"Eh, nanti pulang sekolah kita ngumpul yuk? Kita belum pernah ngumpul-ngumpul gitu," ucap Zara.
Joa menatap Zara. "Gue sibuk gak punya waktu gue," ucap Joa.
"Sama gue juga, hari ini gue lagi ada acara keluarga," ujar Nashwa sambil menyusun bukunya.
"Kalau gue sih lagi mager aja, lo aja sama Anneth," ucap Charissa.
"Ya masa cuman berdua doang? Gak seru," ucap Zara.
"Gue gak bisa, hari ini gue bakal ada kelas tambahan buat persentase sekolah kalian lupa kalau kalian yang daftarin gue?" tanya Anneth lalu menutup resleting tas nya.
Zara mendadak murung, kecewa. Anneth yang melihat wajah murung Zara merangkul sahabatnya itu.
"Lain kali aja ya kita ngumpul gitu, di rumah gue deh ngumpulnya sekalian ngemil segudang rumah gue, gimana Zar?" tanya Anneth.
"Nah iya tuh Zar, kapan-kapan aja, sekalian kita lihat tuh rumah gede nya Anneth," ucap Charissa.
"Berasa kaya gak pernah lihat rumah gede lo Cha," ucap Nashwa.
"Ye kan gue kepo sama rumah Anneth," ucap Charissa. "Sultan gitu loh," lanjut Charissa.
"Gimana Zar? Setuju kan?" tanya Anneth.
Zara tidak merespon, Zara menepis tangan Anneth lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan panggilan dari sahabatnya.
"Loh? Zara kenapa? Kok jadi ngambek gitu?" tanya Joa.
"Baru kali ini si Zara baperan hyung, biasanya juga bakal di iyain gitu aja," ucap Charissa.
"Apa kalian lupa gitu sesuatu yang buat dia badmood?" tanya Anneth.
"Yaella Neth, tu anak jarang badmood ceria mulu anaknya, baru kali ini si Zara gitu Neth," ucap Nashwa.
Anneth menatap pintu kelas lama bingung ada apa dengan Zara? Lalu Anneth beranjak pergi dari kelas tanpa pamit terlebih dahulu.
"Lah? Woi Neth! Lo mau kemana heh?" tanya Charissa.
"Ngejar Zara," ucap Anneth lalu berlari.
"Hais, trus kita ngapain?" tanya Charissa.
"Ya ke kantin lah. Lapar gue," ucap Joa.
》》》》
Anneth menelusuri setiap koridor untuk mencari Zara, namun Anneth tidak menemukan Zara.
"Lo kemana sih Zar?" gumam Anneth sambil berputar mengelilingi koridor.
Anneth menghela nafas lelah, Anneth tidak menemukan Zara. Dimana Zara?
Anneth tetap melangkah tanpa memperhatikan sekelilingnya hingga Anneth menabrak seseorang.
"Eh sory, gue gak sengaja," ucap Anneth sambil menunduk.
Anneth mendengar suara seseorang itu berdecak kesal membuat Anneth mendongak menatapnya.
"Lo dari mana aja sih? Gue nyariin lo," ketus orang yang ada dihadapan Anneth.
"Ngapain lo nyariin gue?" tanya Anneth juetek. "Udahlah, gue lagi ada urusan," lanjut Anneth lalu melangkah pergi.
Langkah Anneth terhenti akibat lengan bagian kirinya di cekal. Anneth menoleh sinis.
"Mau lo apa sih DEVEN??" ucap Anneth penuh penekanan saat menyebut nama Deven.
"Lo di cariin sama Bu Dewi! Lo mau kemana sih? Buru-buru amat," ketus Deven.
"Mau nyari setan! Ya gue mau nyari teman gue lah," ucap Anneth lalu melepaskan cekalan itu.
"Eh by the way lo Lihat Zara nggak?" tanya Anneth.
"Zara? Kagak," ucap Deven.
"Oi lah, jangan bohong lo! Ketahuan dari mimik wajah lo itu," ketus Annetb.
Deven memutar bola matanya malas. "Lo nanya Zara ke gue? Gue gak tau, udah cuman itu sekarang cepatan ikut gue," ucap Deven sambil menarik tangan Anneth.
"OI! Nggak usah narik-narik kali, gue bisa jalan sendiri!" ketus Anneth.
"Ntar lo kabur lagi," ucap Deven yang masih melangkah.
Anneth memutar bola matanya malas. "Makin menjadi-jadi ni curut, cih awas aja ya kalau lo udah ingat gue. Habis lo gue buat Ven, gue sumpahin lo!" batin Anneth.
"Gak usah sumpahin gue dalam hati kali," ucap Deven.
Anneth membelak kaget. Dari mana dia tau? Cenayang kah ni anak? Atau bagaimana? Wah parah, Anneth harus lebih berhati-hati kalau lagi ngomong dalam hati.
Saat melewati ruangan osis, Anneth tidak sengaja melewati Zara dan satu orang yang bukan dikenal oleh Anneth yang sedang mengelus kepala Zara.
"Loh? Zara nangis?" batin Anneth sambil membelak.
Anneth mendadak berhenti membuat Deven juga menghentikan langkahnya. Deven menoleh kesamping dan melihat Anneth menatap kearah ruangan osis.
"Lo ngapain?" tanya Deven.
"Syuttt! Lo diam deh," bisik Anneth lalu berjalan melepaskan pegangan tangan dari Deven kemudian mendekat kearah pintu untuk mendengar percakapan mereka.
"Lo kenapa sih Zar? Sahabat lo lupa sama ultah lo?" tanya nya.
Anneth kembali membelak kaget. "Loh? Zara ultah? Pantasan dia ngajak kita-kita tadi ngumpul," gumam Anneth.
Deven menaikkan alis matanya sebelah bingung. Maksudnya?
"Bukan cuman sahabat gue Ton, tapi Betrand juga aaaa padahal gue udah lama naksir sama dia, gak peka banget jadi cowok Ton sumpah," ucap Zara sambil menangis dengan sesenggukan.
Anneth mengangguk paham sekarang. Lalu Anneth berdiri tegap kemudian kembali melangkah yang diikuti oleh Deven.
Terlihat Anneth sedang berfikir keras saat berjalan.
"Mikirin apa sih lo?" tanya Deven.
Anneth menoleh sekilas pada Deven kemudian kembali menatap lurus, lalu Anneth kembali menoleh pada Deven sambil tersenyum lebar.
Anneth berdiri di depan Deven kemudian memegang kedua bahu Deven, Deven melihat kearah tangan Anneth yang bertengger di bahunya kemudian menatap Anneth bingung.
"Lo bisa bantuin nggak?" tanya Anneth antusias.
"Bantuin apa?" tanya Deven kemudian menepis tangan Anneth dari bahunya. "Tangan lo berat kalau lo nggak tau," lanjut Deven.
Anneth memebelak kaget, tidak terima. "Sembarangan lo! Gue itu gak gendutan ya, dasar kutub es," ketus Anneth.
"Gue bantuin apa?" tanya Deven.
Anneth kembali tersenyum lebar. "Tapi janji ya harus bantuin gue, oke?" ucap Anneth.
Deven hanya berdehem malas menanggapi kalimat Anneth. Tau sendirilah Deven gimana ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Atlantik [END]
Fanfiction[Follow sebelum baca] . [SUDAH DI REVISI, KALAU MASIH TYPO KALIAN KOMEN SAJA] Kalian punya sahabat tidak? Kalau iya, coba kamu baca dan ikuti kisah dari cerita ini. Menurut mu, kalau kita ingin memperbaiki suatu hubungan persahabatan kita, tapi ada...