Part |24|

914 76 14
                                    

Sepeninggal Naruto dan Menma, Sasuke terduduk lemas di sofa. Putra yang sangat ia rindukan selama ini telah menolaknya mentah-mentah. Bahkan Naruto juga sangat terlihat jelas ikut menolak kehadirannya. Itu memang salahnya, tapi tahukah Naruto bahwa ini semua bukan cuma kesalahan Sasuke?

"Kenapa kau hanya diam saja aniki? Bukankah kamu turut ambil bagian dalam perkara Menma?" protes Sasuke kepada Itachi.

"Aku tau kalau itu memang rencana dariku dan Shisui, otouto. Tapi itu semua dengan niat yang baik. Apa kamu tidak sadar bahwa kau sendiri yang membuat Naruto dan Menma jadi seperti sekarang ini terhadapmu? Apa kau pikir kata-katamu dimasa lalu kepada Naruto itu tidak menyakitkan? Padahal kau baru saja menggagahinya tanpa mau mendengar penjelasan darinya. Apa kau ingat itu?" balas Itachi.

"Jangan melempar kesalahanmu kepada orang lain, Sasuke-san. Jujur saja, aku kasihan kepadamu. Tapi lain sisi, aku sangat bangga dengan keponakanku, Menma. Saat kuberitahu tentang kebenaranmu kepadanya, dalam hitungan jam bocah itu berubah jadi bocah yang berpikiran dewasa. Mungkin karena dia merasa bersalah atas apa yang sudah dia lakukan dan ucapkan kepada Ibunya selama dua bulan terakhir."

"Memang apa yang terjadi kepada Menma dan Naruto, Nagato?" tanya Itachi penasaran.

"Banyak hal buruk yang terjadi kepada mereka karena Menma tidak memiliki seorang ayah seperti teman-temannya yang lain. Mungkin kamu bisa bayangkan bagaimana posisi mereka, Itachi," terang Nagato.

"Iya, aku mengerti. Seandainya saja Sasuke tidak jadi pengecut selama ini dan mencoba untuk menemui Menma juga berusaha meyakinkan Naruto sejak dulu, mungkin situasinya tidak akan seperti ini," balas Itachi.

"Jadi kau menyalahkanku, aniki? Bukankah kau yang melarangku dulu untuk bertemu dengan Naruto?"

"Iya, tapi bukan berarti kamu juga membiarkannya begitu saja? Setidaknya kamu coba dekati mereka pelan-pelan dengan cara yang benar."

"Jadi yang kulakukan ini tidak benar menurutmu?" tanya Sasuke tersulut emosi.

"Dengan tiba-tiba muncul di depan Menma dan mengakui bahwa kamu adalah ayah kandungnya? Kamu sudah lakukan itu dan lihat apa hasilnya? Jadi dengan hasil yang kamu terima sekarang kamu masih ngotot kalau caramu itu sudah benar?"

"Aaarrggghh......semua menyalahkanku!"

"Karena kenyataannya sejak awal kamu memang salah Sasuke-san," timpal Nagato. "Entah aku harus berterimakasih kepadamu atau tidak. Yang jelas, berkat kejadian yang menimpa Naruto, akhirnya aku bertemu dengannya yang ternyata saudara sepupuku sendiri. Saudara yang sejak dulu aku tidak pernah tau keberadaannya," sambungnya.

"Kalian berdua, jangan terlalu menyalahkan Sasuke-san. Jika tidak bisa membantu, setidaknya jangan membuatnya semakin stress..." ujar Konan menengahi.

"Tidak ada yang memojokkannya, koi. Yang kita bicarakan memang kenyataannya. Bukankah kamu sendiri juga tau itu?" Nagato menanggapi. "------Jadi, apa rencanamu Itachi?" tanya Nagato kemudian kepada Itachi.

"Rencanaku, ya kamu!?" jawab Itachi.

"Maksudmu?? Jangan bilang kalau-----" Nagato memicingkan mata curiga.

"Hmmm...persis seperti yang kau pikirkan," tanggap Itachi.

"Tidak! Aku tidak bisa, Itachi. Aku tidak bisa melakukan itu!" tolak Nagato.

"Kenapa tidak?"

"Jika yang kamu harapkan agar aku berbicara dengan Naruto dan Menma untuk menerima Sasuke-san kembali bersama mereka, aku tidak bisa karena aku tidak mau ambil resiko dijauhi oleh mereka berdua hanya karena membantu Sasuke-san. Sungguh Chi, aku tidak bisa! Justru aku menyarankan agar Sasuke-san jangan mengusik mereka lagi. Itu lebih baik."

SADNESS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang