Bab 3

144 6 0
                                    

"cepat Ndre, jadwal kereta yang aku tumpangi segera berangkat," ucap seorang lelaki duduk dibelakang.

"Sabarlah Zam, aku sudah cepat ini, lagian kamu tumben gak bawa mobilmu," ketus seorang pria bernama Andre, sembari mengendari sepeda motor.

Lelaki itu menghela napas, "mobilku masih diservis, dan saat mau pulang belum selesai, jadi mau tidak mau aku naik kereta."

Sepeda motor yang mereka berdua tumpangi tiba di stasiun Kediri, lelaki yang menumpang dibelakang langsung turun dengan menggendong tas di punggungnya. Dia lantas langsung berlari.

"Azzam! Sampai jumpa nanti," ucap Andre.

"Terimakasih Ndre, hati-hati dijalan semoga orderanmu hari banyak." Azzam menoleh kebelakang, sembari tersenyum, sementara orang yang memakai jaket hijau dan mengendarai motor beat mengamini doanya.

Azzam melangkah begitu cepat, membelah lautan manusia. Dia terus melihat arlojinya. Terlihat kerutan di wajah lelaki berkulit putih itu, ia terlihat tidak acuh saat beberapa wanita berpapasan dengan ia, saat melihat dan memujinya. Namun ditengah memburu waktu Gerakan terhenti seketika. Azzam langsung berjongkok, ketika melihat seorang nenek bersimpuh dilantai mengambil barang miliknya yang berserakan.

"Nih nek, kalau kerepotan biar saya membawanya," tawarnya, setelah membantu mengambil barang nenek yang berserakan dilantai.

"Tidak usah nak, nenek bisa bawa sendiri. Terimakasih telah membantu nenek, maaf kalau merepotkan."

Azzam menaikkan ujung bibirnya, "saya tidak merasa kerepotan kok nek. Lagipula membantu orang lain sudah menjadi kebiasaan."

Nenek itu mengamati pemuda yang didepannya lamat-lamat, pemuda yang  saja membantu itu terlihat diwajahnya nampak ikhlas menolongnya. Didalam hati sang nenek terus mendoakan kebaikan untuk pemuda ini.

"Siapa yang menjadi istrimu pasti senang memiliki suami sebaik dirimu," puji nenek.

"Jangan terlalu puji saya nek. Saya juga punya kekurangan." Azzam menyadari dia juga manusia lainnya, yang tidak luput dari kesalahan.

"Nenek tidak berlebihan, lagipula kamu itu baik orangnya." Azzam tersenyum.

Tak seling kemudian, petugas memberitahukan jadwal kereta yang akan ia tumpangi akan berangkat. Azzam berpamitan dengan nenek itu, sementara nenek melihat punggung pemuda itu semakin jauh darinya, seandainya ia masih muda mungkin nenek itu akan menjadikan Azzam menjadi istrinya. Tersadar pikiran makin ngawur nenek itu menepuk jidat dan beristighfar.

                               🌙🌙🌙

Azzam bernapas lega, setidaknya kekhawatiran akan ketinggalan kereta tidak terjadi. Azzam melangkah mengarah kereta Gajayana yang akan berakhir tujuan di stasiun Gambir. Ia menumpang di kelas ekonomi.

"Sore pak,"sapa Azzam kepada petugas kereta, petugas membalasnya dengan sama.

Sesaat sebelum masuk, smartphone yang di kantong celana berbunyi dan bergetar. Lantas Azzam merogoh ponsel dan melihat layar ponselnya terdapat notif pesan WhatsApp dari teman kerjanya.

Kaffa : besok kamu kembali ke Jakarta kan? Pekerjaan disini banyak yang harus segera diselesaikan.

Azzam segera membalas pesan tersebut, memberitahukan ia akan sampai besok. Tak lama kemudian seorang petugas menegur dirinya agar segera masuk gerbong kereta.

"Maaf pak." Azzam nyengir, dan langsung masuk.

Azzam menelusuri didalam gerbong, untuk menuju kursi yang akan ditempati sesuai ditiket yang telah dipesannya. Azzam tercengung, hingga langkahnya terhenti. Ia tidak menyangka duduk disamping dengan seorang wanita.

Jodoh Sebelum HilalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang