Anneth membuka matanya dan dirinya berada disini sekarang, di ruang yang serba putih. Sekarang Anneth bingung, ini ada di mana sekarang?
Anneth bangun dan duduk di brankar itu. Melihat sekelilingnya, ini di rumah sakit kah? Atau di mana?
Anneth meringis pelan saat merasakan ada denyutan di kepala nya.
"Barusan tadi kenapa?" tanya Anneth bingung.
Anneth menghela nafas lalu turun dari brankar, tidak ada orang. Sepi.
Anneth mulai melangkah keluar dari ruangan itu, dan syukur Anneth langsung di perlihatkan dengan lapangan. Anneth menghela nafas lega.
Lalu Anneth kembali ke ruangan itu untuk mengambil tas nya. Dirinya terlebih dahulu memperhatikan barang-barang nya dan ia kembali menutup tas nya dan menggandeng tas nya.
Anneth melangkah keluar, dirinya untung ingat jalan ini karena Charissa sangat sering memperkenalkan jalan ini walau Anneth sendiri sudah ingat. Anneth brrsyukur.
Selama berjalan Anneth sedikit merenung.
"Kok gue bisa di UKS? Siapa yang antar?" tanya Anneth pada dirinya sendiri.
Lalu ingatan Anneth terulang pada kejadian tadi sebelum berada di tempat tadi. Dan detik itu juga Anneth berlari terburu-buru menuju parkiran.
》》》》
Anneth memarkirkan mobil itu di parkiran rumah sakit, kini hari sudah mulai gelap dan Anneth masih memakai seragam.
Anneth langsung berlari memasuki rumah sakit itu. Dengan derap langkah cepat Anneth masuk dan kemudian bertanya pada perawat disana.
Setelah mendapat petunjuk, Anneth kembali berjalan sambil melihat-lihat ruangan itu.
UGD.
Ruangan itu tepat berada di hadapannya, dan dirinya dapat melihat keberadaan kedua orang tua nya dan juga Tiara.
Anneth berjalan mendekati mereka lalu duduk disamping Tiara. Tiara yang merasakan ada orang yang duduk disamping nya menoleh kesamping.
"Neth? Kamu dari mana aja?" tanya Tiara kaget. Lalu tangan Tiara memegang bahu kedua bahu Anneth dan memastikan jika Anneth baik-baik saja.
Tanpa di duga-duga Anneth menepis tangan Tiara dengan malas lalu menatap luru.
Tiara kembali bingung, ada apa? Apa dia ada salah?
"Kamu kenapa?" tanya Tiara.
"Anneth, ya ampun Nak. Kamu kemana aja? Papi sama Mami khawatirin kamu."
Anneth mendongak lalu berdecih kesal kemudian memalingkan wajahnya.
"Kamu ikut Kakak."
-
Anneth berdiri bersandar di dinding itu dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.
"Kenapa?" tanya Anneth.
Tiara berbalik badan menoleh pada Anneth dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.
"Harus nya Kakak yang nanya. Kamu yang kenapa? Tiba-tiba jadi marah gitu," ucap Tiara.
Anneth memutar kedua bola matanya malas.
"Kakak kenapa nggak bilang kalau ada Papi dan Mami? Malas banget Anneth ketemu mereka," ucap Anneth.
"Anneth! Bagaimana pun mereka itu tetap Papi dan Mami kamu, jangan gitu!"
"Setelah sembilan tahun lalu mereka masih pantas di sebut orang tua? Setelah sembilan tahun aku berada dalam penyiksaan masih bisa anggap mereka orang tua? Yang benar saja," ucap Anneth sambil terkekeh sinis.
Tiara menghela nafas lelah. Susah memang bicara sama adik yang keras kepalanya puji Tuhan.
"Dengar ya Neth, kamu itu sekrang udah gede, usia kamu sekrang udah delapan belas tahun. So, kamu pasti bisa berfikir dengan bijak."
"Kamu lihat dulu, Papi dan Mami sudah banyak perubahan, apa kamu tidak bisa melihag perubahan itu?" tanya Tiara.
"Perubahan apa sih Kak yang Kakak lihat? Coba Kakak lihat, lihat dengan mata kepala Kakak sendiri! Kalau Papi dan Mami masih sama, masih menyiksa kita. Bukan, tapi aku. Aku yang di siksa, aku harus bisa tampil sesempurna mungkin di hadapan orang-orang, supaya apa? Ya supaya citra Papi dan Mami tidak hancur, iya kan?"
"Egois nggak itu? Egois kan?" tanya Anneth dengan kesal.
Tiara menatap Anneth dengan jengkel.
"Usia aja yang gede, otak gak sebijak usia." Tiara langsung melangkah pergi.
Anneth yang mendengar itu melotot kaget dan berdiri tanpa bersandar di dinding lagi.
"Sembarangan! Gini- gini juga adik Kakak kali!"
Tiara tetap melangkah tanpa memperdulikan Anneth yang mengoceh.
》》》》
Anneth berjalan memasuki sekolah dengan wajah kusam.
"Woi Neth, aella lo gak dengar apa gue manggil lo dari tadi?" tanya Charissa sambil merangkul Anneth.
Anneth masih diam tanpa minat menjawab, melihat itu Charissa mengernyit bingunh.
"Pagi-pagi udah macam nenek lampir aja muka lo," ucap Charissa.
Anneth masih diam.
"Oke, gue nyerah. Lo kenapa?" tanya Charissa sambil melepaskan rangkulannya.
Anneth menoleh kesamping lalu kembali menoleh lurus.
"Habis ribut sama Kakak gue," jawab Anneth.
Charissa awalnya hanya beroh saja, tapi setelah itu Charissa menatap kaget Anneth.
"Demi apa? Lo punya Kakak?" tanya Charissa.
Anneth hanya mengangguk mengiyakan saja tanpa menjawab lagi, lalu kemudian langkah Charissa terhenti membuat Anneth ikut menghentikan langkahnya.
"Kenapa?" tanya Anneth.
"Eh Neth, seriusan lo punya Kakak? Cowok apa cewek?" tanya Charissa sambil memegang tangan Anneth.
Anneth memutar kedua bola matanya malas lalu melepaskan pegangan itu.
"Buat apa lo sih? Lo mau ambet? Udah ada Deven, ngapain juga lo ambet Kakak gue. Lagian Kakak gue cewek," ketus Anneth.
Wajah Charissa mendadak murung. "Kirain cowok gitu, pasti ganteng kalau cowok."
"Udah deh Cha kita langsung masuk kelas aja," ucap Anneth sambil menarik Charissa lalu melangkah.
Tapi lagi-lagi langkah mereka terhenti akibat Charissa yang mendadak berhenti. Anneth mencebikkan bibirnya kesal lalu berdiri menyamping menghadap Charissa.
"Hello neng? Mau gue tinggalin?" tanya Anneth.
Namun Charissa dian tanya merespon, dirinya tengah fokus menatap satu objek, Anneth yang melihat itu mengernyit bingung lalu melihat kearah pandang Charissa.
Dan ya, Anneth menghela nafas lagi Dan lagi, baru juga di omongin udah datang, panjang umur emang.
"Gue ludan dulu, calon idaman lo dah datang tuh," ucap Anneth lalu berjalan menuju kelas nya yang berbelok ke kanan.
"Anneth tunggu!"
Mendengar itu Anneth menghentikan langkahnya, sedikit bingung karena yang memangilnya bukan lah suara perempuan, tapi pria.
Anneth berbalik badan dan dirinya langsung berhadapan dengan Deven. Pria yang memanggil Anneth tapi adalah Deven.
Charissa yang melihat itu menatap bingung serta kaget, karena belum ada sejarah nya Anneth mengenal Deven selain dari masalah kantin saat itu.
"Apa lo bisa bicara bentar sama gue?" tanya Deven.
An: new updet, semoga suka. Jangan lupa untuk vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Atlantik [END]
Fanfic[Follow sebelum baca] . [SUDAH DI REVISI, KALAU MASIH TYPO KALIAN KOMEN SAJA] Kalian punya sahabat tidak? Kalau iya, coba kamu baca dan ikuti kisah dari cerita ini. Menurut mu, kalau kita ingin memperbaiki suatu hubungan persahabatan kita, tapi ada...