Happy Reading❤
~•~
Cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela jendela, mengusik tidur Gavin pagi ini. Hari ini, hari Minggu, jadi Gavin ingin melanjutkan tidurnya. Karena selama ini, tidurnya sedikit terganggu dengan aktivitas sekolah yang bertambah, apalagi dia sudah kelas dua belas.
Tapi sepertinya itu tidak bisa terjadi, matahari semakin naik dan cahayanya kembali mengusik tidur Gavin.
Gavin mengerang, ingin lanjut tidur saja tidak bisa.
"Ra, tutup jendelanya"
Gavin membalikkan tubuhnya membelakangi jendela dan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.
Tidak sampai satu menit, Gavin membuka kembali selimutnya. Dia bangkit dan melihat sekeliling. Tidak ada Ara. Mencoba berpikir positif, mungkin saja Ara sedang mandi.
"Araa"
Menit berikutnya, Gavin beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Membukanya. Kosong. Tidak ada siapapun di dalam kamar mandi.
Dimana Ara? batinnya.
Apa Ara meninggalkan Gavin karena ucapannya semalam. Tapi Ara sudah berjanji kemarin. Tidak mungkin.
"ARA"
Mungkin ada di dapur.
Tapi begitu sampai dapur, Gavin hanya melihat Mamanya yang sedang membuat minuman. Tidak ada Ara dimanapun. Dengan segera, Gavin berjalan menuju Mamanya.
"Ma, Ara mana?"
"Astaga, Vin. Ngagetin Mama aja kamu ini"
Tania memukul lengan Gavin, karena sudah mengagetkan dirinya."Ma, dimana Ara?" Gavin tidak menggubris ucapan sang Mama. Karena sekarang, pikirannya sedang tertuju pada Ara
"Oh, itu Ara--"
"HELLOO, GHEA SAMA KAK ARA PULAANG"
Belum sempat Tania menyelesaikan ucapannya, suara teriakkan dari depan menghentikannya.
"Ara" Gavin dengan segera berjalan cepet menuju ruang tamu.
Sementara itu, Ara dan Ghea yang baru saja pulang dari jogging. Keduanya mengerutkan kening melihat Gavin yang berjalan cepat ke arah mereka.
"Kena--"
Belum sempat Ara bertanya, tubuhnya sudah terdorong selangkah ke belakang karena serangan pelukan tiba-tiba dari Gavin.
"Gue pikir, lo ninggalin gue" ujar Gavin pelan dengan pelukannya yang semakin erat pada tubuh Ara membuat Ada sesak.
"Kak Gavin, itu Kak Aranya sesek nafas" ucap Ghea mewakilkan Ara
Gavin melepaskan pelukannya begitu mendengar ucapan Ghea. Dia menyengir, melihat Ara yang hanya mengangkat alisnya.
"Dasar" cibir Ghea dan berlalu dari sana
"Darimana? Kenapa nggak kasih tahu gue?" Gavin tidak menggubris ucapan Ghea, dia lebih fokus pada Ara-nya.
"Abis jogging bareng Ghea, keliling kompleks" ujar Ara sambil melihat Gavin dari atas ke bawah
Ara menggeleng pelan, Gavin masih dengan muka bantalnya dan piyama tidur. Astaga.
"Kenapa belum mandi, Kak?" tanya Ara sambil berjalan menuju ruang makan dengan Gavin yang juga mengikutinya dari belakang. Seperti anak itik yang takut induknya hilang.
"Ck. Kan tadi langsung bangun nyariin lo, takut lo hilang. Lagian, kenapa nggak ngasih tahu gue kalau mau jogging bareng Ghea?"
Ara menghela napasnya "Aku udah ngasih tahu Mama kok, kalau mau bangunin Kakak takut ganggu"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...