A (second) Chance 🔞

67 3 0
                                        

Yoonji.... gemes ah. Baper sendiri. Capek deh.
😆😆🥰☺️
Warning ❗️❗️❗️
Chapter ini mengandung 🔞 dimohon kebijaksanaannya.
.
.
🌞🌞🌞

Aeera dan Yoonji sedang menyantap makanannya di apartemen Yoonji. Malam ini seakan menjadi malam spesial, Yoonji sengaja membuat makan malam sendiri, bahkan Yoonji tidak mengizinkan Aeera membantunya. Aeera hanya boleh berdiri disebelahnya melihatnya memasak. Suasana hening menyelimuti mereka yg masih menyantap makanannya.

"Aeera...." panggil Yoonji tiba-tiba memecah keheningan.

"Hmm..."

"Panggil aku Oppa..." ucapnya dengan muka serius.
Aeera yg mendengarnya hanya memasang muka bingung mengernyitkan keningnya.

"Jin Hyung bukan pacarmu. Harusnya aku yg kau panggil Oppa." jelasnya lagi.

Aeera baru paham sekarang. Alasan Yoonji sedari tadi ingin dipanggil dengan sebutan 'Oppa'.

"Aku memanggilnya Oppa karena dia lebih tua dariku." ucap Aeera.

"Panggil saja dia hyung" jawab Yoonji malas. Aeera tidak ingin meresponnya. Dia memilih menghabiskan minumannya dan beranjak dari kursinya menuju dapur untuk mencuci piring bekas makannya.

"Kapan kau akan antar aku pulang?" tanya Aeera. Namun tidak ada jawaban dari Yoonji. Aeera pikir, Yoonji sudah meninggalkan meja makan. Lalu Aeera berbalik dan mendapati Yoonji masih di meja makan. 'Kenapa dia tidak menjawab?' batin Aeera.

Selesai mencuci piring. Aeera kembali duduk di kursi makan sebelah Yoonji yg sedang memperhatikan gelasnya.

"Yoonji-ah.... Kapan kau akan antar pulang? Jika tidak, aku akan pulang sendiri." ucap Aeera.

Yoonji menoleh dengan ekspresi yg sangat dingin. Membuat Aeera menjadi merasa bersalah. Aeera diam menatap Yoonji dan menunggu respon.

"Kau benar2 sudah merasa lega sekarang setelah apa yg terjadi di antara kita? Kau benar2 tidak ingin mendengarkan penjelasanku atas apa yg sudah terjadi?" ucap Yoonji benar2 serius.

"Bahkan aku belum sempat minta penjelasanmu atas apa yg sudah merubahmu?" ucapnya lagi.

"Jadi kau ingin membahasnya?" Aeera langsung merespon.

"Iya." jawab Yoonji singkat.
"Biar aku dulu." lanjutnya lagi.

Yoonji menjelaskan dengan perlahan dari awal terjadinya pekara sampai terakhir dia bertemu di restoran mewah waktu itu. Aeera merasa takjub, karena seorang Yoonji yg pada dasarnya malas berbicara banyak2 atau bahkan dia malas untuk memiliki masalah, kali ini demi memperbaiki semuanya dia menjelaskan satu-satu persoalannya.

Aeera sempat merasa bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri karena ternyata Yoonji benar-benar kesulitan waktu itu. Namun Aeera merasa lagi, itu bukan sepenuhnya salah dia. Dia tidak tau sama sekali. Kalau pada saat itu Yoonji cerita, mungkin akan berbeda keadaannya. Mungkin, Aeera bisa memakluminya. Entahlah.

"Aku ingin kau paham dari semua penjelasanku tadi." yoonji mengakhiri ceritanya.

"Lalu, sekarang. Apa bedanya? Maksudku, kau akan lebih baik tanpaku bukan? Kau tidak perlu merasa terbebani untuk cerita semuanya padaku." Aeera memberikan respon.

"Aku pernah mengatakannya bukan, lebih baik kau bicara pahit di depanku, daripada tidak sama sekali dan hanya membuatku terlihat bodoh? Aku tidak suka jika ada orang membuatku bodoh lalu merasa kasihan padaku. Aku benci seperti itu. Aku lebih baik menerima kenyataan pahit ketimbang harus dikasihani orang." Aeera kembali menjelaskan. Nada suaranya sudah sedikit berubah karena menahan tangis.

"Aku pernah gagal dalam hubunganku. Itu karena pria sialan itu meninggalkanku tanpa alasan dan kabar yg jelas di hari ketika aku akan nikah dengannya. Kau bisa bayangkan betapa bodohnya aku dengan pakaian pernikahan yg ku impikan menunggu penjelasan yg pada akhirnya tidak pernah aku dapatkan melainkan rasa iba dan kasihan yg pada saat itu aku terima. Aku benci diriku Yoon." Aeera tak bisa membendung air matanya.

It's You ( Always you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang