Bab. 10 || Regan Allendis

61.3K 10.8K 1.3K
                                    


⚠️Awas Typo Bertebaran⚠️

-o0o-
Happy
Reading
-o0o-

Zeus menatap dokter yang baru saja menangani Miya dengan tajam. Rasanya Zeus ingin mencekik leher dokter ini.

"Kami masih belum mengetahui penyebabnya. Karena berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada yang salah dengan putri anda," ucap dokter tersebut.

Jelas-jelas Zeus dan Alarick melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana menderitanya Miya karena darah yang terus keluar dari pelupuk matanya.

"Gue bilang, periksa sekali lagi! Lo ini dokter gadungan apa gimana? Darah keluar dari matanya dan Lo bilang itu gak ada yang salah. Mata Lo berdarah pas kecil? Kalo ngga sini gue colok," ucapnya.

Zeus mengambil sebuah alat yang tidak Zeus ketahui apa namanya. Lelaki itu bersiap untuk mencongkel mata sang dokter jika saat Alarick tidak menahannya.

Dokter Andra menghela napas pelan. Dia benar-benar membutuhkan kesabaran ekstra dalam menghadapi keluarga pasien seperti Zeus. Padahal dia hanya memberitahukan hasil pemeriksaan.

Beruntungnya, dokter Andra sudah terlatih untuk tetap bersikap tenang disaat-saat seperti ini. Jika tidak, mungkin dia sudah lari terbirit-birit karena takut dengan Zeus.

"Saya sarankan putri bapak dirawat inap disini dulu agar bisa mendapatkan perawatan yang intensif apabila gejala yang sama terulang lagi."

Alarick menarik Zeus untuk pergi dari ruangan dokter sebelum lelaki itu benar-benar membunuh dokter Andra. Itu hanya akan menambah masalah saja.

"Lepasin gue brengsek!"

Alarick melepaskan cengkeramannya ketika mereka sudah sampai di lorong yang sepi. Dia menghembuskan napas pelan.

"Dasar bodoh! Lo mau kita diusir gara-gara buat keributan? Emosi boleh, tapi otak tetep di pake."

Zeus terdiam, dia berusaha menetralkan napasnya yang menggebu-gebu. Sedangkan, Alarick hanya menatap Zeus sambil tersenyum miring.

"Lo masih sama ya, gegabah, ngga pernah bisa berpikir logis dan mudah kebawa emosi," lanjutnya.

"Gue lebih tua dari Lo. Gue tau apa yang harus gue lakuin," ucap Zeus. Kemudian, lelaki itu berlalu pergi meninggalkan Alarick yang hanya bisa berdecak kesal.

-o0o-

Ruang Mawar No. 11

Itu adalah ruangan dimana Miya terbaring di brankar dengan kedua mata yang sudah di perban. Untuk sementara, dia tidak bisa melihat karena matanya yang diperban.

Miya bangkit dari tidurnya. Rasanya, seluruh tubuhnya mati rasa dan lidahnya begitu pahit. Tanpa melihat pun dia sudah tau, dirinya tengah berada di rumah sakit.

Masalahnya, sejak Miya sadar, dia belum mendengar suara apapun. Dimana Zeus dan Alarick? Pertanyaan itu muncul dibenaknya.

Suara pintu terbuka membuat Miya sedikit merasa lega. Itu pas Zeus atau Alarick.

Antagonis PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang