Berikan komentar pada setiap paragraf yaa. Thankyou ;)
Happy reading~
***
Suasana setiap kelas di SMA Pancasila hari ini begitu ricuh. Seperti berada di pasar. Itu dikarenakan hari ini guru-guru rapat mempersiapkan ujian untuk kelas 12. Tetapi, mereka tidak membiarkan para murid pulang lebih awal. Begitu juga dengan kelas 11 IPA 3 yakni kelas Ara. Pintu kelas dan jendela semua ditutup agar tidak ada anak kelas lain yang masuk menganggu. Di dalam kelas, pasti sudah sangat berantakan. Ada yang tidur dengan menggabungkan beberapa kursi, ada yang bermain game online, ada yang ber karaoke di depan kelas dengan mic menggunakan sapu lantai, ada yang ghibah, dan masih ada banyak yang lainnya.
Tiba-tiba saja pintu kelas mereka terbuka, membuat semua aktivitas yang berada di dalamnya terhenti dan seketika menjadi hening. Mereka semua menoleh perlahan ke pintu kelas. Takut kalau itu guru paling terkiller di sekolah tengah mengecek keadaan kelas. Bisa-bisa mereka semua nanti berjemur di tengah lapangan.
Ternyata itu Ara dan Ririn yang baru saja kembali dari kantin. Mereka menghembuskan napas lega dan ada juga yang mendengus kesal karena acara tidurnya terganggu.
Ara dan Ririn mengerutkan kening bingung, karena tiba-tiba semua melihat ke arah mereka.
"Kenapa?" tanya Ara bingung
Salah satu di antara mereka angkat bicara.
"Aduh, Ra. Lo bikin kita jantungan tahu nggak. Kita pikir yang buka pintu tadi itu Pak Mud yang masuk" ujar Tyo salah satu teman sekelasnya
"Oh, kirain apa" ucap Ara malas dan melanjutkan jalannya menuju tempat duduk diikuti Ririn
Tyo mendengus kesal mendengar jawaban Ara. Sudah membuat semuanya jantungan, malah itu anak cuek bebek. Tapi dekat selanjutnya, semuanya kembali melanjutkan aktivitas yang terhenti tadi.
Ara dan Ririn mendudukkan diri di kursi mereka masing-masing. Dan melanjutkan kegiatan setiap wanita jika sudah berkumpul yaitu ghibah. Satu hari tidak ghibah bagi mereka sudah seperti sayur tanpa garam. Hambar.
"Rin, gue harus gimana nih?" Ara kini tengah frustasi memikirkan obrolan dengan orang tuanya semalam tentang perjodohannya itu.
"Emang kenapa sih? Daritadi lo tanya begitu terus tapi nggak pernah ngejelasin apa-apa sama gue" ujar Ririn sambil memainkan ponselnya melihat akun cowok-cowok ganteng.
"Gue dijodohin" ujar Ara lirih sambil menelengkup kepalanya di atas meja
"OH MY GOD!?" Ririn berteriak kencang membuat semua menoleh ke arahnya sebentar dan kembali melanjutkan aktivitas masing-masing.
Entah apa yang Ririn teriakkan, karena atensinya masih memandang ke ponselnya itu.
"Astaga, kak Gavin ganteng banget anjir" ternyata itu karena sosok cowok yang berada di laman instagramnya
"Ck. Lo dengerin gue nggak sih?" kesal Ara karena Ririn tidak meresponnya
"Sabar dulu, Ra. Ini lo harus lihat kak Gavin dulu, ganteng banget soalnya. Nggak boleh terlewatkan" ujar Ririn heboh sambil menunjukkan ponselnya kepada Ara yang berisikan postingan foto dari kak Gavin itu.
Ara melihatnya dengan malas, tidak berminat akan foto dari kaka kelasnya itu. Ganteng sih, tapi yang terpenting sekarang bukan itu. Lagipula Ara tidak terlalu mengenal kakak kelasnya yang itu. Hanya sebatas kenal namanya saja, karena Ririn pernah berpacaran dengan salah satu sahabat Gavin.
gvn.mhsa1
❤ 📎
Disukai oleh mrio.gvrl dan 12.546 lainnya"Ck. Biasa aja kali liatinnya. Sekarang lo dengerin gue dulu" ucap Ara dan merebut ponsel Ririn membuat si pemilik mendengus kesal
"Iyaiya, kenapa Araku sayang, cinta, my honey, lope-lope" ucap Ririn membuat Ara ingin memuntahkan makanan yang tadi dia makan di kantin
Ara mendengus "Gue dijodohin, Rin" ujar nya pelan agar hanya dirinya dan Ririn saja yang mendengar
"WHAT!?" mungkin tadi Ririn berteriak karena foto di instagram tapi kini, dia benar-benar speechless dengan ucapan Ara barusan.
"DEMI DEWA NEPTUNUS, BENERAN LO DIJOD--" teriakkan Ririn selanjutnya membuat Ara harus segera bertindak
Ara membungkam mulut Ririn dengan tangannya agar sahabatnya itu berhenti berteriak. Jika tidak, mungkin satu kelas atau bahkan satu sekolah bisa mengetahuinya. Tahu sendiri mulut-mulut biang gosip. Dan Ara tidak ingin menjadi buah bibir di sekolah. Dia ingin hidupnya tenang dan damai.
"Jangan teriak-teriak dong. Nanti yang lain pada tahu" ujar Ara kesal sambil melepaskan bekapannya
"Iuh, tangan lo bau tahu" Ririn mendengus jijik
"Enak aja, enggak. Tadi abis boker udah cuci kok" ujar Ara tidak terima
Ririn mendelik ke Ara. Tuh kan.
"Terus-terus, siapa calonnya?" Ririn melanjutkan obrolan mereka tadi yang sempat terjeda
Ara menghembuskan napasnya pelan
"Kalau itu juga gue nggak tahu. Gue harus gimana?""Ya udah mau gimana lagi. Terima aja sih, kalau ganteng kan enak juga di lo"
"Syukur kalau ganteng. Kalau cupu, gendut, item, dekil, gimana nasib gue? Nggak mau gue" ujar Ara memelas
"Ya, kalau lo dapet yang kayak gitu sih. Itu derita lo, hahaha" Ririn tertawa membayangkan kalau Ara mendapat calon suami seperti itu, tapi dia juga sedikit kasihan melihat Ara
"Ck. Lo mah, nggak ada kasih saran apa kek gitu ke gue. Gue nggak mau dijodohin" Ara ingin menangis sekarang tapi dia malu
"Cup cup cup. Udah nggak usah nangis. Terima nasib aja ye" ujar Ririn menenangkan, tapi bukannya tenang malah membuat Ara benar-benar ingin menangis.
Ririn menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia pusing, bagaimana lagi menenangkan Ara. Kalau Ara sudah menangis, itu butuh berjam-jam untuk tenang dan membuat matanya sendiri bengkak. Tolong Ririn, ya Tuhan.
~•~
Tbc
Jangan lupa follow ig aku @shellazalianty_
Loveyouguys ;)
Salam, istri sah Jeon Jungkook :*
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...