Seperti kesepakatan kemarin, sore ini kami semua melakukan kegiatan sosial. Lebih tepatnya, membagikan takjil kepada orang-orang yang menggantungkan hidupnya dijalanan. Kami membawa sekitar seratus porsi nasi kotak, dan tiga dus berisi air mineral. Kami berangkat dengan dua mobil, dengan menggunakan mobil milik Fani dan Azzam.
Aku tidak tahu mimpi apa kemarin, karena sekarang satu mobil dengannya. Ya, walaupun harus duduk dibangku belakang, karena didepan sudah ditempati oleh Azzam sekaligus pengemudi dan Kaffa disampingnya, tapi ini sudah membuatku senang. Sebenarnya tadi ingin satu mobil dengan Fani. Namun dia malah membujuk Azzam agar dia mau mengajakku satu mobil dengan dia, dasar memang Fani.
Walaupun satu mobil, aku sedikit kesal. Karena sedari tadi hanya menjadi pendengar pembicaraan mereka berdua, membahas sepak bola yang sama sekali tidak tahu tentang olahraga itu. Ok, disini aku mendapatkan dua fakta baru dari dia. Pertama ternyata dia pencinta sepakbola, dan kedua. Ini yang membuatku sedikit terkejut, ternyata dia tak selamanya bersikap cuek, tapi bisa juga mencair. Contohnya saat ini, bagaimana melihat dia bicara yang panjang lebar dengan Kaffa.
Sifatnya memang sangat aneh. Ah, kenapa memikirkan dia, aku menyandarkan kepala di kaca mobil, sambil menatap keluar. Melihat gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi kota ini, apa lagi semburat merah dipantulkan oleh kaca gedung-gedung tersebut. Menandakan waktu semakin sore.
Jalanan mancet, karena ini jam kantor ditambah lagi banyak orang yang memakirkan kendaraannya dipinggir jalan, untuk membeli takjil. Aku menghela napas, melihat tingkah laku orang-orang seperti itu. Seolah jalanan hanya miliknya sendiri, tanpa mempedulikan hak orang lain.
"Macet, sekali Kaff. Apa kita masuk ke jalan tikus aja," tanyanya, dengan pandangannya lurus kedepan.
"Gak usah Zam, ngapain. Lagipula sebentar lagi tiba," jawab Kaffa menyandarkan kepalanya di jok mobil.
"Lucu sekali mereka Zam, dengan alasan membeli takjil, tapi seperti itu. Padahal menganggu hak orang lain itu dilarang dalam agama, padahal Rasullullah sudah berpesan agar umat muslim tidak duduk-duduk ditepi jalan," lanjut Kaffa. Aku baru mengerti, bahwa ternyata perbuatan itu tidak hanya melanggar hukum negara, melainkan Agama.
Azzam mengangguk, tak seling kemudian. Mobil yang kami tumpangi tiba di sekitar Menteng, sebelumnya memakirkan di depan masjid. Setelah itu kami semua keluar, dan Azzam berjalan untuk membuka pintu belakang mengambil nasi kotak yang kemudian diserahkan kepadaku. Kemudian ia mengambil dus berisi air mineral yang diserahkan kepada Kaffa dua, dan satunya dia.
Fani dan Maya juga turun melenggang keluar dari mobil, dengan membawa satu kantung keresek berisi nasi kotak dengan berdua. Tidak menunggu waktu lama, kami berlima mulai berjalan dan menghampiri dan membagikan nasi kotak, kepada orang-orang yang kebetulan berada disekitar jalan ini.
Tak seling kemudian, aku melihat Azzam berjalan mendekat seorang bapak yang kemungkinan berusia enam puluh tahunan sebagi pedagang gorengan. Aku mengamati wajah bapak itu, nampak lesu. Karena penasaran akhirnya untuk menghampirinya juga.
"Assalamualaikum pak, boleh saya duduk disini," salam Azzam berdiri disamping bapak yang sedang duduk itu, sesekali mengibaskan di barang dagangannya.
"Walaikum salam, silahkan nak gapapa," jawab bapak itu dengan antusias.
Sementara aku berdiri tidak jauh dari mereka. Mendengarkan apa yang mereka berdua berbincangkan. Tak selang lama, lainnya juga menyusulku untuk ikut, menyaksikan interaksi mereka.
"Maaf pak, saya boleh tanya kenapa bapak nampak guratan sedih di wajah bapak," tanyanya.
Bapak itu menghela napas, begitu dalam. Seperti menanggung beban hidup yang tidak mudah, "Saya sudah berjualan dari jam tiga tadi, tapi tak satupun orang yang membeli dagangan saya. " Aku bisa melihat kedua bapak itu mulai berkaca-kaca, "padahal uang dari hasil dagangan ini, untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya, yang sudah satu Minggu ini hanya makan nasi putih dicampur garam. Tidak mampu untuk membeli lauk." Bapak itu menyeka air matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/266139880-288-k876950.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Sebelum Hilal
SpiritualNadhira yang dibuat bingung ketika terus didesak orang-orang terdekatnya agar segera menikah, terlebih usianya sudah memasuki 28. Masalah menjadi rumit ketika ibunya memberikan kesempatan hanya sampai sebelum lebaran, agar dia mencari calon sesuai k...