Prolog

117K 12K 1.1K
                                    

"Zeus..."

Seorang lekaki dengan mata setajam elang itu menatap datar perempuan dengan perut besar di hadapannya.

Setelah berbulan-bulan Zeus mencari perempuan itu untuk membunuh janin yang ada di dalam kandungannya. Glasia malah datang sendiri kepadanya di saat kandungannya sudah membesar.

"Gue ngga suka berbasa-basi Glasia," geram Zeus, ia maju selangkah, membuat Glasia sedikit gemetar.

"Biarin gue lahirin anak ini!" Pekik Glasia.

Zeus menaikkan sebelah alisnya, seharusnya jika Glasia berniat melahirkan bayi itu, dia harus tetap pada persembunyiannya, bukannya datang kepadanya seperti ini.

"Lo tau itu mustahil, Glasia. Lo tau gue masih 18 tahun, dan gue belum siap."

"Apa lo ngga pernah suka sama gue sedikitpun?" Tanya Glasia, meski ia tau dengan jelas jawabannya.

Zeus memalingkan wajah, ia memang 'meniduri' Glasia dari SMP. Hanya dengan Glasia. Itu karena Zeus tidak ingin asal coblos sana-sini, ia tidak ingin terkena penyakit, dan poin pentingnya mereka melakukan itu karena suka sama suka.

Tapi, ia tidak menyangka bahwa Glasia yang merupakan sahabatnya sejak kecil ternyata menyimpan perasaan padanya, itu sebabnya Glasia nekat tidak meminum pil kontrasepsi yang menyebabkan janin itu berada dalam kandungannya.

Zeus tak peduli pada anak itu maupun Glasia, karena baginya Glasia itu hanya sebatas teman tidurnya, tidak lebih.

"Lo tau jawabannya, Glasia."

Glasia tersenyum miris, ia menyentuh perut besarnya, "Kalo gitu gue mohon sebagai sahabat lo, kali ini aja, biarin anak gue hidup."

"Kalo lo mau anak itu hidup, maka harusnya lo ngga keluar dari persembunyian lo!"

"Gue sakit Zeus."

Tiga kata itu mampu membuat Zeus bungkam. Zeus terdiam, memberi Glasia kesempatan untuk menjelaskan lebih.

"Gue tau kalo gue sakit sebelum gue hamil, karena itu gue nekat buat ngandung anak lo. Seenggaknya, gue bisa punya sesuatu dari lo karena gue ngga bisa miliki hati lo,"

"Gue ngga bisa ngerawat anak ini karena gue ngga yakin gue masih hidup atau ngga pas dia udah lahir," lanjut Glasia.

"Gue ngga peduli, anak itu harus tetep mati."

Glasia menggeleng lemah, ternyata Zeus memang tidak punya belas kasihan. Zeus yang selalu di segani karena dia adalah seorang Lord of Mafia ternyata adalah sebuah batu yang tidak punya perasaan.

"Kita buat perjanjian."

Zeus terdiam sesaat, menatap manik mata Glasia dalam. Gadis itu tampak sangat menyedihkan saat ini, bahkan air mata juga terus mengalir dalam diam dari pelupuk matanya.

"Perjanjian apa?"

"Gue tau lo lagi berusaha untuk dapetin hak waris kan? Gue bisa bantu lo, papa gue salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan keluarga lo, gue akan minta papa agar ngasih seluruh sahamnya buat lo."

"Lo pikir om Gavin akan mau ngasih sahamnya buat orang yang udah ngerusak masa depan putrinya?"

"Kenapa ngga? Gue anak satu-satunya, dan lo adalah papa dari calon anak gue sekaligus cucunya papa. Kita ngga perlu ceritain soal lo yang mau bunuh dia, kita hanya perlu ngarang cerita kalo kita saling mencintai."

Zeus memejamkan matanya, memikirkan kemungkinan besar bahwa hak waris akan jatuh ke tangannya jika papa Glasia ikut turun tangan.

"Sebagai gantinya, tolong rawat anak ini," lirih Glasia.

Zeus menghembuskan napas lelah.

"Oke, tapi jangan salahin gue kalo gue ngga bisa jadi papa yang baik buat dia."

Glasia terkekeh, tawa yang begitu sumbang, berbeda dengan Glasia yang dulu. Dia terlihat sangat lelah.

"Gue sumpahin lo jadi papa bucin."

-o0o-

Antagonis PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang