba-tiba mereka tertawa dan melepaskan cengkraman nya dari tanganku.

Seno tergelak dan melompat ke sebelahku dan dua wanita setan itu mundur tertawa menutupi mulut mereka.

"maafkan kami... kamu terlihat sangat lugu ketika membayangkan kami memakanmu" jawab salah satu wanita belanda itu, yang setelah aku sadari ketika ia mencoba memegang tanganku... tangannya hanya melayang mendekat dan tidak menyentuhku sama sekali.

lalu Seno memegang tanganku "kan aku bilang mereka bisa denger, kamu malah ngebayangin yang nggak-nggak"

cih, sudah seharusnya aku terbiasa dengan hal-hal mistis seperti ini tapi tetap saja... aku tidak akan pernah bisa terbiasa dengan suasananya.

tak lama kemudian setelah menatap mata Seno untuk beberapa saat dan menganggukan kepala, kedua wanita itu kembali ke tempat duduk mereka.

barulah aku tersadar bahwa... tempat ini ramai sekali dengan mahluk tak kasat mata, salah satunya adalah laki-laki besar yang seluruh tubuhnya berwarna hijau.

laki-laki itu melirik kami dengan tatapan kosong tak sampai tiga detik, lalu kembali diam menempel di langit-langit.

pernah ngompol di umur 18th? ya... sepertinya saya akan melakukannya disini.

lalu Seno marik tanganku menuju tangga

"waktu itu... perasaan sepi"

"karna aku belum membuka mata batin kamu, jadi kamu cuma bisa melihat hal-hal yang aku kepingin kamu lihat. kali ini, aku buka... supaya kamu bisa tahu semua, supaya aku gak perlu berbohong lagi"

kami terus menelusuri tangga hingga ke lantai 4

penthouse yang sempat kami singgahi beberapa waktu lalu.

saat itu, ruangan ini terlihat bersih dan berhawa sejuk, namun entah kenapa... yang saat ini aku rasakan adalah hawa panas dan debu.

Seno menjentikan jarinya, dan ruangan itu berubah seketika menjadi seperti sedia kala.

"pilih mana? yang asli atau yang palsu?" kata dia mengangkat alisnya.

" yang asli tapi kalo bisa bersih kayak gini"

Seno mengangguk, menjentikan jarinya sekali lagi... lalu datang beberapa mahluk yang menyerupai manusia setengah transparan membersihkan ruangan itu.

aku melongok

"cleaning service gitu?"

"gapernah lihat hantu bebersih? nah sekarang kamu bisa lihat" seno tertawa

ntah apakah aku harus kagum atau ngibrit dari sini sekarang juga

Setelah ruangan itu bersih, aku duduk di atas ranjang dan mengeluarkan tumblr berisi air putih untuk minum.

"kamu ingat mbahku kan?"

"yang membuat perjanjian denganku?" 

aku mengangguk

"kenapa?" muka Seno berubah serius

"aku melihatnya terus mengikuti ibu dan ayahmu dipantai itu..."

Seno masih diam, menungguku untuk melanjutkan.

"lalu dia bilang, aku tidak boleh bersamamu... kenapa dia menjadi pengikut orang tuamu?"

"dari pada dia mengikuti aku?"

Seno menghela nafas

"Nik, akan selalu ada konsekuensi untuk mereka yang melakukan perjanjian dengan jin"

"terus kenapa sekarang dia gak mau aku sama kamu?"

"ya siapa yang mau nik, keturunan nya di nikahi bangsa jin" 

lalu kami terdiam, aku memandangi dan mencoba membaca raut muka Seno.

"terus kenapa kamu masih terus berusaha untuk memiliki aku?"

"yang jelas bukan karena perjanjian itu, aku jatuh cinta... karna aku sudah melihatmu puluhan tahun lalu dan menurutku itu sudah menjadi takdir"

"takdir?"

"bisa atau tidaknya aku memiliki kamu itu semua tergantung kamu nik, tapi untuk mencitai kamu itu sudah menjadi hak dan takdirku."

aku menghempaskan setengah tubuhku ke kasur, hatiku berdebar lebih kencang dari sebelumnya.

lalu Seno mendekat dan duduk disebelahku

"maka dari itu aku meminta kesempatan sekali lagi, untuk kamu mengenal diriku yang sebenar-benarnya... untuk kamu mengenal duniaku seutuh-utuhnya"

tangannya membelai rambutku, kini ia pun merebahkan setengah tubuhnya di sampingku, mencondongkan wajahnya untuk menatap wajahku.

jari jemarinya yang dingin, ia usapkan ke pipiku dan tanpa basa-basi

kami berciuman.


bercinta kepada malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang