"Argghh... "
"Sshhh,, pelan-pelan kak"
"Udah diem aja, nanti enakan kok"
"Iya, tapi pelan-pelan kak. Ini sakit banget"
"Itu tahu, makanya lain kali hati-hati dong"
"Ihh, itu kan reflek kak. Aku kaget tahu ngeliat kakak tidur di samping aku. Biasanya kan sendiri" keluh Ara
Jangan berburuk sangka dulu ya.
Pagi ini, saat Ara terbangun dari tidurnya. Dia sangat terkejut melihat adanya Gavin yang tidur sambil memeluknya erat. Alhasil, dia mendorong tubuh Gavin kuat tapi bukannya Gavin yang terjatuh malah dia sendiri yang jatuh. Mengakibatkan dirinya nyungsep dan membuat kepalanya kejedot meja yang berada di dekat tempat tidur.
Pusing.
Satu kata menggambarkan keadaan Ara saat ini.
Bayangkan saja, kalian tiba-tiba bangun tidur dan langsung kejedot meja.
"Kita kan udah nikah, jadi wajar dong kalau gue meluk lo" ujar Gavin
"Aku lupa kak"
"Masih muda kok udah pikun sih"
"Ya kan efek bangun tidur. Jadinya masih linglung sama keadaan"
Gavin mendengus mendengarnya.
"Untung aja nggak parah. Udah sana mandi, kayaknya yang lain udah nungguin kita dibawah" ujar Gavin memerintah karena melihat Tania--Mamanya terus saja menelpon
Ara menurut, dia memasuki kamar mandi dan bersiap. Lalu digantikan dengan Gavin. Setelah itu, mereka segera turun ke lobi hotel dan bergegas ke restoran untuk sarapan, lalu bergegas pulang ke rumah Gavin.
~•~
Malam ini di meja makan keluarga Mahesa bertambah satu orang. Jika biasanya empat orang, kini sudah lima yaitu Ara. Saat ini semuanya sedang makan malam. Sangat tenang.
Selesai makan malam, salah satu dari mereka belum ada yang beranjak. Katanya ada yang mau dibicarakan.
"Gavin, Ara. Kalian mau tinggal dimana? Mau disini atau di rumah baru?" tanya Tania
"Em, aku terserah kak Gavin aja, mah" ujar Ara setelah melirik Gavin
"Kita tinggal disini aja. Supaya Ara juga nanti nggak kesepian kalau misalnya aku ada les tambahan gitu" ucap Gavin
Ara tersenyum malu mendengar ucapan Gavin. Mengapa Gavin begitu perhatian, padahal mereka baru mengenal beberapa hari lalu.
"Ya udah kalau maunya gitu. Mama seneng dengernya"
"Iya kak, aku juga seneng. Nanti kita gibahin kak Gavin sama-sama" ujar Ghea pada Ara
Gavin mendelik pada adiknya, tidak sadarkah Ghea kalau dirinya masih disini. Bisa-bisanya ingin membicarakan dirinya.
Ara tertawa mendengar ucapan Ghea. Ada-ada saja. Tapi ada bagusnya juga, dia bisa tahu tentang Gavin nantinya.
"Oh iya, Papa ijin sekolah kalian tambah dua hari. Jadi, lusa udah masuk sekolah" ucap Satya tiba-tiba
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...