Disinilah Anneth sekarang, di rumahnya Deven dengan keadaan baju yang tidak terlalu basah karena mengenai rintik hujan.
Anneth diizinkan untuk masuk ke rumah cowok itu.
Deven sakit.
Itulah yang didengar Anneth saat bertanya kepada teman-teman Deven tadi.
"Lo bisa sakit juga ternyata, gue pikir lo cuman bisa belajar doang," ucap Anneth sambil memberikan bubur pada Deven.
Cowok itu menatap malas Anneth. Niat gak sih buat jengukin? Atau cuman niat ngeledek?
"Kok lo gak kasih tau gue kalau lo sakit?" tanya Anneth.
"Emang lo siapa gue?" tanya Deven balik.
Anneth diam sejenak, merasa tertohok dengan ucapan Deven barusan. Teman kan? Terus? Deven selama ini nggak nganggap dia teman?
"Ya teman kan," ucap Anneth.
Deven menaikkan sebelah alis matanya. "Sejak kapan gue jadi teman lo?" tanya Deven sarkas.
Anneth diam mematung. Kenapa cowok ini mendadak sinis pada Anneth? Padahal kemarin-kemarin cowok ini tidak seperti ini, malah cowok ini peduli pada Anneth.
"Lah? Emang lo gak nganggap gue teman lo apa?" tanya Anneth.
"Gak."
Anneth mengatupkan bibirnya, tidak berbicara lagi. Anneth bangkit berdiri lalu meletakkan buku itu di nakas.
"Lo sama sekali gak ingat sama gue?" tanya Anneth.
"Ya Anneth kan? Terus?" ujar Deven ketus.
Anneth menatap jengkel Deven. "Lo gak ingat apa sama teman kecil lo? Itu gue? Ingat dong Ven," ucap Anneth.
Deven menipiskan bibirnya, kerutan di kening cowok itu menandakan jika ia sedang marah.
"Berapa kali harus gue bilang? Gue gak punya teman kecil selain Charisa! Paham gak lo?!" bentak Deven.
Gadis berpakaian kemeja putih sekolah itu dengan rok abu-abu batik itu tersentak kaget mendengar bentakan Deven tadi.
"Lo gak usah ganggu gue lagi, mending lo pergi aja. Gue gak mau berurusan sama lo," ketus Deven lalu membaringkan tubuhnya dengan benar kemudian menarik selimutnya sampai ke kepala cowok itu.
Anneth menatap Deven sendu. Benarkah Deven hanya punya teman kecil bernama Charisa? Jadi selama ini usaha Anneth untuk membuat Deven ingat padanya itu sia-sia?
Dengan berat hati Anneth tersenyum, kalau itu yang diminta cowok itu Anneth benar-benar akan pergi dari hidup cowok itu.
"Ya udah, gue bakal pergi, gue gak bakal ganggu lo lagi, recokin lo lagi, ngapelin lo lagi, atau repotin lo lagi. Makasih udah mau jadi teman gue selama ini, gue pergi dulu. Jangan lupa minum obat ya, cepat sembuh," ucap Anneth lalu gadis itu benar-benar pergi dari kamar cowok itu hingga suara pintu tertutup pun mampu terdengar.
Deven menghela nafas, kemudian cowok itu melempar selimutnya asal kemudian duduk dengan kasar.
Nafasnya yang terasa hangat serta suhu tubuhnya yang naik membuat dirinya tidak mampu untuk melakukan apapun.
Deven melirik nakasnya itu kemudian melihat ada buku catatan serta kertas kecil. Deven mengambilnya kemudian membaca isi kertas kecil itu.
Gue tadi sempetin buat nyatat semua materi yang ketinggalan hari ini. Bilang apa sama gue? By the way, tulisan gue itu rapi jadi gak usah sok bilang tulisan gue bar-bar gitu, apalagi waktu kita belajar bareng. Bilang tulisan gue kaya cakar ayam pula, cepat sembuh! Awas aja kalau sakit lagi, besok-besok ogah gue bantuin gini lagi!!!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Atlantik [END]
Fanfiction[Follow sebelum baca] . [SUDAH DI REVISI, KALAU MASIH TYPO KALIAN KOMEN SAJA] Kalian punya sahabat tidak? Kalau iya, coba kamu baca dan ikuti kisah dari cerita ini. Menurut mu, kalau kita ingin memperbaiki suatu hubungan persahabatan kita, tapi ada...