Hari ini terhitung hari terakhir ujian semester di SMA Pancasila. Dan entah kenapa, guru mengatur jadwal di hari terakhir dengan mata pelajaran yang sangat menyebalkan.
Semua murid begitu lega, karena ujian telah berakhir. Dan mereka hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Entah mendapat nilai bagus atau tidak, mereka tidak terlalu memusingkannya. Kecuali untuk orang yang ambis, pasti akan sangat mengkhawatirkan nilainya jika menurun.
Sama seperti ketiga orang yang sedang duduk di kantin itu. Mereka terlihat bahagia, karena ujian telah selesai. Mereka juga tidak memusingkan akan hasilnya nanti, yang penting mereka sudah mengerjakan sesuai kemampuan yang mereka miliki.
"Guys, habis ini kan libur. Yuk, lah, kita liburan kemana gitu" ujar Mario begitu selesai memesan makanan.
"Ayok lah, gue mah" balas Rey mengiyakan sambil memakan keripiknya.
"Lo gimana, Vin? Ayoklah, selagi kita belum sibuk sama UN nanti. Refreshing dulu lah"
"Gue tanya Ara dulu, kalau dia mau gue ikut" jelas Gavin.
"Hem, beda yah. Sekarang udah bucin abis" ujar Mario.
"Ya iyalah bucin. Orang sama bini sendiri juga, beda lagi kalau bucin sama istri orang. Yang ada di gebukin" sambung Rey dengan malas, karena menunggu pesanan mereka yang lama. Dia sudah lapar sekali.
Mario mendengus mendengar ucapan Rey. Tidak sampai begitu juga, pikirnya.
"Gue yakin Ara pasti mau. Dan disini gue udah nemuin tempat yang bagus buat kita liburan nanti"
"Hm?" Gavin sambil mengangkat sebelah alisnya bertanya. Sedangkan Rey sudah lahap dengan makanannya yang baru saja tetapi dia mendengarkan apa yang dibicarakan Mario.
"Gue kemarin udah nyari-nyari, dan dapat tiga tempat. Nih" Mario memberikan ponselnya yang menampilkan gambar tempat wisata yang telah dia cari.
"Gue tahu kalau kalian juga pasti bosan kalau liburannya ke Bali atau deket-deket sini terus. Makanya gue cari yang agak jauhan, gimana?" lanjut Mario.
"Hem, bagus semua. Menurut lo gimana, Vin?" tanya Rey karena dirinya ke lebih dahulu melihat gambar tersebut.
"Hem. Yang ini bagus" pilih Gavin pada salah satu tempat yang ada di gambar.
"Good choice, gue juga mau kesini. Pemandangannya bagus semua. Jadi kita berangkat seminggu lagi dari sekarang" ujar Mario dengan semangat.
Gavin dan Rey yang sedang makan hanya menganggukkan kepala.
"Gue udah nggak sabar, refreshing sebelum menghadapi UN tahun depan"
Benar. Tidak terasa sudah hampir tiga tahun mereka disini. Belum bisa dipercaya, karena rasanya baru kemarin mereka berkenalan satu sama lain, lalu tiba-tiba mereka harus berpisah lagi.
~•~
"Ara""Iya" Ara yang sedang meracik maskernya pun menolehkan kepalanya kepada Gavin yang baru keluar dari kamar mandi.
"Astaga, Kak. Kenapa nggak pakai baju?" Ara kaget lalu memalingkan wajah ke arah lain, pasalnya Gavin keluar belum memakai apapun kecuali handuk yang melilit di pinggangnya.
"Lupa ngambil baju" Gavin berjalan menuju lemari lalu mengambil pakaiannya.
"Kenapa nggak panggil aku aja, biar aku yang ambil"
"Kamu kan lagi itu. Apa tuh yang naruh dimuka itu?" tanya Gavin.
"Maskeran, Kak" jawab Ara sambil terkekeh pelan, karena Gavin tidak mengetahui apa yang dia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...