Selesai dengan kegiatan di kamar mandi, yakni mencuci wajah dan yang lainnya. Ara berjalan menuju ke depan meja rias, guna untuk memakai skincare-nya.
Ara sempat melirik ke arah ranjang, disana Gavin sedang tiduran, jangan lupa dengan handphone dan juga bunyi permainan yang dimainkan.
Dari dirinya di kamar mandi sampai keluar pun, Gavin tidak pernah bosan memainkan permainan itu. Sampai Ara bosan sendiri mendengar suaranya.
Setelah krim yang dipakai Ara sudah meresap di wajahnya, Ara beranjak menuju ranjang dan langsung berbaring membelakangi Gavin. Sengaja!
Deng Deng Deng
Bersamaan dengan itu, game yang dimainkan Gavin kalah. Membuat Gavin meletakkan ponselnya dan langsung mengubah posisi tidur menghadap Ara, memperlihatkan punggung Ara.
"Ara" panggil Gavin sambil menggeser tubuhnya lebih dekat lagi ke Ara.
Tidak ada jawaban dari Ara. Tapi Gavin tahu kalau Ara belum tidur.
"Araa, balik hadap sini" pinta Gavin sambil mencoba membalikkan badan Ara.
Tapi Ara tetap pada posisinya, tidak berbalik sedikit pun.
"Araa, ih" ujar Gavin dengan sedikit memelas, karena Ara belum juga menuruti keinginannya.
Sementara itu, Ara menggigit bibirnya bawahnya menahan gemas. Inginnya tadi marah, karena kejadian di sekolah tadi.
Tapi jika mendengar Gavin yang memelas seperti itu, dirinya tidak tahan ingin mencubit Gavin saking gemasnya.
Sabar Ara, lo lagi marah. Jangan terpengaruh, batin Ara.
"Araaaaa, kamu kenapa sih? Dari sepulang sekolah kamu diemin aku lho" ujar Gavin sambil menggoyangkan bahu Ara.
"Nggak tuh" jawab Ara dengan jutek.
"Ih, tuh kan jawabnya jutek gitu"
"Ihhhhh, Araaaaa" Gavin menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Membuat Ara langsung membalikkan badannya dengan kasar.
"Ck. Aku nggak marah, cuman kesel aja"
Gavin berhenti, lalu mengerutkan keningnya bingung "Kesel kenapa?"
"Nggak usah sok nggak tahu deh"
"Aku beneran nggak tahu, Sayang"
Ara blushing, ketika mendengar kata Sayang dari Gavin. Tapi dia mencoba menutupi itu, dengan wajah kesalnya.
"Eh, sana jauhan. Jangan dekat-dekat. Aku lagi kesel lho ini" Ara mendorong tubuh Gavin yang baru akan tidur memeluknya.
"Aaaaa, Araaa, kamu kesel kenapa sih?" ujar Gavin dengan cemberut.
"Nggak tau ah. Sana jauh-jauh. Deket aja sama pengharum ruangan" sungut Ara. Dia malah mengikuti Ririn, memanggil Stella dengan sebutan pengharum ruangan.
"Hah? Pengharum ruangan? Ohh, yang biasa kita pake itu ya?"
"Ih, bukan. Itu tuh nama panggilan buat Stella dari Ririn. Gitu aja nggak tahu"
"Ya, aku kan nggak tahu. Lagian kamu juga nggak ngasih tahu"
"Terus kenapa sama Stella?" tanya Gavin sambil mengambil kesempatan untuk memeluk Ara, selagi Ara lengah.
"Jangan pura-pura amnesia gitu. Di kantin, mesra-mesraan" jelas Ara dengan singkat.
"Oh itu, heh siapa yang mesra-mesraan coba. Kalau mesra-mesraan itu, ya kayak gini" ujar Gavin sambil menujukkan bagaimana caranya bermesraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Подростковая литература[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...