Anneth melangkah menuju ruangan perpustakaan, biasanya Anneth akan bertemu dengan Deven di sini. Tapi sampai hari ini Anneth tidak melihat batang hidung Deven muncul di hadapannya.
Kemana cowok itu?
Anneth berhenti di pojok ruangan perpustakaan ini, Anneth menghela nafas kesal.
"Malas banget sumpah gue kalau udah kaya gini. Tu cowok kemana sih? Lagi mau curhat juga gue," ketus Anneth lalu kembali melangkah keluar dari perpustakaan itu.
Anneth melangkah menuju ruang kelas cowok itu, namun di cegat lagi oleh Azalea, Putri dan Clarice.
Anneth memutar kedua bola matanya malas, ni cewek gak ada kerjaan lain apa?
"Minggir, gue mau jalan," ketus Anneth.
"Mau jalan kemana? Kelas Deven? Gak boleh, lewatin dulu kita," ucap Azalea menantang.
Anneth menaikkan sebelah alis matanya. "Yakin lo?" tanya Anneth sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Azalea tampak berfikir dua kali lalu kembali menatap sinis Anneth. "Yakin lah!"
"Jangan nyesal lo ya," ucap Anneth yang siap-siap mengambil ancang-ancang untuk siap menerjang Azalea namun Azalea kembali bersuara.
"EHHHHH. Lo mau ngapain? Mau main pukul lo?" tanya Azalea.
"Emang mau ngapain lagi?" tanya Anneth sambil memiringkan kepalanya bingung.
Azalea membelak kaget. "LO! JANGAN MAIN PUKUL JUGA, SAKIT TAU."
"Kalau udah tau rasanya ngapain nantangin gue lo? Udah sana kurang kerjaan aja lo nyari ribut kaya gini," Ucap Anneth lalu menggeser tubuh Azalea yang berdiri tepat dihadapannya tadi hingga tubuh Azalea tumbang begitu saja.
Anneth terus melangkah seolah-olah tidak ada yang terjadi.
"NETH!!! LO KASAR BANGET JADI CEWEK."
Anneth menghentikan langkahnya. "Lebih kasar lo yang ngebuly orang yang lebih lemah dari lo." Lalu Anneth kembali melangkah.
"ANNETH!! BERHENTI LO!! AWAS AJA LO. LIAT AJA NETH, LIAT!!" teriak Azalea.
"Gue liatin sampe lo nikah," ucap Anneth sambil melambaikan tangannya sebelah lalu tubuh gadis itu mulai menghilang dibalik tembok.
"ISH! NGESELIN BANGET."
"Lo kenal sama Anneth Za? Lo belum ada cerita ke kita loh," ucap Putri sambil membantu Azalea berdiri
"Lo hutang penjelasan sama kita berdua nanti."
*****
"Lo kenapa sih Neth?" tanya Mirai melihat wajah kusut Anneth.
"Lagi bete gue," jawab Anneth.
Mirai menggeleng. "Bukan itu maksud gue, terakhir waktu kita vc ginian muka lo gak kaya gini deh Neth, kok muka lo kaya kurusan gitu? Terus bibir lo pecah-pecah gitu, rambut lo juga Neth, gak tipis-tipis amat sih. Cuman perbedaannya mencolok banget. Lo sakit?"
"Gue baik-baik aja, perasaan lo aja kali," ucap Anneth mengelak.
"Seriusan Neth, lo udah cek ke dokter?" tanya Mirai.
"Udah, kata dokternya juga gue baik-baik aja."
"Lo yakin Neth? Gak salah tuh dokternya?" tanya Mirai curiga.
"Gila kali kalau dokternya bisa salah," kekeh Anneth.
"Manusia itu punya titik kelemahan masing-masing, pasti bakal ada yang salah juga dokternya. Mending lo balik ke Jerman aja, biar di cek di rumah sakit ini aja," ucap Mirai mulai protektif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Atlantik [END]
Fiksi Penggemar[Follow sebelum baca] . [SUDAH DI REVISI, KALAU MASIH TYPO KALIAN KOMEN SAJA] Kalian punya sahabat tidak? Kalau iya, coba kamu baca dan ikuti kisah dari cerita ini. Menurut mu, kalau kita ingin memperbaiki suatu hubungan persahabatan kita, tapi ada...