Malam ini Sasa memilih bermalas-malasan di atas kasur empuknya. Sedang malas untuk melakukan kegiatan apa pun, salah satunya Sasa juga sedang malas untuk belajar.
Masalah tentang olimpiade tadi di sekolah masih menghantuinya. Rasanya, pikiran dan hatinya tidak bisa tenang. Masih saja kepikiran.
Suara dari dapur membuat Sasa tersadar jika Bunda sudah pulang dari kerja. Sekedar info, Bunda Sasa adalah wanita karier serta pebisnis yang hebat. Itu sebabnya juga karena Bunda Sasa termasuk wanita yang cerdas dan disiplin. Sasa bangga mempunyai Bunda sepertinya, tapi di sisi lain Sasa juga tidak suka dengan sikap Bunda kepadanya.
"Bun..." panggilnya lirih, sambil menuruni tangga.
Bunda menoleh sebentar kemudian melanjutkan menghabiskan minumannya.
"Bun, Sasa mau ngomong." kata Sasa pelan.
"Sasa mau ngomong kalo---"
"Gak kepilih olimpiade, kan?" potong Bunda langsung membuat Sasa mengerjap.
"Maaf, Bun..."
Bunda memijat pelipisnya kemudian duduk di kursi. "Sa... Sa, Bunda masih gak habis pikir sama kamu."
"Tapi cuma selisih satu poin." belanya.
"Cuma kamu bilang? Buktinya mau selisih berapa pun kamu tetep kalah!" jawab Bunda dengan nada tinggi.
"Yah terus, Sasa harus gimana dong?"
"Sama anak baru itu lagi. Udah jelas-jelas kamu murid lama yang kemampuannya nggak diragukan lagi kan..."
"Bunda nggak mau tau, Bunda bakal bilang sama guru kamu soal ini." protesnya.
"Bun! Nggak usah... apa sih." cegah Sasa.
Sasa tuh nggak mau kalo Bunda terus kaya gini. Udah sering Bunda nyalahin sekolah cuma karena masalah beginian. Bunda juga sering ke sekolahan buat nanyain masalah Sasa.
Intinya Sasa tuh nggak mau kalo Bunda terus-terusan ikut campur.
"Itu lah sebabnya, kamu nggak mau serius."
Sasa menghela nafas pelan lalu duduk berhadapan dengan Bunda di meja makan. Menyandarkan tubuhnya di kursi dengan keadaan lelah.
"Kamu kenapa sih sekarang jadi kaya gini? Bunda rasa sejak kelas 11, sekolah kamu jadi down loh Sa."
"Apa karena pengaruh buruk temen-temenmu?" tuduh Bunda lagi membuat Sasa tersenyum miris.
"Bun, temen Sasa siapa lagi sih? Cuma Alin sama Jenny! Bunda sendiri kan tau mereka kaya apa. Walaupun mereka berdua gak kaya Sasa, tapi mereka juga gak pernah ganggu konsenterasi belajar sama pengaruhi Sasa ke yang buruk!"
"Bukan, Bunda rasa bukan itu. Tapi..."
Bunda menggelengkan kepala tidak habis pikir. "Oh, apa karena kamu sekarang bergaul sama anak-anak begajulan yang nggak bener? Kamu jadi terpengaruh sama mereka, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GASA [end]
Teen Fiction-Angkasa Series 2 "Masa SMA lo bakalan hambar, kalo cuma mentingin nilai doang! Gue bakal ajak lo ke zona paling nyaman yang belum pernah lo rasain sebelumnya." Kata semua murid Gara itu pangeran sekolah. Tapi nyatanya satu detik berdekatan dengan G...