Part |04|

746 79 1
                                    


"Nar----/Yo teme---" Sasuke dan Naruto memanggil bersamaan.

"A----ah kau saja duluan," kata Sasuke gagap.

Naruto menyipitkan mata, "Maksudnya?" tanyanya bingung.

"Bukannya kau ingin bicara sesuatu?" tanya balik Sasuke.

"Tidak. Aku hanya ingin menyapamu," jawab Naruto meneruskan langkahnya menuju kelas.

"Kalau begitu aku yang ingin bicara denganmu. Soal yang semal------"

"Jaa ne, Sasuke," seru Naruto sembari tersenyum charming. Kemudian ia memacu langkah kakinya tak ingin mendengar kelanjutan ucapan Sasuke.

Sebenarnya ia masih enggan bertatap muka apa lagi berdekatan dengan bungsu Uchiha itu. Jika Naruto menatap mukanya, rasa sakit di dalam dadanya semakin bertambah. Namun, ia harus melakukannya demi memenuhi permintaan Mikoto, Ibunya Sasuke.

"Naruto tunggu!" Sasuke berusaha menyamai langkah Naruto. Tapi Naruto malah mempercepat langkah kakinya.

Menurut Sasuke, ada yang aneh dengan gadis itu. Dia yang tadinya berpikir bahwa sipirang akan marah-marah dan menghindarinya karena kejadian semalam, jutru menyapanya dengan riang sambil tersenyum. Namun mata elang Sasuke cukup jeli untuk memperhatikan sesuatu. Meski Naruto bersikap ceria dan tersenyum saat menyapanya, tapi pandangan sahabatnya itu terlihat kosong seperti menyimpan luka.

Senyuman yang ditunjukkan Naruto juga sangat jelas dimata Sasuke bahwa itu senyum palsu. Dan Sasuke sungguh tidak menyukai itu.

Ia ingin Naruto memarahi bahkan memakinya dan meluapkan semua emosinya. Tapi apa? Naruto justru tersenyum ceria seolah-olah semua baik-baik saja. Seolah-olah diantara mereka tidak terjadi masalah apapun.

Mengingat Naruto yang emosi bahkan menangis semalam, sangat tidak mungkin jika gadis itu melupakan kelakuan tak senonoh Sasuke semalam kepadanya. Tidak mungkin sahabat blondenya itu memaafkannya begitu mudah.

Lalu ada apa dengan sahabat dobenya itu?

Sementara itu, begitu sampai dikelas, Naruto tidak langsung menuju mejanya melainkan menuju sebuah meja, dimana disana tengah berkumpul orang-orang yang selalu membullynya semenjak menginjakkan kaki di sekolah ini.

"Wow.....lihat siapa yang datang menghampiri kita," seru seorang siswi bersurai pirang pucat yabg diikat ponytail.

Mendengar seruan teman mereka, sontak semua mata yang tengah berkumpul disana menatap Naruto. Termasuk seseorang yang menjadi tujuan Naruto.

"Anak panti, ternyata kau sudah punya nyali juga untuk datang menghampiri kami! Punya cadangan nyawa berapa?" dengan pongah, seorang siswi bersurai merah menimpali, "Apa maumu?" tanyanya melanjutkan.

"Aku hanya ingin berbicara dengan Haruno-san," jawab Naruto tanpa basa-basi dengan tatapan terkunci menatap seorang siswi bersurai pink layaknya bunga sakura.

Semua menatap Naruto dan sirambut pink bergantian.

"Ada urusan apa kau ingin bicara dengannya? Kalau mau bicara, disini saja," seru siswi yang bersurai pirang pucat, lagi.

"Apa anda punya waktu sebentar saja Haruno-san?" tanya Sakura mengabaikan siswi lain yang bertanya.

"Tid-------"

"Diamlah Ino!" seru si rambut pink menyela ucapan temannya yang ternyata bernama Ino, "Aku akan bicara dengannya," katanya melanjutkan.

"Apa kau yakin Sakura? Siapa tau dia ingin balas dendam?" sela Ino keberatan.

"Maaf, tapi aku bukan tipe orang yang dendaman," kata Naruto cepat. "Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengannya."

Sakura berdiri dari tempat duduknya semula, "Tidak masalah. Bicaralah!" katanya kemudian.

SADNESS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang