Part |20|

780 76 13
                                    

Dengan bertopang dagu, Menma duduk menyendiri di kursi sambil menatap keluar melalui jendela kaca ruangan kelasnya. Jika biasanya Menma akan tiba disekolah di saat pelajaran hampir dimulai, berbeda dengan hari ini. Pagi-pagi sekali dia sudah tiba di dalam kelas, duduk tenang dan melamun sendiri. Sungguh pemandangan langka dari seorang Menma dalam waktu dua bulan terakhir.

'Ibumu tidak berniat untuk membohongimu, dia hanya ingin melindungimu, Menma'.

Oh, ternyata yang menjadi pokok pikiran Menma saat ini adalah penjelasan Nagato semalam. Dan potongan kata-kata yang diucapkan sang paman selalu terngiang di benaknya sampai detik ini. Ditambah lagi fakta baru yang ia temukan dari dalam lemari sang ibu mengenai siapa ayah kandungnya.

Sungguh Menma kini menyadari bahwa ia telah menyakiti hati dan perasaan ibunya selama ini.

Setelah mengetahui kenyataan itu, Menma ingin minta maaf kepada ibunya. Tapi hingga dini hari Menma menunggu, sang ibu tidak kunjung pulang. Menma cemas, tapi tidak punya keberanian untuk menghubungi mengingat bagaimana sikapnya selama ini terhadap sang ibu. Bahkan saat Menma berangkat kesekolah, dia tidak melihat tanda-tanda bahwa ibunya pulang ke rumah.

'Apa Kaa-chan menginap di kantor? Tapi sejak kapan Kaa-chan punya kebiasaan menginap di kantor?'

Kepala Menma pusing memikirkan semuanya, namun tak tahu harus berbuat apa.

○●○●○●

Sementara itu di kantornya, Naruto meregangkan sendi-sendinya yang terasa kaku karena tidur di sofa.

Benar.
Naruto memilih tidak pulang ke rumah dan tidur di kantor. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu. Tidak bisa dipungkiri jika hatinya terasa sesak kala mengingat kata-kata menyakitkan yang dilontarkan putranya dua hari yang lalu kepadanya. Jika melihat Menma, pasti ia akan mengingat kembali ucapan sang putra. Karena itulah dia memilih untuk tidak bertemu sang putra dan memutuskan untuk melewatkan malam di kantornya.

Akan tetapi, meski tidak ingin bertemu dengan putranya, bukan berarti ia jadi tidak peduli. Dia tetap memantau sang putra lewat asisten rumah tangganya. Itu karena Menma lebih sering berkomunikasi dengan asisten rumah tangga dibanding dengan dirinya yang notabenenya Ibu kandung pria remaja itu sendiri. Dan itu terjadi saat Menma tahu bahwa selama ini ia dibohongi oleh Naruto perihal ayahnya.

Meski sedikit masih terasa mengantuk, Naruto menyeret langkah kakinya menuju kamar mandi yang ada di ruang kerjanya. Dia perlu mandi dan berbenah diri sebelum melanjutkan pekerjaannya kembali seperti biasanya.

◇♡◇♡◇

"Apa yang terjadi padamu? Kamu kerasukan atau kepalamu terbentur sesuatu?" Gaara menghampiri Menma yang masih duduk tenang dengan tatapan mengarah ke luar melalu jendela kaca di ruang kelas.

"Sialan kau Gaara! Aku kaget, kau tau?" umpat Menma dengan mata mendelik seperti ingin menelan Gaara hidup-hidup.

"Justru aku yang seharusnya lebih terkejut. Kenapa kau duduk anteng di kelas? Datang lebih awal lagi! Ini bukan dirimu yang bisanya. Apa yang terjadi?" cerocos Gaara.

"Gaara, Kaa-chan semalam tidak pulang ke rumah," ucap Menma lengkap dengan raut wajah sedih.

Gaara mengalihkan atensinya kepada Menma sepenuhnya. "Lalu? Apa itu yang membuatmu murung dan datang ke sekolah pagi-pagi sekali? Lagipula setahuku, kamu tidaklah begitu peduli lagi terhadap Bibi Naru semenjak kau tau dia berbohong tentang Tou-chanmu. Jadi untuk apa memikirkannya?" timpal Gaara pura-pura tidak peduli.

"Justru itu. Kaa-chan tidak pulang mungkin karena ingin menghindariku."

"Menghindarinmu? Untuk apa?"

"Kau ingat kasusku tiga hari yang lalu? Aku berkelahi dan berakhir orang tua dipanggil ke sekolah? Di ruang kepala sekolah, aku mempermalukan Kaa-chanku, Gaara! Aku mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Aku bahkan membuatnya menangis di rumah. Aku menyakitinya! Bagaimana kalau kaa-chan tidak pulang lagi ke rumah setelah ini? Bagaimana kalau kaa-chan meninggalkanku, Gaara?-------"

SADNESS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang