Aki Sugandring mengulurkan telapak tangannya kearah Fabian yang disambutnya dengan mengulurkan telapak tangannya juga, dari situ Aki menuntun tangan Fabian kearah batu akik pipih berwarna hijau topaz yang kemudian digenggam oleh Fabian.
Batu akik itu mengeluarkan cahaya kebiruan hampir sepersekian detik, untuk orang orang yang tidak memperhatikan mungkin mereka tidak akan sempat melihat batu itu bersinar.
" Tuan Jayakatwang merupakan sosok yang baik hati namun juga tegas ... dalam perjalanannya melindungi keluarga dan juga orang orang terdekatnya beliau dikhianati oleh raden wijaya yang masih kemenakannya sendiri dan jin itu.. " Aki berhenti sebentar dan memperhatikan pergelangan tanganku
" dia sudah datang menghampiri gadis ini " lanjut Aki Sugandring
aku hanya bisa terdiam.
" Jin itu ikut andil dalam sejarah tanah air, meski segalanya sudah terjadi atas perintah yang maha kuasa... kamu harusnya tau dimana kamu berdiri " Aki Sugandring berdiri dan memberikan batu lainnya dengan warna yang sama, dia meletakan batu itu ketanganku.
" apakah kami akan aman jika membawa batu ini Ki? " tanya Fabian
Aki sugandring mengangguk
" kalian sudah bisa kembali kejakarta dengan aman, letakan batu ini selalu didekat kalian jangan pernah dibiarkan jauh jauh "
selanjutnya yang aku tau, aku dan Fabian berangkat pulang ke Jakarta dengan bis pertama yang kami temui di terminal.
Sepanjang perjalanan yang memakan waktu hampir 10 jam yang aku fikirkan adalah rentetan kejadian yang aku alami dua minggu terakhir ini... bagaimana semuanya terasa begitu panjang dan amat berat untuk aku terima dengan akal sehat.
memikirkan hubungan yang selama ini telah berjalan dan tertelan tanpa makna dan berakhir hanya dengan setengah penjelasan.
Fabian terus memegangi tanganku sepanjang jalan, sesekali dia melirik kearah mukaku memastikan agar semuanya aman.
" Nik, apapun yang terjadi jangan terlalu dipikirin... hidupmu masih panjang dan masih banyak yang harus kamu kerjakan "
aku mengangguk tanpa mengatakan apa apa.
pukul 3 pagi kami sampai di terminal kampung rambutan jakarta dan lanjut kekosanku menggunakan taksi, Fabian mengantarkan aku hingga pintu gerbang
" malam ini tidurlah bersama Asih, dia pasti khawatir dan jika ada apa apa dia bisa jaga kamu.. aku lupa kita gak ada hp ya? besok istirahat aja seharian lusa kita pergi untuk cari hp bareng ya "
lanjut Fabian lagsung berpamitan dan kembali masuk kedalam mobil.
aku mengangguk dan melambaikan tangan.
sesampainya dilantai atas aku mengetuk pintu kamar Asih, Asih terlihat terburu buru membuka pintu setelah mendengar suaraku memanggil namanya.
" MasyaAllah Karnika !! " teriaknya ber-urai air mata.
" kamu nih gila ya? gak pulang hampir dua minggu, kamu kemana aja Nik?? " lanjut Asih setengah berteriak
" sshhh shhhh, masuk dulu aku ceritain sih " jawabku mengisyaratkan Asih untuk memelankan suaranya, Asih menarikku masuk kedalam kamar.
" kemana barang barangmu? kemana aja kamu Nik? ibu dan ayahmu panik dikampung, aku hanya tau dari Seno kamu sakit dan gabisa pulang.. aku fikir kamu kecelakaan atau apa.."
" Seno?? " seketika sekujur tubuhku terasa kaku mendengar namanya disebut oleh Asih
Asih mengangguk dan memegangi tanganku " iya dia nelfon aku beberapa hari lalu, dia bilang kamu sakit parah jadi gabisa pulang dan gabisa aku telfon.. dia juga minta aku untuk menghubungi orang tuamu dikampung supaya ndak khawatir "
pernyataan Asih membuatku terdiam seribu bahasa...
entah apa yang harus aku katakan padanya, entah apakah dia berhak atau tidak berhak untuk tau apa yang aku alami selama dua minggu ini...
entah berapa kali dia akan pingsan mendengar apa yang sedang menimpaku saat ini, mengetahui dia baru saja dihubungi oleh raja genderuwo yang berumur ratusan tahun lamanya...
edan.
" hmmm sorry Sih, aku... aku kemarin itu hampir tenggelam dilaut dan hp ku nyebur gitu aja terus aku demam beberapa hari jadi aku mutusin untuk istirahat dulu disana "
Asih mengerutkan dahinya " terus kemana barang barangmu yang lain? mosok pulang ndak bawa pakaian, ndak bawa tas "
" iya aku tinggal dimobil Seno tadi " aku mengalihkan pandanganku dari wajahnya, tau kalau Asih pasti bisa menebak sampai mana aku jujur padanya.
" ini, pakai hp ku dan hubungi ibumu.. bisa gila dia ndak denger suaramu dua minggu "
" besok saja Sih, ini masih jam segini pasti ibu masih tidur... besok pagi pagi aku langsung telfon ibu, aku mau tidur capek banget "
" yawes tidur disini aja Nik, kamarmu berdebu belum dibersihin "
aku mengangguk dan tidur disebelah Asih hingga siang.
**************************************************
aku terus memandangi nomor ibu, ragu harus berbicara apa setelah hilang begitu saja selama dua minggu... takut takut Ibu marah dan memintaku kembali ke kampung. aku yakin sekali dia akan mencari pembenaran akan omongannya sedari dulu untuk tidak membiarkanku tinggal dijakarta sendirian.
tuuuut.... tuuuuut.... bunyi telpon berdering setelah aku memantapkan hatiku menghubungi Ibu
" ibu... "
belum sempat aku mengatakan salam, terdengar suara ibu pecah dengan tangisan...
" Karnika, pulang Nak... secepatnya kamu pulang... perasan ibu dan bapakmu sangat tidak enak... bapakmu sakit dan terus memimpikan kamu... pulang Nak... ibu tau kamu sedang dalam keadaan yang tidak baik baik saja disana... "
KAMU SEDANG MEMBACA
bercinta kepada malam
RomansaKarnika baru saja tiba di jakarta berniat untuk melanjutkan pendidikan nya, namun dia tidak mengira bahwa ada sosok lain yang mengagguminya sejak lama, memaksanya masuk ke kehidupan yang lain, kehidupan yang dirasa lebih mudah untuk dijalani.