Bab. 19 || Sebuah Panggilan

41.6K 8K 1.1K
                                    

Hi.

-o0o-
Happy
Reading
-o0o-

Miya menghentakkan kakinya dengan kesal sambil menatap jalan raya yang banyak genangan air selepas hujan. Kejadian memalukan itu masih terbayang di benaknya.

"Zeus mana sih. Dari tadi belom nongol-nongol juga, lama-lama gue pecat nih jadi Papa," gumam Miya.

Ini sudah satu jam sejak bel pulang berbunyi. Namun, tidak ada tanda-tanda kedatangan Zeus. Membuat Miya semakin dongkol karenanya.

"Mau bareng?"

Suara menyebalkan itu membuat Miya mendengus kesal. Tanpa menoleh pun dia tau siapa pemilik suara itu.

"Kayaknya jemputan kamu ngga akan dateng deh. Kalo mau bareng ngga apa, justru aku dapet pahala karena nolongin gembel terlantar."

Miya menoleh, menatap Xavier yang tersenyum sombong. Harusnya, Miya tidak perlu terbawa perasaan karena Xavier hanyalah anak kecil nakal. Tapi, setiap kata yang keluar dari bibir anak itu selalu berhasil membuat emosi Miya memuncak.

"Jangan ngajak ribut atau aku buat kamu masuk rumah sakit lagi. Oh, atau mungkin kali ini kuburan kali ya," ucap Miya sembari menatap tajam Xavier.

Xavier itu tampan, lebih tampan dari Zeus dan Alarick. Namun, sayangnya sepertinya dia memiliki masalah dengan kepribadian dan sifatnya itu.

"Coba aja kalo bisa. Tapi, sebelum kamu lakuin itu, mungkin aja kali ini ciumnya bukan di pipi," ucap Xavier.

Miya mengerutkan keningnya, dia benar-benar tidak mengerti. Bagaimana bisa anak seusia Xavier paham akan hal seperti itu?

"Hei, bocil. Kamu tau semua itu dari mana?" Tanya Miya.

"Dari Papa, Papa pernah ngomong gitu," ucap Xavier dengan tatapan polosnya.

Miya menepuk keningnya pelan. Rupanya anak yang berada di depannya ini salah pergaulan. Pantas saja gaya bicara dan apa yang dia ucapkan seperti orang dewasa.

"Bilang sama Papa dan Mama kamu. Kalau mau mesraan jangan di depan kamu!"

Tatapan Xavier berubah menjadi datar, membuat Miya sedikit tertegun. Tatapan itu... Miya pernah melihatnya. Itu adalah tatapan yang biasanya Miya tunjukan di kehidupan sebelumnya.

"Papa bukan mesraan sama Mama," gumam Xavier yang dapat di dengar oleh Miya.

Hening. Miya tidak berani membuka suara, Xavier yang sekarang berada di depannya, mengingatkannya pada dirinya yang dulu.

Miya menendang kaki kanan Xavier, membuat anak laki-laki itu mengerang kesakitan. Lalu, Miya tersenyum menatapnya.

"Kalau Papa kamu mesraan sama perempuan lain di depan kamu, tendang aja kakinya kayak tadi. Masa kamu lawan aku bisa, lawan bajing-Papa kamu ngga bisa?"

"Apa yang bisa dan ngga bisa?" Sebuah suara mengejutkan Miya dan Xavier. Mereka berdua menatap seorang lelaki tampan yang berdiri tepat di sebelah Miya.

"Papa!" Seru Miya saat Zeus mengacak rambutnya hingga berantakan.

Xavier berdecih pelan, "Pantes kamu bilang gitu. Kamu aja punya Papa yang sayang sama kamu. Kamu ngga tau gimana rasanya..." Xavier terdiam, tidak bisa melanjutkan perkataannya.

Antagonis PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang