Seperti yang di perkirakan kemarin. Hari ini, Ara dibondong beberapa pertanyaan mengenai hubungannya dengan Gavin. Seperti seleb saja di tanyain begitu. Tapi bagaimana lagi, Gavin termasuk salah satu siswa populer di sekolahnya.
Kini Ara dan Ririn berada di kantin untuk mengisi perut. Tapi, saat ini waktu makannya sedikit terganggu dengan kedatangan orang yang datang hanya untuk mempertanyakan hal sepele.
BRAAKK!!!
"Anjing, kaget" umpat Ririn begitu meja yang mereka tempati di pukul keras. Ara pun sama terkejut, tapi dia tidak sampai mengumpat seperti Ririn.
"Heh, bisa nggak usah ngagetin nggak sih. Kaget gue, untung nggak ada riwayat penyakit jantung. Kalau nggak, tanggung jawab lo" cerocos Ririn pada orang di hadapan mereka kini.
"Ck. Gue nggak ada urusan sama lo ya"
"Dih, yaudah. Kalau nggak ada urusan, pergi sana jangan ganggu disini orang lagi makan" Ririn itu sedikit bar-bar, ralat memang bar-bar sedangkan Ara dibilang pendiam juga tidak, di bilang bar-bar juga tidak terlalu. Jadi, netral lah.
"Gue ada urusannya sama teman lo itu" sambil menunjuk Ara dengan dagunya
"Kenapa?" tanya Ara pada orang di depannya
"Ada hubungan apa lo sama Kak Gavin?"
"Ck. Pertanyaan lo nggak penting banget sih, pengharum ruangan" sarkas Ririn.
Ya, itu Stella atau biasanya Ririn panggil dengan pengharum ruangan.
"Diem deh, lo" suruh Stella mendelik ke arah Ririn
"Dih, lo siapa nyuruh gue diem" balas Ririn
"Emang kenapa?" Ara bertanya menghentikan perdebatan kedua orang itu. Membuat atensi Stella kembali pada Ara.
"Ya gue tanya aja. Ada hubungan apa lo sama Kak Gavin? Apa adek kakak, tapi nggak mungkin dilihat kalian emang nggak begitu mirip. Apa sepupuan? Jawab dong, jangan diem aja"
Ara memutar bola matanya malas "Pertanyaan lo nggak penting banget" sambil melanjutkan makanannya
"Penting buat gue, karena gue itu calon pacarnya Kak Gavin"
"Dih, pede banget lo. Emang, Kak Gavin mau sama lo?" sambar Ririn
"Ya, pasti maulah. Secara, gue itu cantik, pinter, ketua cheers, anak donatur terbesar disini. Jadi, pasti cocok lah gue sama Kak Gavin" ujar Stella penuh percaya diri. Meskipun itu benar.
"Ehm, emang lo mau buat apa kalau gue itu saudara or sepupu or siapapun Kak Gavin?" tanya Ara. Dia harus segera menyelesaikan ini dengan cepat.
"Oh my, jadi lo sepupuan sama Kak Gavin. Jadi, selama ini Kak Gavin, sering merhatiin lo karena itu" heboh Stella sendiri
"What? Apa maksud lo?" Ara terkejut dengan Gavin yang sering memperhatikannya, dia rasa tidak mungkin.
"Nggak. Jadk, bisa dong, Ra, deketin gue sama Kak Gavin. Kan lo sepupunya"
"Siapa sih yang bilang Ara sepupuan sama Kak Gavin? Orang dia itu is--"
"Rin!" Ara memelototi Ririn agar tidak membocorkan rahasianya.
"Yaudah, gue mau ke temen gue dulu. Nanti gue balik minta bantuan lo buat ngedeketin kita berdua. Oke, bye" ujar Stella pergi setelah mengibaskan rambutnya ke belakang.
"Dih, nggak sudi kita nyambut lo lagi. Pergi sana yang jauh. Lagian, Ara itu istrinya nggak mungkinlah dia mau ngedeketin lo berdua" ucap Ririn pada Stella dan langsung memelankan kalimatnya yang terakhir, takut-takut ada yang mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [On-Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] _____________ Dijodohkan!? Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran Ara untuk menikah muda--apalagi menikah dengan kakak kelasnya sendiri yang mempunyai sifat seperti es batu. Dingin. Tapi jika sudah dijodohkan da...