Part |21|

877 83 18
                                    

Naruto sedih dan menangis mendengar ucapan dan  penolakan putra semata wayangnya, Menma. Sakit hatinya ia tumpahkan dalam tangisan.

Dari dekat tangga menuju lantai dua rumahnya, Menma melihat Ibunya menangis tapi ia tidak peduli. Dalam hatinya, ia merasa bahwa itu pantas untuk seorang Ibu yang tega membohongi anaknya dalam waktu yang lama.

Mengambil kunci mobil, Naruto berniat kembali ke kantor sekaligus untuk menenangkan diri. Sangat tidak baik baginya tetap di rumah untuk saat ini. Dia butuh waktu untuk sendiri untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

Dengan pikiran kalut, sedih dan kecewa, Naruto pergi ke kantor mengendarai mobilnya sendiri meninggalkan Menma yang kini mulai diselimuti rasa gelisah.

Ada rasa sesal di hatinya saat melihat sang Ibu menangis karena dirinya. Menma sadar bahwa ia sudah keterlaluan kepada sang Ibu. Dalam hatinya ia bertekad untuk minta maaf begitu Ibunya pulang ke rumah nanti.

Belum ada limabelas menit saat Ibunya pergi menuju kantor, telepon rumahnya berdering. Dengan tergopoh-gopoh, asisten rumah tangga yang mengangkat telepon tersebut, datang ke depan kamar Menma.

"Tuan muda, Nyonya-------nyonya--------"

"Kaa-chan kenapa oba-san?" tanya Menma.

"Nyonya kecelakaan-------"

Bagai disambar petir disiang bolong rasanya saat Menma mendengar kabar tersebut.

"Tidak, itu tidak mungkin. Itu bohong! Kaa-chan baru saja pergi dari rumah! Itu tidak mungkin!" teriaknya tidak terima.

"Sabar tuan muda. Saat ini polisi sedang membawa Nyonya ke rumah sakit. Sebaiknya kita segera kesana."

Menma kemudian berlari menuruni tangga menuju pintu keluar. Dia harus segera ke rumah sakit untuk memastikan bahwa kabar itu tidak benar.

Begitu sampai di halaman rumah, ternyata sopir yang biasa mengantar jemput Menma ke sekolah, sudah menunggunya tanpa diperintah. Menma langsung masuk ke dalam mobil dengan air mata tiada henti mengalir.

Begitu sampai di rumah sakit, Menma langsung turun dan berlari kesetanan menuju resepsionist menanyakan keberadaan Ibunya.

Dan di sinilah Menma saat ini, di depan ruang UGD sambil menangis ditemani oleh orang-orang yang bekerja di rumahnya. Nagato dan Konan beserta Gaara masih dalam perjalanan nenuju rumah sakit.

Tak berselang lama, pintu UGD terbuka dan keluarlah dokter yang menangani sang Ibu.

"Bagaimana keadaan Ibu saya dokter?" tanya Menma tak sabaran.

Si dokter menggeleng lemah. "Maaf nak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Kami-sama berkehendak lain. Namikaze-san tidak bisa kami selamatkan. Benturan di kepalanya sangat keras sehingga terjadi keretakan tengkorak dan mengakibatkan pendarahan-------"

"Tidak! Itu tidak mungkin! TIDAAAAKKKK! KAA-CHAAAANNN! KAA-CHANKU MASIH HIDUP!" Menma berteriak tak terima.

"Kamu harus sabar menghadapi cobaan ini, nak. Itu semua sudah takdirnya," kata dokter tersebut menguatkan Menma.

"KAA-CHAAAN! JANGAN PERGIII! KAA-CHAN! JANGAN TINGGALKAN MENMA! MAAFKAN MENMA, KAA-CHAN! MAAFKAN MENMA!---------------KAA-CHAAANNN---------JANGAN PERGIII!-----------"

"Menma------"

"KAA-CHAAANNN!"

"Menma!"

"JANGAN PERGIII!"

"Menma......heyy...."

"MAAFKAN MENMA! MAAF--------JANGAN TINGGALKAN MENMA!"

"Menma-----"

SADNESS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang