Part |11|

821 77 8
                                    

Kelopak mata berwarna tan itu bergerak-gerak, dan tak lama kemudian terbuka menampilkan bola mata berwarna biru sewarna langit musim panas. Mengerjap untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menyilaukan penglihatannya. Mengedarkan pandangan keseluruh sudut ruangan yang terasa asing baginya, "Aku dimana?" tanyanya pada diri sendiri.

Tidak lama kemudian, pintu ruangan yang ditempatinya terbuka dari luar menandakan ada orang yang masuk, "Kamu sudah sadar rupanya?" ujar orang asing tersebut.

"Kk--------kau siapa?" seru orang yang tadi di ruangan tersebut, ketakutan.

"Tenanglah! Aku bukan orang jahat. Perkenalkan, namaku Konan. Aku yang akan merawatmu disini. Jadi, jangan takut," balas orang tersebut sembari mengenalkan diri.

"Aku--------sekarang ada dimana? Dan kenapa aku ada disini? Kenapa kau membawaku kesini?"

"Saat ini kamu ada di apartemenku, di kota Ame," Konan menjelaskan dengan singkat.

"Ame??"

"Iya, Na-ru-to."

"Ka------kau tau namaku? Siapa kau sebenarnya?"

"Sudah kukatakan bahwa aku disini untuk merawatmu. Kau tau? Kau pingsan duapuluh empat jam lebih."

"Pingsan?" Naruto bingung. Tiba-tiba ingatannya kembali ke kejadian semalam di flatnya. Dimana Sasuke menuduhnya telah memasukkan obat perangsang diminuman sahabatnya itu dan berakhir dirinya dilecehkan dan dikatai pelacur oleh pria itu, sahabatnya sendiri. Air mata Naruto jatuh tak terbendung dan akhirnya menjadi isakan, "Hiks-----hiks-------bukan----------BUKAN AKU YANG MELAKUKANNYA!!" teriaknya histeris dan membuat Konan panik.

Dengan langkah cepat, wanita bersurai biru itu menghampiri Naruto yang masih terbaring di ranjang sambil menangis.

"Tenanglah Na---------"

"JANGAN SENTUH AKU---------JANGAN--------BUKAN AKU YANG MELAKUKANNYA------" Naruto tiba-tiba berteriak menepis tangan Konan, kemudiam duduk, beringsut mundur ke sudut ranjang sembari memeluk lututnya. Tubuhnya gemetar hebat ketakutan.

"Hey, tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Aku percaya bukan kamu yang melakukannya," bujuk Konan dan terus berusaha mendekati si pirang.

"JANGAN---------JANGAN SENTUH AKUUU--------PERGIIIII!!" Naruto semakin histeris saat tangan Konan hampir menyentuh lengannya, "PERGIII------!!" lagi-lagi Naruto berteriak sambil melempar bantal kepada Konan.

Tak ingin membuat suasana semakin kacau, Konan akhirnya keluar dari kamar.

"AAAAAAARRRRGGGHHHH---------" Naruto berteriak dari dalam kamar yang masih terdengar jelas oleh Konan.

Wanita bersurai biru itu menyandar di samping pintu kamar. Ia tidak tega melihat gadis belia itu. Sangat tidak tega. Kenapa gadis malang itu yang menjadi korban? Siapa yang harus disalahkan atas penderitaan si pirang?

Entahlah!

"Apa yang terjadi Konan? Kenapa ribut sekali?" tanya seorang pria yang memiliki rambut merah semerah darah menghampiri Konan yang menyandar di daun pintu sambil menengadah dengan pikiran kalut.

"Naruto," jawab Konan singkat.

"Naruto? Memang ada apa dengannya?" tanya pria itu, lagi.

"Mentalnya telah rusak," lagi-lagi Konan menjawab singkat.

"Maksudmu?"

"Kamu bisa lihat sendiri ke dalam, Nagato. Aku tak sanggup melihatnya seperti itu," jawab Konan lirih.

Penasaran dengan kejadian yang sebenarnya, akhirnya Nagato memutuskan untuk masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan si blonde.

Begitu dia masuk, hal pertama yang dia lihat adalah keadaan kamar yang berantakan. Bantal dan selimut tergeletak di lantai. Sedangkan Naruto duduk meringkuk di sudut kamar yang tepatnya di samping lemari kain.

SADNESS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang