Chapter 15 - The One-Eyed Dragon

254 33 25
                                    

Bradley Lerman bersiaga di bawah gedung tak jauh dari pintu utama roket. Ia membawa rifle yang ditinggalkan Alissa untuk berjaga-jaga. Pasukan Turmoil telah mengejar mereka sejauh ini, maka bukan tidak mungkin jika mereka akan menghancurkan roket yang akan membawa mereka kembali ke Bumi. Ia sama seperti Alissa, mengenakan setelan ErikZX versi beta. Dengan helm yang masih belum ia eject dari tadi, ia bersembunyi dibawah reruntuhan saat Flyers Vehicons--Seeker berpatroli diatasnya.

Brad mendengar suara mesin berdenting tak jauh darinya. Ia memberanikan diri untuk mengintip melalui celah. Namun mata birunya menangkap ada tiga robot muncul disekitar roket. Mereka seakan sedang bertukar informasi dengan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh manusia. Dari gelagat mereka, tampaknya mereka ingin menghancurkan roket. Ini didukung bukti jika mereka telah menyiapkan tembak dari lengan mereka dan membidik lambung roket.

"No. No. No!" Ia berbisik pada dirinya.

Brad berada dalam dilema. Ia mencoba menghubungi Ultra Magnus maupun Drift, tetapi para Seekers itu mengacaukan signal dengan gelombang elektromagnetik. Tak ada yang bisa terhubung dengan Drift maupun Ultra Magnus. Hanya tinggal Brad sendiri dihadapan empat robot besar. Ia tak mungkin menang, juga tidak mungkin membiarkan dirinya kalah apalagi sampai roket itu hancur. Ia melihat kearah supply bag, mendapati ada enam magazine berisi 45 peluru dan tiga granat.

Brad menarik nafas. Ia ragu, tentu saja. Tetapi melihat Alissa yang hanya seorang perempuan, terlibat dengan dua perang alien, membuat tekatnya sedikit naik. Ia tak mau kalah karena gengsinya tinggi. Selain itu, tubuhnya lebih kecil dibanding dengan robot-robot itu. Maka akan lebih mudah untuk menyelipkan diri di parit-parit maupun jalan kecil. Semuanya berjuang, dan ia tak bisa duduk diam dan menunggu. Jadi ia pun menarik kokang dari riffle khusus tersebut, dan mengganggu mereka.

"Not my rocket, asshole!"

Brad berteriak lalu menampakkan dirinya. Ja menarik pelatuk dan menghujani mereka dengan peluru-peluru besar nan tajam yang mampu mengoyak lapisan tank. Ia bukan tentara dan bukan pejuang, ia tak tahu cara bertarung dengan robot-robot ini. Tapi ia harus melakukan sesuatu atau kereta kencana yang akan membawa mereka hancur di depan matanya.

Tembakan Brad membuat kaget mereka, tentu saja. Begitu tahu sedang dihujani peluru, mereka langsung menembak ke arah dimana tembakan itu datang. Seorang vehicons melemparkan tembakan dari meriam, Brad berlari dan menghindar. Ia berlindung dibalik reruntuhan dan nafasnya bersengal-sengal.

"Ini gila. Benar-benar gila."

"Bunuh dia."

Itu perintah yang didengar oleh Brad. Ia sudah membulatkan tekat dan tak mau mati sia-sia. Brad mengangkat senjatanya lagi dan memulai tembakan beruntun dari sebuah celah. Bidikannya sangat jelek, tetapi itu cukup untuk membuat formasi mereka berantakan. Saat ada yang mendekat, Brad melontarkan granat tepat di crest mereka. Itu tidak membunuh vehicons, tetapi cukup untuk membuat mereka melangkah kuwalahan. Brad berlari secepat mungkin saat roket itu hancur.

Ia menerobos puing-puing dengan setelan itu. Langkahnya ia mudahkan dengan pendorong untuk membantunya melompat lebih tinggi. Kemudian fitur magnet yang ia aktifkan agar tak tergelincir saat berpegangan. Ia lebih handal dalam penggunaan setelan ini karena sejak awal Brad yang menjadi model untuk uji coba setelan ini. Termasuk menggunakan mini jetpack saat harus meluncur lebih cepat.

Satu ledakan lain membuat Brad terlempar. Termasuk pegangannya terhadap riffle menjadi lepas dan terjatuh ke parit yang dalam. Brad tak bisa meraihnya, tetapi ia punya dua granat di tangan. Ia sudah tak bisa lari, semua arah telah dikunci oleh Vehicons dengan posisi siap menembak. Brad menutup mata dan mengangkat tangan, ia sudah siap untuk ditembak. Setidaknya ia tidak mati sia-sia.

Transformers: Dance with The DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang