Baby Boy (Jungri)

1.6K 101 4
                                    

Siapa yang akan sanggup bila dihadapkan pada kenyataan keluarganya meninggal akibat kelalaiannya dalam berkendara? Yeri, si pengemudi itu yang selamat bukan anggota keluarga-nya. Dan divonis mengalami cedera serius pada tulang belakangnya membuat Yeri harus tegar menghadapi hidupnya tidak lagi sama.

Kakinya tidak lagi berfungsi dengan normal. Satu lagi dihadapkan padanya keluarga calon tunangannya pun pergi setelah mengetahui Yeri tidak akan bisa memiliki seorang anak karena cedera serius pada kecelakaan yang ia alami tidak ingin pewaris keluarga mereka satu-satunya bersanding dengan Yeri. Hingga memutuskan pembatalan nikah mereka yang akan dilangsungkan bulan depan.

Lengkap sudah semua hal buruk menyapanya. Dan Yeri nyaris putus asa karena takdir yang memporak porandakan perasaannya.

Dirinya gagal, baik menyelamatkan keluarganya ataupun dirinya sendiri. Lalu apa guna Yeri terus hidup? Bahkan tidak ada yang akan peduli. Justru menatap jijik pada dirinya, Yeri yang harus menggunakan kursi roda saat harus berpindah.

Yeri yang akan susah akan keterbatasannya. Orang waras mana yang mau hidup dengan dirinya?

Hari demi hari Yeri lalui dengan tangis pesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari demi hari Yeri lalui dengan tangis pesakitan. Hatinya sakit kenapa dunia begitu kejam padanya? Terlebih sekarang Yeri hidup sebatang kara seorang diri.

Sedikit demi sedikit Yeri mulai mencoba menerima dirinya. Belajar untuk beradaptasi dengan keadaannya saat ini. Belajar untuk mandiri karena kini hidupnya tak senyaman dulu saat kakinya masih berfungsi dengan normal.

Saat berusaha menggapai gelas hingga jatuh dan kaca kembali berserakan. Menangis sembari mencoba membersihkan pecahan kaca yang berhamburan. Hidupnya telah hancur.

Ia muat akan hidupnya. Malam itu saat musim penghujan datang dengan derasnya. Yeri membulatkan tekadnya untuk mengakhiri hidupnya detik itu juga.

Tidak akan ada yang tahu terlebih dengan suara rintik hujan yang turun dengan derasnya. Tangan gadis 21 tahun itu sudah memegang pisau dengan eratnya. Keringat dingin mengucur begitu saja dari keningnya.

Bukankah ini yang Yeri mau? Apalagi yang ia risau-kan? Tunggu suara apa itu!

Jangan sampai ada seseorang pun tahu ia akan melakukan percobaan kasus bunuh diri atau Yeri akan di rehabilitasi dalam rumah sakit jiwa sebelum hal itu terjadi.

Dengan segera Yeri melempar pisau itu dan menarik kursi rodanya pada pintu depan rumah milik mendiang keluarganya.

"Hoekk,," tangis anak kecil terdengar begitu nyaring. Dan benar saja, sial orang tua macam apa yang tega membuang bayinya saat hujan seperti saat ini.

Orang sialan macam apa yang tidak tahu bersyukur karena bisa memiliki keturunan, orang sialan macam apa yang sialnya ingin melakukan percobaan bunuh diri saat orang lain sedang berjuang mati-matian melawan penyakit mematikan. Sekali lagi pikiran Yeri menampar dirinya.

One Shoot About BangtanVelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang