Sasa baru saja keluar dari ruang guru. Kemudian menaiki tangga hendak menuju kelas, tiba-tiba saja tubuhnya bertabrakan dengan tubuh kekar Gara. Sontak membuat Sasa meringis kesakitan akibat dahinya menubruk bahu cowok itu.
"Lepas aja deh mata lo, gak guna kayanya." kesal Sasa.
Gara mendelik, "Apaan, yang nabrak lo sendiri."
Sasa geram ditempat kemudian melanjutkan langkahnya, tapi baru beberapa langkah cewek itu berhenti dan berbalik badan.
"Heh, lo di panggil Bu Ratna ke BK. Disuruh bawa buku poin." ucap Sasa, sadar jika Bu Ratna tadi sempat memberinya pesan.
Gara menoleh, "Bilang sama dia, gue bosen ke sana." jawabnya santai.
Sasa mendekat beberapa langkah sampai berhadapan dengan cowok itu. Menatap Gara tajam, seolah tatapan kebencian.
"Udah deh kesana aja, tiap hari gue jadi repot ngurusin lo terus!!"
"Gue gak nyuruh lo ngurusin gue tuh." jawab Gara tanpa wajah berdosa.
Sasa semakin mengeratkan kepalan tangannya, "Sadar gak sih, lo itu nyusahin banget. Guru-guru gantungin semuanya ke gue... selama gue jadi ketua kelas, gue gak pernah seribet ini ngurusin anak orang, tau gak!" omel Sasa panjang lebar, sedangkan Gara hanya menatap cewek itu datar.
Gara memasukkan sebelah tangannya ke saku celana kemudian menatap Sasa serius.
"Lo kenapa sih, kalo ke gue marah-marah terus kerjaannya..." terheran.
Gara sendiri juga bingung, setiap bertemu Sasa pasti aura cewek itu menjadi horor. Tidak seceria atau sebaik kepada yang lainnya.
"Harusnya lo udah tau penybabnya!" ketus Sasa, lalu berbalik badan.
Gara mencekal pergelangan tangan Sasa, "Heh, jawab dulu."
"Ish, apa sih! Gak usah pegang gue!" sentaknya.
Gara menyunggingkan senyuman, "Gak usah kepedean, gue cuma tanya. Kenapa sih lo benci banget sama gue perasaan... kaya punya dendam serius gitu."
Sasa hanya diam, memasang wajah kesal kepada cowok itu. Sasa sendiri juga tidak tahu, tapi intinya kalo lihat muka Gara sama ketemu cowok itu rasanya pengen nonjok aja.
Ngeselin banget soalnya, apalagi kalo inget kejadian semester lalu, yang bikin Sasa kesel setengah mati sampai sekarang.
"Gak tau, aura lo negatif aja." gumam Sasa, cuek.
Gara menaikkan sebelah alisnya curiga, "Gak, gak mungkin... jujur deh, lo masih dendam sama gue soal kekunci di UKS waktu itu kan?"
Jangan lupa dengan keadaan sekitar, mereka berada di tengah perbatasan tangga. Banyak murid yang dari tadi lewat sambil lihatin mereka berdua. Ada juga yang dari tadi lewat cuma buat tebar pesona sama Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASA [end]
Teen Fiction-Angkasa Series 2 "Masa SMA lo bakalan hambar, kalo cuma mentingin nilai doang! Gue bakal ajak lo ke zona paling nyaman yang belum pernah lo rasain sebelumnya." Kata semua murid Gara itu pangeran sekolah. Tapi nyatanya satu detik berdekatan dengan G...