Sambungan part sebelumnya.Selamat membaca!
-----------------------------
Seorang pria mengenakan topeng mirip joker-membawa pisau daging besar berjalan mendekati tubuh wanita yang terbujur kaku dengan pisau tertancap didahi. Pria itu mendesah kecewa-lalu matanya memandang chester kesal. Ia lalu melangkah-menghampiri chester.
"senang mencuri mangsa orang lain, mr. Chadwell." sindir pria itu.
"terlalu lambat, mr. Lorry" chester tersenyum mencemooh.
Pria itu berdecih-menggenggam kuat pisau dagingnya. Kalau orang didepannya ini bukan lah chester-salah satu orang paling berbahaya di perkumpulan mereka-mampu membunuh orang hanya menggunakan sebatang jarum bahkan tanpa senjata sekalipun, sudah pasti pisau daging itu ia lempar keleher chester. Tapi tidak-ia masih ingin hidup panjang, tidak mau terlalu cepat menjumpai penjaga pintu gerbang neraka.pria itu mendengus , lalu beranjak pergi dari hadapan chester. Sebelum pergi. Ia sempat melirik kearah arianna yang hanua berdiri mematung tanpa ekspresi. Satu alis dibalik topengnya terangkat-merasa ada yang aneh dengan gadis itu karena tidak ketakutan sama sekali.
"gadis yang menarik chester-kuharap dia berumur panjang" ucap pria itu lantang sebelum menghilang dari pandangan chester.
Ariana yang sejak tadi menyimak melalui telinganya berjengit-bingung. Kepalanya sedang bekerja keras memikirkan apa maksud ucapan.pria asing tadi. Dan kenapa dari suaranya pria itu terlihat marah? Ia mulai merasakan ada hal tidak berea terjadi ditempat ini. Terlebih bau anyir seperti yang ia cium saat chester datang kerumah bibi dan pamannya waktu itu semakin jelas. Apa terjadi pembunuhan? Astaga-kelopak mata arianna melebar seketika, darahnya berdesir dan tubuhnya menegang. Rasa takut sekaligus cemaa berpadu menyelubungi benaknya. Ia menggelengkan kepala pelan-tidak percaya.
Tidak, tidak mungkin-apa terjadi pembunuhan disini? Dan apa para tamu mereka dibunuh secara massal?, batin arianna. Ia menelan salivanya-jika apa yang ia pikirkan benar, apa yang ia harus lakukan? Kabur pun percuma-mau menolong juga bagaimana-ia buta.
Disampingnya, chester sedang mengamati ariana. Ia sadar bahwa gadis itu mulai menyadari apa yang terjadi ditempat ini. Tapi ia tidak panik, justru senyum tipis lah yang muncul diwajahnya. Dalam hati ia justru memuji arianna-gadis itu ternyata cerdas, mampu memahami situasi berdasarkan pendengaran. Tidak percuma ia mengambil ariana dari tempat terpencil, gadis yang ia bawa bukanlah gadis buta biasa.
Tampaknya para tamu undangan sudah dibantai habis-tidak bersisa. Chester tahu ia terlambat bergabung-ia harus puas mendapatkan satu orang saja. Mata chester memandang sekeliling ruang lebar dihadapannya dengan tatapan datar. Ruang yang tadinya terlihat mewah, rapi dan bersih kini berganti menjadi penuh bercak kemerahan, pernak-pernik hiasan yang tergantung jatuh tidak karuan dan dimana-mana berserakan potongan tubuh berupa tangan, jari, kepala, kaki, bahkan organ bagian dalam.
"bisakah kita pergi dari sini?" cetus ariana memecahkan keheningan. "perutku mual-aku-ingin muntah"
Ariana mengatakan yang sebenarnya, wajahnya memucat-rona merah dibibirnya hilang, dan keringat dingin mengalir disepanjang pelipisnya.
Chester pun bergegas membawa arianna pergi keluar. Mereka menuju keparkiran dimana mobil chester berada. Setelah berada didalam mobil, perasaan arianna sedikit lebih baik-rasa pusingnya juga berkurang-tubuhnya juga jauh lebih rileks. Berbeda dengan apa yang ia rasakan saat didalam ruang pesta tadi, begitu menyesakkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird in the cage
General FictionAriana Joanna stan adalah seorang gadis buta yang hidup bersama bibi dan pamannya. Kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan ariana sejak ia berusia 8 tahun. Ariana terbiasa melakukan semua hal sendiri, karena tak mau merepotkan siapapun. Kehidu...