"Gue cinta lo, dan gue nutupin itu dalam sikap dingin gue sama lo"
~Gavin Putra Mahesa~
Happy Reading~
~•~
Sedari pulang sekolah hari ini, Ara sedikit merasa berbeda dengan sikap Gavin. Bahkan, sesampainya di rumah Gavin tidak pernah mengeluarkan suara sedikitpun.
Ara ingin bertanya, tapi dia takut kalau saja Gavin sedang dalam mood yang tidak baik. Dan berakhir dirinya menjadi sasaran.
Hingga malam pun tiba, dan kini Ara sedang berada di dapur bersama Tania--Mama mertuanya. Menyiapkan makan malam.
"Gimana kamu sama Gavin? Baik-baik aja kan?" tanya Tania memulai obrolan
"Baik kok, Ma"
"Soalnya, Mama perhatiin kamu tadi sama dia kayak diem-dieman gitu"
"Ohh, itu mungkin Kak Gavinnya lagi capek, Ma. Selama ini, Kak Gavin nganter aku pulang terus balik lagi ke sekolah buat les tambahannya"
"Oh, iya ya. Tapi nanti kalau ada masalah, harus cepat di selesain, jangan diem-dieman, nanti masalahnya tambah besar terus jadi dendam, nggak baik" saran Tania pada Ara
"Iya, Ma"
Mereka kembali melanjutkan memasak. Menu masakan hari ini terlihat sederhana, ayam balado dan sayur sop ayam.
"Oh, iya. Kamu udah terbiasa kan sama sikap Gavin?"
"Udah Ma. Ara udah terbiasa sama sifat Kak Gavin yang dingin itu"
"Eh, bukan itu maksud Mama"
"Huh?" Ara tidak mengerti apa yang di katakan oleh Tania. Memangnya sifat Gavin yang seperti apa lagi yang dia tidak tahu. Karena setahunya sifat Gavin ya memang dingin seperti sekarang Ara mengenalnya.
"Maksud Mama, sifat manjanya Gavin" ujar Tania sambil sedikit berbisik
"Eh, emang iya, Ma?"
"Iya, kamu nggak tahu? Gavin itu luarnya aja keliatan dingin tapi aslinya, beuh, manja pake banget. Emang selama ini, Gavin nggak pernah gitu nunjukin sifat manjanya itu?"
Ara berpikir sebentar "Pernah sih, Ma. Sekali atau dua kali kalau nggak salah. Selebihnya biasa aja sama aku"
Ya, kan. Waktu di rumah Mama Intan waktu itu. Ara pikir itu mungkin normal, karena waktu itu juga Gavin belum sadar sepenuhnya waktu bangun tidur. Jadi Ara anggap biasa. Nyatanya....
"Mungkin dia malu ya, sama kamu, Ra"
Ara hanya tertawa mendengar ucapan Tania. Malu kenapa juga, pikirnya. Mereka sudah menjadi suami istri selama dua bulan. Dan Ara belum terlalu mengenal sifat suaminya. Astaga.
Makan malam pun siap. Piring dan gelas sudah di susun oleh Bi Mala, asisten di rumah ini.
Ara kembali ke kamar, karena ingin memanggil Gavin untuk makan malam.
Begitu Ara memasuki kamar, nyatanya Gavin masih tertidur pulas. Ara jadi tidak tega untuk membangunkannya. Tapi kini sudah pukul setengah delapan malam, dan waktunya makan malam. Tidak mungkin Ara membiarkan suaminya itu kelaparan.
Ara melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, lalu duduk di tepi ranjang. Gavin terlihat seperti bayi, jika tertidur lelap seperti ini. Begitu polos.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...