Fabian mengenakan kemeja flanel tebal bercorak kotak-kotak dengan paduan warna coklat dan merah, dipadukan dengan kaos putih dan celana cargo berwarna khaki.
dia berdiri didepan mobil yang terparkir tepat disebrang pintu gerbang kosanku, ia terlihat sedang memainkan ponsel nya lalu menoleh dan melambaikan tangannya padaku yang berdiri canggung di depan gerbang.
malam kemarin, aku terus membolak-balikan tubuhku di atas kasur memikirkan ajakan Fabian untuk pergi bersama. tentu, ini bukan kali pertama kami berjalan berdua saja.
sebelumya bahkan kami sudah terdampar berduaan hingga ujung pulau jawa namun tetap saja, kali ini aku tau alasannya berbeda. aku tau dia memiliki perasaan terhadapku, entah apa ini hanya perasaanku saja tapi... siapa pula laki-laki yang mau jauh-jauh datang ke bali hanya karna sebuah mimpi?
or is it normal??
aku terus memikirkan skenario-skenario bagaimana jadinya hubungan kami nanti.
bagaimana reaksi Seno jika tau kami bisa jadi lebih dari teman?
sudah dua hari... bukan, baru dua hari lalu aku bertemu Seno dan kini, aku mempertimbangkan untuk pergi bersama Fabian.
fikiran-fikiran itu terus berputar dalam benakku. mana yang benar, mana yang salah.
mana yang layak di beri kesempatan? mana yang lebih baik untuk masa depanku? mana yang membuat aku bahagia?
----------------------------------------------------------------
waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi saat aku sibuk memilah-milih baju yang akan kugunakan untuk pergi bersama Fabian.
Dress biru muda dihiasi pita renda berwarna putih di bagian dada, atau se simple jumpsuit jeans dengan kaos putih?
bolak-balik aku berganti pakaian dari satu baju ke baju yang lain sebelum akhirnya Asih memaksa untuk masuk kekamarku.
"mau kemana kamu nik?"
"mau pergi nih"
"sama Seno tah?"
aku terdiam sebentar
"sama Fabian"
"wuiiihhh, gak marah tuh pacarmu? apalagi berantem? kok semenjak balik dari bali aku belum lihat dia mampir lagi kesini? ada apa?" kata Asih mengerucutkan bibirnya kepingin tau.
"hmmm, lagi break sih memang..."
"hah? kenapa?"
"panjang lah ceritanya, lain kali aja aku ceritain"
"terus sekarang langsung berpaling nih ke Fabian? tapi ya... Fabian cakep sih hehehe, dapet aja sih Nik cowok-cowok cakep?" katanya lagi sambil terkekeh
"pacarmu juga kan cakep sih, tuuu yang tiap malem kamu kecup-kecup terus kann?" ledekku sembari melihat kembali postur tubuhku di depan cermin.
aku mengambil flatshoes kulit berwarna coklat dan memadukannya dengan tas kecil yang juga terbuat dari kulit.
"cakep-cakep... wes, selamat berkencan!" teriak Asih sembari melenggang kembali ke kamar.
aku sudah dibawah ya
isi pesan dari Fabian
sembari menuruni anak tangga, aku membayangkan kembali hari terakhir Fabian berada di kamarku, kami sempat berciuman sebelum akhirnya Asih menghentikan kami.
wajahku memerah begitu aku melihat nya dari balik gerbang kos.
----------------------------------------------------------
"jadi, mau kemana kita hari ini?" tanyaku sembari melongok kelayar HP Fabian yang sedang membuka aplikasi google maps.
"hmmm... aku mau ajak kamu ke perpustakaan nasional yang ada di daerah gambir, tapi sebelumnya, aku mau ajak kamu makan bubur di cikini dulu donggg" kata Fabian terlihat semangat.
"bubur cikini? dimana itu?"
"ya di cikini?"
"yaaa tauuuu cuma kan ya dimananyaaa? emang enak?" jawabku lagi meninggikan suaraku karna gemas dengan kejailannya.
"hehe ada, dan iya enak kok ini tuh bubur ayam yang legend gitu deh di jakarta"
lanjut Fabian sambil meletakan HP nya di holder mobil agar tidak terjatuh dan sampailah kami di bubur ayam cikini, tempat nya nyaman dan sederhana.
kami memesan 2 porsi bubur ayam dengan campuran telur setengah matang dan dilengkapi dengan sate telur puyuh untuk Fabian dan sate ati ayam untukku.
"gimana harimu tadi malam nik? tidurnya nyenyak nggak?" kata Fabian sembari membawa dua mangkuk bubur dinampan yang dipegangnya.
"hmm enggak nih, selain aku memikirkan betapa menegangkan jalan sama cowok populer di kampus aku juga di kagetin sama anak kecil yang lari sprint di tangga kosanku haha" jawabku membalas menjailinya.
namun reaksi Fabian tidak seperti yang aku harapkan, dia tidak tertawa melainkan membelalakan matanya dan meneliti wajahku.
"kok nggak ketawa sih?"
"gapapa, aku gak expect kamu bakal jadiin itu bercandaan sih" fabian tersenyum.
"tapi serius, tidurmu nyenyak gak tadi malam?" lanjutnya sembari mengaduk bubur yang ada di hadapannya.
"iiiih kamu tuh tim makan bubur di aduk ya?" kataku sembari mengalihkan pembicaraan
"emang makan bubur tuh begini tau, di aduk. cobak deh kamu makan bubur cina atau kamu makan bubur manado, semuanya tuh udah tercampur loh"
"hmm aku udah kebiasa makan bubur gak di aduk lagi hehe"
lalu Fabian terdiam.
"nyenyak kok tidurku, yang bikin gak nyenyak sedikit tuh cuma karna aku mikirin mau pakai baju apa buat pergi sama kamu hari ini" lanjutku menenangkan hatinya.
aku tau pasti Fabian khawatir mengingat aku baru saja bertemu anak kecil itu. lagi pula dua hari sebelumnya pun aku masih bertemu dengan Seno.
"kalau mau cerita soal dia, gak apa apa kok" kata Fabian sembari melahap sesendok penuh bubur kemulutnya.
tapi, bukan itu tujuanku bertemu dengannya hari ini.
aku tidak mau membahas Seno, aku ingin mengenal perasaanku dan keputusanku dalam mengambil langkah kedepan.
jadi hari ini, hanya ada aku dan Fabian. dan anak kecil tadi malam yang wooshhh! lari begitu saja dari arah kamarku menuju ke gerbang kosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
bercinta kepada malam
RomanceKarnika baru saja tiba di jakarta berniat untuk melanjutkan pendidikan nya, namun dia tidak mengira bahwa ada sosok lain yang mengagguminya sejak lama, memaksanya masuk ke kehidupan yang lain, kehidupan yang dirasa lebih mudah untuk dijalani.