"Oke, karena semua sudah berkumpul jadi langsung saja Ibu beritahu kabar penting untuk kalian semua. Dua bulan lagi kita ada perlombaan cheer se-Jabodetabek, jadi ibu minta latihan kali ini tolong lebih ekstra dan fokus jangan ada yang main-main lagi. Mengerti?" ujar Bu Siska selaku pelatih Cheerleader di sekolah SMA Pancasila.
"Mengerti, bu" serempak semua anggota cheer yang berkumpul
Saat ini semua anggota cheer sedang berkumpul di Aula, termasuk Ara dan Ririn. Ara memasuki ekskul ini karena memang sedari kecil dirinya sudah suka dengan yang namanya menari terlebih itu dance. Sedangkan, Ririn masuk ekskul ini karena dirinya penasaran dan lama kelamaan mulai menyukainya.
"Baik. Dan untuk Stella, kamu kapten disini. Jadi tolong, awasi semuanya dan latihan dengan benar selagi Ibu tidak mendampingi kalian" ucap Bu Siska lagi pada Stella--kapten Cheer mereka.
"Siap, Bu" jawab Stella. Dia murid kelas 11 IPA 1, cantik, bentuk tubuh yang sempurna cocok untuk menjadi kapten cheer mereka yang baru.
Kata Ririn sebenarnya, waktu pemilihan ketua kemarin Ara juga termasuk. Hanya karena dirinya tidak masuk hari itu karena ijin, makanya yang tersisa dua orang. Dan Stella mendapat dukungan paling banyak untuk menjadi ketua, dan wakilnya adalah Fina.
Lagipula, tidak masalah dia tidak bisa menjadi ketua. Berada di kelompok ini saja sudah cukup untuk menyalurkan hobbynya.
"Karena lombanya udah dekat, kita bakal latihan tiap hari mulai sabtu besok. Gimana?" tanya Stella begitu Bu Siska keluar dari Aula.
Semuanya mengangguk setuju akan usul dari Stella.
"Oke. Jadi nggak ada alasan buat ijin ini itu. Kalau mau ijin, harus kasih alasan yang jelas dulu" ujar Stella sedikit menyindir Ara. Memang Ara sadar, kalau Stella tidak begitu menyukai dirinya. Entah apa alasan itu. Dan mengenai ijinnya kemarin, tidak ada yang tahu alasan yang jelas kenapa, kecuali Ririn tentunya.
Begitu pengumuman itu selesai, mereka bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing. Tetapi banyak yang menuju ke kantin begitu pula dengan Ara dan Ririn. Mereka ingin membeli minum, karena sudah haus sekali.
"Gue herman deh, si pengharum ruangan itu masih aja sinisin lo. Nggak sebelum atau sesudah" celetuk Ririn saat mereka berjalan menuju kantin
Ara mengerutkan kening bingung. Pengharum ruangan, siapa?
"Siapa?" tanyanya
"Ck. Itu tuh si Stella, nama dia kan sama kek pengharum ruangan. Belagu banget, karena bisa jadi kapten. Seneng banget dia waktu itu lo nggak hadir. Coba aja lo nggak ijin karena nikahan lo itu, pasti lo deh yang kepilih" cerocos Ririn terus-menerus
Ara menahan tawanya, mendengar nama Stella diubah begitu. Ya, emang benar sih pengharum ruangan namanya Stella.
"Udahlah, mungkin emang udah takdirnya dia yang kepilih"
"Huft, ya iya. Tapi tetep aja, gue nggak terima. Awas aja kalo sampe nanti kita latihan dianya malah nyante tinggal nyuruh ini itu. Gue bejek-bejek, mukanya" ujar Ririn sambil meninju-ninju udara membuat Ara tertawa melihatnya.
Begitu sampai di kantin, mereka segera mengantri. Kantin sudah sepi, yang tersisa hanya beberapa anak cheer, dan anak-anak yang membolos pelajaran. Untung saja, mereka sudah ijin pada guru pelajaran di jam ini, kalau tidak pasti absennya diisi bolos.
Ting!
Saat sedang mengantri dan mengobrol dengan Ririn. Handphone-nya tiba-tiba saja berdering. Ara mengambil ponselnya dari saku untuk melihat siapa yang mengirmnya pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...