Fabian berdiri didepan cafe tepi pantai, wajahnya terlihat gusar diterangi sinar lampu malam yang berjejer disepanjang pantai.
tangannya terlipat memegangi Hp dan kakinya sila bersender pada salah satu pondasi cafe yang dihiasi dengan lampu warna warni.
belum sempat aku memanggil, Fabian menoleh dan melambaikan tangannya.
"Nik, kalau di telfon itu angkat. kamu gak tau ya kalau aku tuh khawatir?"
"iya iya maaf bi, tadi soalnya diajak ngobrol sama supir taksi nya jadi aku gak enak"
Fabian mengangkat tangannya dan merapihkan rambutku yang berantakan tertiup angin laut
"its okay, udah makan?" lanjut Fabian, aku menggeleng.
Fabian membukakan pintu Cafe mempersilahkan aku masuk.
aku memesan spaghetti oglio olio dengan taburan daging udang sedang Fabian memesan steak wagyu untuk menu makan malam kami.
"udah berapa lama dibali Nik?" tanya Fabian setelah pelayan pergi
"aku? mungkin empat hari ya? ntah lah Bi aku nggak ngitungin sih"
"capek ya?" tanya fabian terus memberi rentetan pertanyaan, aku hanya menggeleng
apa sebetulnya yang membuat Fabian menyusulku hingga ke bali? apa dia suka sama aku? cemburu aku dibali dengan Seno?
"aku ingin bertanya, tapi aku mohon kamu jangan berfikir yang aneh aneh ya Nik? please?"
pembicaran kami terpotong oleh pelayan yang membawakan makanan nya untuk kami.
Fabian menatapku ragu ragu.
sembari memotong daging steak yang dipesannya Fabian terus memperhatikan tanganku.
"kenapa sih Bi?" tanyaku penasaran.
"hmm... kamu disini menginap dimana Nik? apakah kamu menemukan sesuatu yang janggal? gelang yang kamu pakai... apakah Seno yang memberikannya?"
aku terdiam, mencerna semua pertanyaan pertanyaan aneh Fabian.
terdiam lama sekali.
Fabian masih menunggu, meletakan garpu dan pisaunya diatas meja.
"aku... aku tinggal dengan keluarga Seno di hotel mereka daerah Padang Galak, hmmm... sejujurnya aku memang mengalami sedikit kejadian yang janggal ketika aku bertemu orang tuanya dan... gelang ini pemberian Ibu nya Seno..."
jawabku meragu, sembari memainkan helaian pasta spaghetti yang belum kumasukan kedalam mulutku sama sekali.
"Nik, maaf ya... maaf banget, bukan aku mau menakut-nakuti tapi gelang itu... gelang itu bukan dari dunia sini Nik, dan gelang itu hanya akan memakan energimu setiap hari"
"maksud kamu apa sih Bi? kamu nih makin hari makin aneh deh, kamu bahkan gak jelasin ke aku apa tujuan kamu kesini??? kamu khawatir soal mimpi kamu? gabisa tunggu aku balik? emang apa yang ada di mimpi kamu??"
"kamu ada ditengah pasar Nik, dikerumuni jiwa jiwa yang tidak tenang... penghuni hutan dalam ditengah pulau jawa. kamu akan ditumbalkan Nik"
aku terdiam, badanku seketika bergetar...
terlintas mimpi yang aku alami tempo hari, aku mengingat melihat Fabian didalam mimpi itu.
" di mimpi kamu... apa ada mahkuk besar yang mengawasiku?"
Fabian mengangguk, wajahnya terlihat semakin cemas "mata buas nya merah mengintai... percayalah Nik, mahluk itu tak jauh dari tempat mu duduk saat ini"
aku menoleh ke kanan dan ke kiri
"bi sumpah ya, jangan bikin aku takut!!"
"sepertinya... Seno ada kaitannya dengan ini Nik"
apa katanya? Seno? gila ni orang
"ada kaitannya gimana maksud kamu?"
"Seno... aku punya firasat ntah dia bukan manusia, atau mungkin dia keturunan raja raja atau semacamnya aku juga kurang faham karna aku"
"maksud kamu apa sih??" tukasku sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya.
"kamu bahkan gak pernah ketemu Seno sama sekali, apa yang bikin kamu bisa ngomong begini? kamu nih kenapa sih Bi? bukan manusia kata kamu? terus apa? setan??"
beberapa tamu lain menoleh kearah meja kami, mendengar suaraku meninggi.
"lepaskan gelang itu Nik" jawab Fabian, wajahnya tenang dan masih tersenyum mencoba menenangkanku.
"ini memang akan menjadi hal yang diluar nalar kamu, tapi boleh kan aku pinjam gelang itu untuk membuktikannya?" Fabian mengulurkan tangannya kearah tempat aku duduk
ragu-ragu aku melepas gelang pemberian orang tua Seno.
setelah melepas gelang itu, tanganku yang sedari tadi terasa berat dan sakit seketika terasa ringan. Fabian mengangkat tangannya memanggil pelayan yang berdiri diujung ruangan.
"Pak, ambilkan saya segelas air dan juga garam ya"
"buat apa garam?"
"kamu liat aja ya"
tak lama kemudian pelayan itu kembali membawakan apa yang Fabian minta.
Fabian meletakan gelas itu ditengah tengah kami, lalu menuangkan dua sendok makan garam.
"kalau gelang ini aku masukan kedalam gelas ini dan airnya berubah warna menjadi hitam, tandanya gelang ini menyimpan mahluk halus atau lebih tepatnya ada penunggunya. dan penunggu itu tidak akan tahan direndam didalam air garam, maka dia akan keluar dan memasukan tubunya ke raga manusia yang lemah."
aku mengangguk
lalu fabian mencelupkan gelang itu.
selang beberapa menit
tak sampai dua menit
airnya berubah.
seperti ada tinta hitam yang keluar dari gelang itu mengitar air membuat gelas itu bergetar.
lalu...
perempuan yang duduk tepat disebelah meja kami berteriak.
yup, wanita itu kesurupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
bercinta kepada malam
RomanceKarnika baru saja tiba di jakarta berniat untuk melanjutkan pendidikan nya, namun dia tidak mengira bahwa ada sosok lain yang mengagguminya sejak lama, memaksanya masuk ke kehidupan yang lain, kehidupan yang dirasa lebih mudah untuk dijalani.