Part 14

37.3K 2.4K 84
                                        

Happy Reading~

~•~

"Huh, capek banget otak gue. Rasanya mau pecah aja" keluh Ririn begitu bel istirahat berbunyi

Ara mengangguk setuju. Diapun sama juga, capek.

Bayangkan saja, pagi tadi sudah upacara bendera panas-panas, lalu masuk kelas dilanjutkan dengan ulangan mendadak. Terlebih pelajaran yang sangat menyebalkan, yaitu Matematika. Apa tidak pecah tuh otak.

Padahal ujian semester tinggal sedikit lagi, tapi masih saja ada yang melakukan ulangan seperti ini. Lebih baik satu kali saja di ujian kan.

"Yaudah, yuk kantin. Laper banget" Keduanya berjalan menuju kantin.

"Ra, pulsek kita jalan yuk. Semenjak lo nikah, kita nggak pernah jalan bareng lagi. Gue jadi jalan sendirian selama ini" ujar Ririn sembari mengantri di salah satu stan makanan

"Ngomongnya pelan-pelan dong, Rin. Gimana kalau ada yang denger" Ara memperhatikan sekeliling, lalu menghembuskan napas pelan. Untung saja kantin sedang ramai, sehingga pembicaraan mereka teredam dengan yang lainnya

Ririn menyengir "Heheh, sorry. Pokoknya sebentar kita jalan, nggak mau tahu. Titik." ujarnya sedikit berbisik

"Lo ngomong apaan. Nggak kedengaran tahu"

"Ck. Gue ngomong kenceng salah, ngomong bisik-bisik salah"

"Ya lo ngomongnya ngapain bisik-bisik, udah tahu kita lagi bising gini. Ya nggak kedengaranlah lo ngomong apa" ujar Ara sambil berjalan menuju tempat duduk setelah selesai mengantri

"Iya deh iya. Lo sensi banget hari ini. Lo nggak lagi ngisi kan, Ra" Ririn curiga pada temannya ini, sedari tadi bicaranya ketus melulu

"Ngisi apaan?" tanya Ara bingung

Ririn memutar bola matanya, temannya ini memang kadang lemot juga.

"Maksud gue, lo hamil ya?"

Ara tersedak makanannya, segera mengambil minumnya.

"Gila lo ya. Mana ada gue hamil, ngada-ngada lo" Lagipula mereka belum pernah melakukan hal itu, jadi mana ada Ara hamil.

"Ya kan, lo udah nikah. Jadi mungkin aja kan. Habisnya lo sensian banget dari tadi"

"Gue lagi PMS, hari pertama. Jadi ya gitu"

Ririn mengangguk mengerti. Pantas saja, pikirnya. Kemudian melanjutkan makanannya.

"ANJIRR" pekik Ririn tiba-tiba

"Kenapa sih, Rin?" Ara mengerutkan keningnya, bingung dengan temannya itu. Apa Ririn kesurupan, tapi tidak mungkin.

"Ra, lo lihat ke belakang. Tapi jangan emosi"

Ara bingung, karena itu dia menoleh ke belakang. Dari mejanya, dia bisa melihat di meja Gavin, bukan lagi tiga orang tapi empat orang.

"Dih, sumpah ya. Tuh pengharum ruangan udah mulai berani ngedeketin suami lo, Ra. Gue yang emosi jadinya, terus kenapa juga Kak Gavin nggak ngusir aja sih tu pengarum ruangan"

BIG BABY [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang