"Naruto-------"
"Hm....." Naruto bergumam tanpa beralih dari kegiatannya.
"Apa tak ada sedikitpun niatmu untuk menjenguknya?"
"Tidak." Jawaban singkat ia berikan.
"Nii-san tidak memaksamu. Hanya saja, nii-san tidak ingin kamu menyesalinya di kemudian hari jika terjadi hal yang tidak diinginkan kepadanya-----------nii-san juga sangat marah padanya atas apa yang dia lakukan padamu di masa lalu, tapi melihat keadaannya yang sekarang, nii-san merasa kasihan. Matanya terpejam tapi bibirnya selalu menggumamkan namamu dan Menma...........sudah sebulan lebih dia koma-----------"
"Naru lagi kerja Nagato-nii. Naru butuh konsentrasi," dalih Naruto.
Nagato mengangkat tangan tanda menyerah. Adik sepupunya itu kini sudah berhati baja sejak kejadian beberapa tahun silam yang menimpanya, "Terserah. Sebagai saudaramu, aniki hanya bisa menasehatimu. Langkah selanjutnya, kamu yang menentukan."
Naruto tak kunjung bereaksi yang berakhir membuat Nagato menghela nafas lelah, "Aniki pamit, Naru."
"Hm....hati-hati di jalan nii-san," respon Naruto seadanya.
Naruto menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya dengan sedikit kasar. Ucapan Nagato barusan sedikit mengganggu pikirannya. Apa yang kakak sepupunya katakan itu ada benarnya juga. Apa lagi dua hari sebelumnya Ibu dari orang yang tadi Nagato sebut sedang koma, memohon padanya untuk meluangkan waktunya sebentar saja untuk menjenguk putranya yang belum juga bangun selama satu bulan terakhir.
Ingatannya kembali melayang pada kejadian hampir dua bulan yang lalu.
Flashback On
Setelah Naruto dan Menma menolak untuk menerima Sasuke dalam hidup mereka, keluarga Uchiha beranjak pergi meninggalkan kediaman Naruto bersama putranya. Namun, Sasuke tidak terima atas penolakan wanita yang masih sangat ia cintai itu hingga kini dan juga penolakan putranya, Menma.
Dengan kasar, Sasuke menghempaskan tangan Fugaku yang masih menariknya keluar dari rumah Naruto.
"Lepas Tou-san! Aku akan tetap di sini sampai Naruto dan Menma mau menerimaku! Kalian mengertilah!" seru Sasuke mencoba untuk melepaskan genggaman tangan sang ayah.
"Tidak ada gunananya itu Sasuke! Mereka berdua tidak menginginkanmu! Ayo kita pulang dan mulaih kehidupan yang baru, nak..."
"TIDAK! Aku ingin di sini Kaa-san! Kenapa kalian tidak mengerti juga?"
"Jangan keras kepala Sasuke! Pulang sekarang juga!" Fugaku menyeret tangan Sasuke dengan kasar masuk ke dalam mobilnya, "Sai, bawa mobil Sasuke...."
"Tunggu Tou-san! Baiklah, aku akan pulang. Tapi dengan mengendarai mobilku sendiri," kata Sasuke membuat Fugaku menatap tajam sang putra.
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja. Satu mobil dengan Tou-san yang lagi mode marah bukanlah pilihan yang tepat."
"Terserah kau saja. Tapi yang jelas, kamu harus pulang."
"Hn."
Akhirnya mereka pergi meninggalkan pekarangan rumah Naruto dengan mobil sang ayah yang memimpin. Namun, siapa yang menyangka jika Sasuke kini sudah putus asa karena penolakan Naruto dan Menma atas dirinya.
Sembari menyetir, Sasuke terus memikirkan Naruto dan Menma. Wajah mereka berdua serta penolakan itu, selalu memenuhi kepalanya. Dengan cara apa dirinya meyakinkan agar dua orang terkasihnya itu mau menerimanya dan hidup bersama sebagai keluarga yang bahagia?
KAMU SEDANG MEMBACA
SADNESS✔️
FanfictionPairing : SasuFem!Naru Naruto anak sebatang kara yang hidup dalam kesepian. Namun, rasa kesepiannya terobati setelah ia mengenal Sasuke Uchiha yang menjadi sahabat masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya. Naruto sangat memuja dan mencintai Sasuke...