GARIS ATLANTIK || 10

137 19 0
                                    

Jadi ceritanya Anneth sekarang tengah mengambil buku catatannya dari kelas MIPA 1 kelas 12, tepatnya kelas Deven. Dan kebetulan Anneth bakal mengabsen kelas Deven karena saat ini guru mereka sedang rapat.

Anneth senang? Tentu, dirinya bisa mempunyai waktu luang untuk mencoba mengembalikan ingatan sahabat kecilnya.

"Hei guys! Eh nggak, jangan bilang gitu mmm, ahk! Permisi, oke oke itu aja," ucap Anneth lalu berhenti tepat di depan kelas Deven.

"Santai Neth, lagian juga ini cuman ngambil buku doang sama ngabsen," ucap Anneth.

Lalu Anneth mengetuk pintu itu. "Permisi," ucap Anneth.

Semua siswa yang tadinya sibuk belajar kini menoleh pada Anneth, terkecuali Deven sendiri. Biasalah, cowok dingin nan tak tersentuh seperti Deven memang seperti itu.

Lalu Anneth berjalan mendekati meja guru itu kemudian meletakkan daftar absensi kelas mereka.

Saat Anneth tengah sibuk menghitung buku pelajaran mereka, tiba-tiba suara kegaduhan terjadi di kelas itu.

"WIDIHHH ADA QUEEN SCHOOL KITA NIH," pekik Friden yang baru masuk kelas. Cowok itu baru keluar karena ingin ke toilet.

"Eh ada nweng Anneth nih."

Tidak lupa dengan Gogo yang menemani Friden tadi.

"Lagi ngapain Anneth?" Betrand yang sama hal dengan Friden dan Gogo.

Anneth menoleh pada Betrand. "Oh itu, lagi mau ngambil buku sekalian mau ngabsen kalian. Soalnya guru yang masuk ke kelas ini ada urusan sebentar," ucap Anneth.

Betrand hanya mengangguk lalu kemudian duduk dibangkunya diikuti oleh Friden dan Gogo.

"Oke, jadi berhubung kelas sudah di mulai dan guru mata pelajaran kalian belum datang, beliau sempat menyuruh saya untuk mengabsen kelas kalian sebelum pelajaran dimulai."

Lalu Anneth membuka lembar absen itu. "Kalau begitu saya absen terlebih dahulu ya."

Anneth mulai membacakan nama sesuai abjad yang tertera pada absen tersebut, setelah selesai Anneth pun memberitahu tugas apa saja yang akan mereka kerjakan.

Anneth menghela nafas diam-diam. Kesal.

Deven sama sekali tidak meliriknya.

"Tu orang ngajak gelud sumpah!!" batin Anneth.

Lalu Anneth mengangkat buku itu semua. Yah Anneth juga punya hati nurani guys, yakali Anneth datang cuman mengambil bukunya saja? Nggak baik tau.

Anneth mulai mengangkat buku itu, namun sedikit kesusahan. "Anneth biar gue aja yang bantu," tawar Friden Dan Gogo.

"Nggak perlu, Anneth bisa sendiri," ucap Anneth menolak halus-halus.

Saat Anneth sudah bisa membawa buku itu semua, Anneth tidak sengaja menabrak Devan yang tiba-tiba muncul membuat buku serta dirinya terjatuh.

"Lagian udah dibilangin sih, kan jadi gitu," bisik siswi kelas itu.

"Nah iya, jual mahal amat jadi cewek."

"Kecentilan kali."

Anneth yang mendengar itu menoleh sinis kearah sumber suara itu membuat siswi yang berbicara tadi diam membungkam tanpa berani menatap Anneth lagi. Anneth lama menatap siswi itu.

Guna untuk apa? Gunanya untuk menandai siswi itu jika ia berada dalam masalah, lalu Anneth beralih pada Devan.

Cowok itu tengah memungut buku-buku yang jatuh itu. Anneth langsung saja mengambil semua buku-buku yang berserakan itu kemudian kembali merampas buku yang berada di tangan Devan dengan kasar.

"Gak makasih!" ucap Anneth ketus lalu pergi begitu saja.

Devan diam menatap bingung Anneth. "Pms kali," gumam Devan.

Namun beberapa detik kemudian Devan merasakan sesuatu yang memukul kepalanya, Devan menoleh kebelakang dan melihat Anneth sedang menatap sinis Devan.

"Mulut lo yang pms!"

Lalu Anneth kembali melangkah.

》》》》

Anneth meletakkan tumpukan buku itu dengan kasar diatas meja guru, untung saja kelas mereka tidak ada guru.

Anneth langsung duduk dengan kasar setelah berhasil mengangetkan satu kelas.

"Lo kenapa Neth?" tanya Nashwa.

"Nah iya Neth, lo kenapa? Datang-datang langsung sangar gitu, seram tau Neth," ucap Joa.

"Malah mood lo kaya naik turun gitu dah," imbuh Zara.

Anneth mendengkus kesal. "Masa gue dikatain kecentilan?" kesal Anneth.

Charissa menatap Anneth. "Siapa yang berani ngatain lo Neth? Siapa? Biar gue tabok tu mulut dia, biar gue jumpai sekarang!!" ucap Charissa sambil menggrebek meja.

"Noh ciwi-ciwi jengkel kelas Deven, nyesal gue ngambil buku kesana lagian lo sih Cha, kenapa coba harus gue? Lo kan bisa Cha, ada Deven juga disana kan biar bisa tuh lo deketin tu curut," ketus Anneth.

"Malas gue Neth," ucap Charissa.

"Milis gie Neth," ucap Anneth sambil meniru gaya bicara Charissa. "Lagian lo kan naksir tuh sama si kutub utara itu, si Deven ayang ayang lo kenapa gak lo aja sih Cha? Sumpah ya kesal banget gue," ucap Anneth sambil gregetan.

"Gue gak naksir lagi ama Deven, ya gue nyadar rupanya gue cuman sekedar kagum doang ke dia, bukan kaya yang gue pikirkan," ucap Charissa.

Anneth yang mendengar itu terbengong kaget, ia langsung menoleh kearah Charissa. "Jadi maksud lo tadi nyuruh gue buat ngambil buku gue buat apa?"

"Ya biar lo dekat ama Deven," ucap Charissa sambil menaik turunkan alis matanya.

"Ogah gue! Malasssss," ketus Anneth sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Ya ella Neth, lo aja berusaha keras tuh buat Deven bisa lihat lo," ucap Joa.

"Nah iya Neth, lo kan cantik pasti banyak tuh yang naksir ama lo, kenapa gak nyoba buat jalin hubungan istimewa gitu kaya pacaran Neth?" saran Nashwa.

"Guys, gue gak mau dan gak akan pernah pacaran selain menjalin hubungan teman atau sahabatan, karena apa? Karena gue mau fokus ke pendidikan gue dulu, nanti juga bakal tiba waktunya." Anneth memperbaiki posisi duduknya.

"Nilai lo bagus Neth, pendidikan lo juga bagus, masa depan lo juga terjamin. Ya udah Neth, lo gak bakal terganggu juga nanti sama sekolah lo," ucap Zara.

"Stop guys! Gue tuh gak mau pacar-pacaran!! Gue masih mau mengumpulkan ilmu, kan udah gue bilang kalau semua bakal ada waktunya, kalian paham gak sih?" ucap Anneth malas.

"Hais, hidup lo gitu-gitu aja Neth, nggak bosan apa?" ujar Charissa.

"Gue udah bilang berapa kali? Gue nggak mau pacaran! Sekolah! Ingat sekolah, di umur lo yang sekarang ini harus nya lo mikirin masa depan, bukan pacaran!" tekan Anneth.

"Tapi Neth, seenggak nya lo buka hati, banyak cowok yang mau sama lo," ucap Nashwa.

"Iya Neth, lo coba aja dulu," tambah Jo

"Sekali nggak tetap nggak!" putus Anneth.

"Ye malah ngambek, ya udah maaf Neth," ucap Zara.

"Tau ahk malas gue," ketus Anneth lalu membuka bukunya kemudian membacanya.

Zara melirik teman-temannya yang hanya mengangkat bahu bingung.

Garis Atlantik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang