Siang ini Ara dan Gavin akan pergi ke rumah orang tua Ara sesuai ucapan Gavin semalam. Keduanya tengah bersiap diri.
"Gue tunggu di bawah ya" beritahu Gavin karena dirinya sudah selesai bersiap. Dirinya mengenakan pakaian simple, hoodie hitam dan celana pendek selutut.
"Iya kak" jawab Ara yang masih berada di dalam kamar mandi.
Gavin menggeleng heran, kenapa perempuan lama sekali jika bersiap? Mandi saja lama apalagi nanti jika sudah berdandan?
Nyatanya, Ara baru saja memasuki kamar mandi sepuluh menit yang lalu. Memang dasarnya laki-laki saja yang tidak bisa menunggu.
Gavin menuruni anak tangga dan menemui Tania-Mamanya sedang menonton televisi. Dengan segera, ia duduk di samping Tania.
"Eh, mau kemana rapih banget" ujar Tania begitu melihat anak laki-laki nya duduk di sampingnya
"Mau ke rumah Mama Intan, ngambil barang-barang Ara yang masih disana" Gavin menjawab sambil menaruh kepalanya di bahu sang Mama
"Kenapa nggak nyuruh supir aja?"
"Takut ada yang ketinggalan katanya"
Tania menganggukkan kepala mengerti
"Kam--""HELLOOO, GHEA COME BACK HOME" teriakkan itu memotong ucapan Tania
"Ghea, udah berapa kali Mama bilang nggak usah teriak-teriak" omel Tania
Ghea cengengesan seraya menggaruk kepala yang tak gatal "Udah terbiasa Mah"
"Ck. Mulutnya emang minta di lem itu" sambung Gavin
"Dih, terserah Ghea lah, mulut-mulut Ghea kok. Wle" ujar Ghea sambil menjulurkan lidahnya pada Gavin
"Terus apa nih, udah punya istri kok masih manja sama Mama. Dih" sambung Ghea mencibir
"Terserah gue lah, Mama-Mama gue" balas Gavin sambil memeluk Tania dari samping
"Ih, Mama Ghea juga ya" protes Ghea
Tania sendiri sudah menggelengkan kepala pusing melihat kedua anaknya ini. Berantem terus. Tapi jika sudah menginginkan sesuatu, pasti kompak.
"Mending lo mandi sana, bau keringat tahu nggak. Jorok ih" ujar Gavin sambil mengapit hidungnya dengan jari sambil menunjukkan ekspresi seolah-olah jijik.
"Sembarangan aja, masih wangi ya. Tadi Ghea mandi parfum, jadinya masih wangi"
"Dih, Mah jangan di kasih uang lagi Ghea nya. Pantesan parfumnya cepet abis ternyata nggak mandi cuman pake parfum aja. Cewek kok jorok banget sih" adu Gavin pada Tania
"Ih, nggak Mah. Tadi cuman boong kok, Ghea mandi ya"
"Beneran, Ghe?" tanya Tania
"Nggak Mah. Jangan percaya sama kak Gavin. Dia bohong"
Gavin balas meledek Ghea dengan menjulurkan lidahnya membuat Ghea menatapanya tajam.
"Awas aja, aku bilangin kak Ara supaya kakak di usir dari kamar terus tidur diluar malam ini" ancam Ghea
"Dih, apa-apaan. Jangan sembarangan ya" ujar Gavin panik
Ghea tersenyum smirk. Sepertinya dirinya sudah menemukan kelemahan seorang Gavin--kakaknya ini. Lihat saja nanti.
"KAK ARA. MALAM INI JANGAN BIARIN KAK GAVIN TIDUR DI KAMAR. USIR AJA SURUH TIDUR DI LUAR" Ghea berteriak ketika melihat Ara yang turun dari tangga dan memperlihatkan wajahnya bingung mendengar ucapan Ghea.
"Kena--" ingin bertanya pada Ghea tapi sudah lebih dulu di potong oleh Gavin
"Nggak usah diladenin anak pungut kayak dia. Sini lo" ujar Gavin dan ingin menangkap Ghea tapi Ghea sudah lebih dulu berlari menuju kamarnya sambil tertawa

KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...