"Bunga mataharinya sudah mekar, Kaa-chan! Warnanya seperti rambut Kaa-chan!-----------lihat, bunga lilinya juga sudah mekar semua! Cantik seperti Kaa-chan!" teriak Menma antusias yang dibalas Naruto dengan senyuman.
Pagi-pagi sekali di akhir pekan Naruto dan putranya, Menma sedang menyiram tanaman di taman mini di belakang rumah milik mereka. Hal ini sudah biasa Naruto lakukan bersama Menma sejak kecil saat mereka sedang libur di akhir pekan.
"Permisi Nyonya, ada tamu di depan," seru asisten rumah tangga yang tiba-tiba muncul membuat kegiatan bertaman pasangan Ibu dan anak itu terhenti seketika.
"Siapa yang datang bertamu pagi-pagi begini?" tanya Naruto.
"Saya tidak tau, Nyonya. Tapi Tuan Nagato ada bersama mereka."
"Begitu ya? Baiklah, aku akan segera kesana," kata Naruto kemudian dengan hati bertanya-tanya, siapa kira-kira tamu yang datang bersama kakak sepupunya itu. "Menma-kun, ayo!Matikan kran airnya sebelum meninggalkannya, oke?"
"Baik Kaa-chan!"
Naruto dan Menma masuk ke dalam rumah setelah membersihkan kaki dan tangan mereka terlebih dahulu.
Begitu sampai di ruang tamu, Naruto mematung saat tahu siapa tamu yang sejak tadi dipertanyakannya.
"Dia lagi? Dan kali ini membawa sekutu...." celutuk Menma, bosan.
"Naru-chan! Bibi sangat merindukanmu....hhuhuu....."
Tanpa Naruto duga, tiba-tiba wanita paruh baya yang merupakan salah satu orang yang menjadi tamu dikediaman Naruto, memeluknya sambil menangis.
"Nyonya siapa? Jangan memeluk Kaa-chanku dengan sembarangan!" tukas Menma menatap tajam wanita paruh baya yang memeluk ibunya tersebut.
"Oh, kamu pasti Menma.....Itachi benar! Kamu sangat mirip Tou-chan......"
"Tapi saya tidak punya Tou-chan! Jangan mengatakan hal seperti itu seolah anda tau tentang saya, nyonya! Di dunia ini, tidak ada seorangpun yang bisa saya panggil Tou-chan!" kata Menma marah membuat wanita tersebut dan sebagian tamu lainnya kaget dengan ucapan Menma.
Naruto menarik diri dari pelukan wanita yang memeluknya tersebut. "Nyonya, maafkan atas ucapan putra saya yang kurang sopan. Silahkan anda duduk dulu karena saya perlu bicara dengan putra saya," ujarnya yang membuat wanita paruh baya tersebut merasa sedih mendengar Naruto memanggilnya 'Nyonya'.
Sementara itu, tanpa memperhatikan raut wajah wanita paruh baya yang tadi memeluknya, Naruto kemudian beralih melihat tepat kedalam bola mata putranya, Menma. "Sayang, sepertinya kamu lelah. Sana bersihkan badanmu dan istirahat, ok? Kaa-chan bicara dulu dengan tamu kita...." bujuk Naruto lembut, karena ia tahu bahwa saat ini putranya tengah emosi.
"Tidak! Menma akan tetap di sini bersama Kaa-chan!" tolak Menma dengan tegas. "Dan Menma juga ingin tau siapa mereka dan apa tujuan mereka. Kenapa mereka mengenal Kaa-chan, Menma ingin tau semuanya!"
Naruto menarik nafas dalam-dalam melihat putranya yang keras kepala. Kalau sudah begini, ia harus mengalah. Lagipula, Naruto juga sudah berjanji bahwa ia tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari putranya. Jadi, tidak ada salahnya ia mengizinkan Menma ikut bergabung di ruang tamu.
"Baiklah, sekarang mari semuanya duduk," kata Naruto pada akhirnya.
"Anakmu bermulut tajam juga ternyata, Sasuke. Sama sepertimu."
"Diam kau, Sai!"
Dua orang di antara tamu yang datang saling berbisik antara satu sama yang lain.
"Jadi, boleh saya tau maksud dari kedatangan tuan-tuan dan nyonya ke rumah saya pagi-pagi seperti ini?" tanya Naruto to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADNESS✔️
FanfictionPairing : SasuFem!Naru Naruto anak sebatang kara yang hidup dalam kesepian. Namun, rasa kesepiannya terobati setelah ia mengenal Sasuke Uchiha yang menjadi sahabat masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya. Naruto sangat memuja dan mencintai Sasuke...