NB!
Baca ini dulu biar ngerti alur nya!!
Untuk font yang miring semua itu berarti batinnya neng Jiyeon ya....
Sedangkan yang font miring dan diikuti tanda petik di awal dan diakhir itu berarti batin dari salah satu cast.
Okey...enjoy this story!
Hope u like it!!
oOo
Semilir angin malam melingkupi empat insan berbeda usia itu, suara gemericik air sebagai pemecah kesunyian yang tercipta,
Hening,
Suasana tercipta saat kalimat sederhana itu terlontar jelas penuh pengharapan, jemari kurus itu menggenggam erat, menatap manik rubah itu dengan penuh harap.
Tak ada balasan, Jiyeon, gadis cantik itu masih berkutat dengan pikirannya, tak terpikir olehnya permintaan itu terucap lancar.
Sang ayah, menghela nafas panjang, mengelus puncak kepala sang bungsu walau lidah seakan kelu takut pria kecil itu kembali terpuruk.
"Temani Sean kak, jangan tinggalkan Sean..." Lagi, ucapan penuh harap itu kembali mengalun ditengah sepinya taman,
Jiyeon menghela nafas samar, matanya terpejam menimbang segala hal yang akan terjadi, baik ataupun buruk, Untung ataupun buntung, berkah atau malah karma.
Semua harus ia pikirkan secara matang, gelar sempurna nya kini menjadi taruhan.
Apa yang harus aku lakukan? Jika ini abad 21, maka dengan senang hati aku akan menyetujuinya. Tapi, di abad ini pemikiran orang orang masihlah kolot.
Ini akan mencemari namaku yang sudah mulai aku bangun sedemikian rupa.
Gabriel menunduk, mensejajarkan dirinya dengan sang bungsu sembari menatap sayang. "Kak Jiyeon, tidak bisa..." Ujar pria nomor satu di tiga negara bagian itu.
Manik bulat Sean bergetar, embun hangat kembali menyapa seakan siap terjun kapan saja, "Sean tak mau kehilangan lagi! Bagaimana jika kak Jiyeon seperti ibu? Bagaimana..."
"Tapi, jika seseorang gadis bangsawan yang belum memiliki pasangan keluar masuk istana bahkan sampai menginap, itu akan membuat namanya buruk, Sean mau?" Tanya Gabriel lembut, Sean menggeleng pelan.
"Tapi, Sean mau sama kak Jiyeon!" Pria kecil itu menyingkir pelan dari hadapan sang ayah, bersembunyi dibalik gaun perak milik gadis bersurai hitam itu,
Krystal tampak mengerutkan dahinya, jari telunjuknya menepuk pelan di area dagu, sedetik setelahnya senyum cantik terukir indah. "Jika Jiyeon tak bisa menginap di istana, dan Sean tak bisa menginap di kediaman Marquis! Bagaimana jika Jiyeon dan Sean menginap di rumah ku, paman?" Tawar Krystal sembari tersenyum cerah.
"Bagaimanapun kami teman wanita bangsawan sebaya, masyarakat akan mengerti! Dan Sean, dia tetaplah sepupuku dan aku tetap memiliki darah kerajaan, bagaimana?" Tanya Krystal lagi sembari mengelus puncak kepala Sean lembut.
Gabriel tersenyum tipis, "Semua keputusan ada di kamu, Jiyeon." Ujarnya pelan menaruh harapan, bagaimanapun juga mungkin hanya Jiyeon lah yang bisa membujuk Sean untuk melakukan terapi.
Jiyeon tersenyum manis, menarik lengan kurus Sean agar pria bersurai perak itu menatap kearahnya, "Bagaimana?"
Senyuman cerah tercipta, Sean berhambur kedalam dekapan gadis bersurai hitam itu, "Kakak akan bersama Sean?" Ujarnya senang. Jiyeon terkekeh kecil, mengangguk pelan sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Queen
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!!] ketika seorang gadis era 21 masuk kedalam novel era pertengahan. Rian, seorang gadis yang berjuang hidup dalam ketidakadilan, apakah setelah mati pun ia harus mendapatkan ketidakadilan? inilah kisah, kisah seorang protagon...