Part |06|

749 75 8
                                    

Seminggu berlalu semenjak dimana Naruto mengajak Sakura pulang bersama ke kediaman Uchiha, dan selama itu juga Naruto memutuskan untuk menjaga jarak dengan Sasuke.

Selain karena perasaan cinta terpendamnya kepada bungsu Uchiha yang membuatnya semakin sakit, itu juga permintaan Mikoto sendiri. Permintaan agar Naruto menjaga jaraknya dengan Sasuke sekalipun putra bungsunya itu selalu berusaha untuk mendekatinya.

Seperti saat ini, Naruto berada di sudut perpustakaan dengan sebuah buku di pangkuannya.

Pergi keperpustakaan di jam istirahat adalah kebiasaan baru Naruto akhir-akhir ini. Selain karena ingin menambah bekal untuk menghadapi ujian akhir yang tinggal hitungan hari, perpustakaan juga salah satu tempatnya bersembunyi dari Sasuke.

Dan masalah bully, semenjak dia mendekatkan Sakura dengan Sasuke, bully yang biasa diterima saat di sekolah, sekarang sudah menghilang. Tidak ada lagi. Dan Naruto bersyukur akan hal itu.

Sementara itu di waktu yang sama, di luar perpustakaan, Sasuke sibuk mencari-cari keberadaan Naruto dengan Sakura yang selalu menempel di lengannya seperti lintah.

"Lepas lenganku, Haruno!" Sasuke menghempaskan tangan Sakura yang memeluki lengannya dengan erat.

"Aku calon tunanganmu, Sasuke-kun. Kenapa kamu kasar padaku?" Sakura memasang muka memelas.

"Jangan mimpi kau, Haruno!" balas Sasuke sembari melangkah pergi menuju ruang OSIS meninggalkan Sakura yang berteriak-teriak memanggil namanya.

"Takdirmu bersamaku Sasuke, bukan bersama si pirang miskin itu," kata Sakura dengan pongahnya namun tetap diabaikan oleh Sasuke.

•°•°•°•°•°•°•°•

Tak terasa waktu terus berlalu tanpa disadari. Ujian akhir sekolah kini memasuki tahap akhir. Atau lebih tepatnya, hari ini adalah hari terakhir ujian akhir sekolah. Banyak yang antusias menyambutnya dan ingin merayakan meski belum tahu hasil akhirnya, lulus atau tidak.

Berbeda dengan Naruto yang menyambut hari terakhir ujian akhir sekolahanya dengan biasa-biasa saja. Bahakan hari ini dia justru lebih banyak melamun. Entah apa yang dipikirkan gadis bermarga Namikaze itu.

Bel panjang berbunyi menandakan waktu ujian telah habis. Dengan langkah gontai, Naruto beranjak pergi meninggalkan kelas setelah memastikan lembar jawaban ujiannya sudah terisi dengan benar dan meninggalkannya di atas meja. Para pengawas ujian itu sendiri nanti yang akan mengumpulkan lembar jawaban para siswa.

Naruto tidak langsung pulang. Ia berjalan menuju atap sekolah. Begitu sampai di atap, ia mengedarkan pandangannya sejauh matanya bisa memandang, untuk memindai setiap sudut sekolah ini. Sekolah yang akan segera ia tinggalkan. Banyak kenangan terjadi selama ia menimba ilmu di gedung ini. Termasuk bully yang ia terima selama ini.

Selama sekolah disini, dia tidak memiliki teman dekat selain Sasuke. Dan itupun jarak mereka merenggang sejak satu tahun terakhir. Bukan Sasuke, tapi Naruto sendiri yang menciptakan jarak itu dengan alasan untuk kebaikan bersama.

Dengan merentangkan tangannya bebas dan menikmati hembusan angin yang sepoi, Naruto merasa jiwanya menyatu dengan alam. Bebas, tenang dan damai. Dan itu sebelum sebuah suara mengganggu ketenangannya.

"Aku mencarimu di kelas tapi tidak ada. Ternyata kau disini layaknya orang idiot, menyendiri," seru seseorang tersebut.

"...."

"Aku tidak tau apa sebabnya sehingga kau menghindariku beberapa bulan ini. Dan sekarang aku tidak akan bertanya lagi. Hanya saja, Kaa-san dan Tou-san menyuruhku untuk mengajakmu datang ke rumah sore ini. Kuharap kau tidak menolak," kata orang tersebut melanjutkan.

SADNESS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang