GARIS ATLANTIK || 15

142 22 5
                                    

Anneth sekarang berjalan dengan Deven menuju perpustakaan yang terletak di dekat taman utama sekolah.

Anneth tersenyum kecil. "Eh, makasih buat yang semalam."

Deven hanya bergumam sebagai jawabannya kemudian keduanya berbelok melewati taman utama sekolah. Satu hal yang mendeskripsikan suasana taman ini.

Indah.

"Tamannya cantik ya," ucap Anneth.

Deven tidak menjawab ia sibuk melihat sekelilingnya, entah apa yang dipikirkan cowok itu.

"Lo lagi senang?" tanya Deven yang diangguki Anneth dengan antusias.

"Oh iya dong soalnya semalam tuh seru banget," ucap Anneth.

"Tapi sayang lo gak bisa ikut ama Devan, malah Uwa sama kalian berdua kagak ikut lagi eh si Betrand gimana? Dia udah ngucapin belum?" tanya Anneth.

"Udah," jawab Deven kalem.

"Dev, gue boleh gak minta tolong sama lo?" tanya Anneth saat mereka berada di depan di ruang guru.

"Apa?"

Anneth tersenyum. "Tapi lo harus janji!"

Deven memutar kedua bola matanya malas. "Tadi pagi bukannya lo juga bilang gini ke gue? Tinggal bilang aja," ketus Deven.

"Oke-oke, lo bisa nggak bantuin gue buat ngerayain ulang tahun Zara," ucap Anneth.

Deven menaikkan sebelah alis matanya. "Gue bantu apa?" tanya Anneth.

"Jadi gini Dev, gue kan tadi gak sengaja dengar perbincangan Zara sama siapa lah itu, nah Zara kan bilang kalau dia tuh suka sama Betrand cuman Betrand belum kasih ucapan gitu sama Zara."

"Terus?"

"Ya terus lo bisa nggak bilang sama Betrand gitu ya hanya sekedar ngucapin atau apalah pokoknya, yayaya," ucap Anneth.

"Gak ada yang lain apa? Malas banget gue," ucap Deven.

"Ih! Gak ada, pokoknya harus bantuin awas aja kalau gak bantuin! Oke-oke? Oke ya? Oke, harus fiks!"

Deven menghela nafas malas. "Oke!"

Anneth berhenti melangkah membuat Deven menghentikan langkahnya. Deven melihat Anneth yang sedang menatap air mancur itu yang mengalir dengan tenang.

"Lo ngapain?" tanya Deven lalu mendekat kearah Anneth.

"Natap pancur kan?" ucap Anneth.

"Nanti aja, kita masih ada kelas tambahan jangan sampai telat," ucap Deven.

Anneth murung, bahkan matanya berubah sayu. "Lo nggak ingat apa dulu kita sering banget lihat air pancur kaya gini," ucap Anneth.

Anneth melihat Deven yang tampak bingung dan berhasil membuat Anneth meringis. "Oh iya lupa, kan lo amnesia," ucap Anneth.

"Mau gue amnesia tapi gue gak separah itu sampai lupa semuanya, lo gak usah mikir kalau gue itu teman kecil lo, salah orang kali lo," ucap Deven.

Anneth berdecak kesal. "Gue gak salah orang! Lo nya aja yang lupa sama gue," ucap Anneth.

"Makin gak jelas lo," ucap Deven ketus lalu pergi begitu saja.

Anneth menatap Deven hingga cowok itu menghilang di balik tembok. "Gak mungkin gue salah orang."

》》》》

Anneth melihat ada Zara disana sedang bersandar di mobilnya. Anneth bingung, ngapain gadis itu ada di sekolah jam segini?

Anneth berjalan mendekati Zara. "Oi Zar, ngapain lo disitu? Mau caper apa?" ucap Anneth.

Zara menoleh kearah Anneth lalu berdiri dengan tegap. "Caper pala lo, gue tuh gak bakal pernah mau caper, lagian gue sering jadi pusat perhatian."

"Iya dah, lo ngapain disini?" tanya Anneth.

"Nungguin lo bambang emang mau ngapain lagi?" ucap Zara.

"Gue?" Anneth mengerutkan keningnya.

"Iya, gue disuruh Kakak lo buat jemput lo," ucap Zara.

"Sejak kapan Kakak gue kenal ama lo Zar?" tanya Anneth pasalnya Zara belum pernah mengenal Kakaknya Tiara.

"Oh itu, gue kenal Kakak lo dari bokap nyokap gue, ya Kakak lo ngubungin dari nomor Kakak gue, Kakak gue kan satu kampus ama Kakak lo Neth," ucap Zara.

"Seriusan? Kok gue baru tau?"

"Iyalah! Lo kan gak pernah tuh kepoin siapa aja teman-teman Kakak lo, ternyata Kakak lo cakep juga ya? Pantasan lo cakep juga," ucap Zara sambil terkekeh.

"Dih, cakep-cakep gitu Kakak gue gak jauh beda ama musuh muslihat," ketus Anneth. "Udahlah, gak usah bahas Kakak gue," ucap Anneth lagi lalu berjalan memasuki mobil Zara.

"Ye si bambang malah ngelunjak," ketus Zara lalu ikut masuk mobil.

"Eh gimana lo sama Uwa? Gak ada problem gitu kan?" tanya Anneth setelah Zara masuk ke dalam mobil.

Zara hanya angkat bahu cuek lalu menjalankan mobilnya kemudian mobil pun berjalan meninggalkan area pekarangan sekolah.

Anneth mengerutkan keningnya karena sedari tadi Zara dan Nashwa hanya diam saja jika Nashwa mengajak Zara untuk mengobrol maka Zara akan berpura-pura berbicara pada yang lainnya.

Entahlah, entah apa yang terjadi diantara keduanya, bukan! Tapi ke Zara sendiri.

》》》》

Anneth menatap rumahnya. Ada dua mobil yang akhir-akhir ini jarang terparkir di area rumah. Bisa dipastikan itu adalah mobil milik kedua orang tuanya.

Anneth berjalan memasuki rumah dan benar saja ada Papa, Mama dan Tiara yang sedang berbicara dengan candaan disela-sela percakapan mereka.

Anneth hanya masa bodoh, berjalan melewati mereka tanpa menayapa maupun permisi.

"Eh, Anneth udah pulang, sini duduk dulu," ucap Tiara.

Anneth menatap kearah Tiara. "Nggak deh Kak, Anneth lagi malas mau istirahat udah cape soalnya," ucap Anneth.

"Loh? Kok gitu? Kan kita udah pulang sayang," ucap Mama Anneth.

Anneth mentap sinis Mama nya. "Ingat pulang juga ya? Gak sibuk aja di luar sana?"

Papa dan Mama Anneth kaget mendengarnya. Tiara? Ya Tiara sudah biasa mendengar ucapan kasar Anneth.

"Anneth, kamu kok kasar gitu?" tanya Papa Anneth.

Anneth menatap jengkel kedua orang tuanya. "Papa sama Mama sadar gak sih? Kalau Anneth sama Kak Tiara itu gak pernah dapat kasih sayang dari kalian berdua? Mulai dari kecil kami harus bisa ini dan itu! Melakukan semua hal dan wajib!"

"Hanya untuk apa? Hanya untuk kepentingan kalian, hanya untuk kepuasaan kalian, dan kami hanya minta satu luangin waktu kalian untuk kami! Tapi apa? Sampai sekarang aja gak pernah tuh," ucap Anneth.

"Anneth, kami kan udah pulang." Papa Anneth berdiri ingin memeluk putrinya.

Anneth mundur. "Gak perlu! Udah biasa juga kaya gini, makasih dan maaf," ucap Anneth lalu pergi meninggalkan mereka semua menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Tiara menghela nafas lalu berdiri. "Semenjak Papa dan Mama sibuk Anneth berubah drastis jadi seperti ini," ucap Tiara.

"Mama sama Papa jangan terlalu pusing mikirin Anneth, besok juga dia udah balik mungkin mood Anneth lagi gak baik," ucap Tiara lagi.

Papa dan Mama Anneth hanya mengangguk pasrah.

Ya, beginilah kehidupan Anneth setiap harinya. Hanya ditemani oleh sang Kakak, dan hanya Tiara saja yang tau bagaimana semua hal yang Anneth alami.

Garis Atlantik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang