60|De Javu (end)

7.5K 600 321
                                    

Minal aidzin wal faidzin, buat yang jadi silent readers gak di maapin haha



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cowok yang memakai celana kain selutut dan kaos maroon itu berdiri di depan gerbang rumah Sasa dengan senyum mengembang. Merapikan sedikit rambutnya yang acak-acakan lalu menghela napas pelan bersiap untuk memencet bel. Namun, sebelum memencet bel saja gerbang rumah itu sudah terbuka. Yang otomatis membuat Gara tersentak kaget lalu mengerjap pelan.

"Loh, ada Gara." sapa Bunda membuat Gara mengangguk sopan. "Mau sepedahan ya sama Sasa?" tanya Bunda setelah sadar Gara membawa sepeda di belakangnya.

"Iya, Tante. Boleh kan?" tanyanya.

Bunda hanya mengulas senyum lalu mengangguk. "Tuh, anaknya udah siap."

Sasa pun keluar gerbang sambil membawa sepeda mininya. Menata poninya sebentar lalu mengangguk siap. "Yuk, keburu panas."

"Jalan dulu ya, Tante." pamit Gara, kaku.

"Iya. Kalo mau kesini gak usah sembunyi-sembunyi lagi ya. Tante takutnya jatuh kalo kamu manjat balkon kamarnya Sasa terus." ujar Bunda membuat Gara terbelalak dan Sasa hanya menahan tawa di belakangnya.

"Ehh, itu kan dulu, Tante. Maaf ya..."

"Yaudah, kita pergi dulu ya, Bun." pamit Sasa kemudian.

"Hati-hati, kalo capek suruh bonceng Gara aja, Sa!" seru Bunda yang dijawab lambaian tangan oleh mereka.

Bunda kemudian terdiam sebentar sambil memandangi Gara dan Sasa yang sudah menjauh. Kedua remaja yang sedang bersepeda pagi itu nampak bahagia sambil bercanda.

Samar-samar, Bunda jadi ikut tersenyum. Melihat tawa lepas Sasa, anak satu-satunya yang dia jaga dan sayang selama ini saja sudah bisa membuat hatinya menghangat. Membuat Sasa bahagia ternyata gampang, cukup dengan orang yang dia suka maka Sasa akan tertawa lepas bahagia.


-------------------

"Gar! Capek, istirahat dulu." seru Sasa, kayuhannya memelan.

"Dikit lagi padahal. Katanya mau diet." cibir Gara.

Sasa menggeleng kuat lalu turun dari sepeda dan duduk di kursi taman. Mengatur napasnya yang sudah naik turun sambil mengipasi wajahnya yang basah akan keringat.

"Baru segini, Sa. Gue aja kuat, padahal terakhir naik sepeda waktu kelas 7 SMP." kata Gara lagi.

"Bodoamat, Gar. Gue terakhir kali naik sepeda waktu SD malah." jawab Sasa kemudian.

Gara mendengus pelan lalu beranjak, "Bentar, lo tunggu sini jangan kemana-mana." Gara pun berlari kecil dan menyeberang jalan menuju Indomaret seberang sana.

GASA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang