-Kedatangan Malaikat-

4.1K 241 3
                                    

Matahari pagi mulai beranjak naik keatas permukaan, cahaya keemasan menyinari seluruh pelosok desa. Tak terkecuali sebuah rumah kecil yang terletak diarea perbukitan, diujung desa.

Sebuah kamar berukuran 3x4, dengan perabotan yang minim. Hanya tersedia satu tempat tidur kecil dan lemari baju pendek. Seorang gadis yang sedari tadi sudah bangun duduk disudut ruangan menatap hampa kearah jendela. Gadis itu sesekali mengadahkan tangannya guna menyerap kehangatan cahaya matahari yang masuk kedalam kamarnya.

Gadis itu ingin sekali malihat bagaimana indahnya warna cahaya itu, bagaimana pemamdangan desa dikala menjelang pagi. Namun, ia harus memupuskan keinginannya tersebut karena itu tak kan pernah terwujud. Matanya memang terbuka lebar namun sayangnya ia tak dapat melihat. Matanya telah cacat sejak ia dilahirkan kedunia ini. Semua yang ia lihat sama, gelap dan pekat. Ia bahkan tak tau bagaimana rupa wajah kedua orang tuanya hingga sekarang. Yang ia ingat hanyalah suara, suara ayah dan ibunya yg memanggil namanya dengan penuh kasih sayang. Dia terus mengingat suara tersebut hingga sekarang.

Suara pintu kamar gadis itu terbuka, seorang pria bertubuh gempal, berjenggot lebat mengenakan pakaian lusuh masuk dengan langkah kasar keruangan gadis itu. Gadis itu tak merasa terkejut sama sekali. Karena suara itu sudah ia dengar semenjak ia kecil.

"ariana!!" panggil pria itu dengan suara keras. "kau lupa, kusuruh kau untuk bersiap, kau malah duduk dan masih memakai baju seperti itu"

Semalam sebelum tidur, gadis itu, ariana, diberi tahu untuk bersiap pagi-pagi dan nmemakai baju bagus. Entah mengapa ia disuruh melakukan hal tersebut. Ariana, tak menginganya karena terlalu terhanyut menikmati cahaya pagi.

"baik paman vin. Maafkan aku, aku lupa" balas ariana lembut.

Pria yang dipanggilnya paman vin hanya memdengus sambari menatap keponakannya itu dengan kesal. "cepat, aku tak mau tahu kau harus sudah bersiap 30 menit lagi"

Paman vin meninggalkan ruangan itu, menutup pintu dengan hentakan keras. Kuping ariana terasa berdengung mendengarnya.

Tak mau membuat paman vin kembali untuk mengatakan kata-kata kasarnya, ariana langsung beranjak dari tempat duduknya. Meskipun tak dapat melihat, ia mampu melakukan kegiatannya sendiri.

Kebutaannya telah menjadi teman lamanya, ariana telah terbiasa. Ia sudah hafal dimana posisi perabotan didalam kamarnya, dimana letak lemari, handuk, sisir, bahkan arah menuju pintu kamar mandi maupun pintu keluar.

Tanpa kesulitan, ariana meraih handuknya lalu berjalan menuju kamar mandi. Tak membutuhkan waktu lama, ariana sudah selesai membersihkan dirinya.

Lagipula untuk apa seorang gadis buta berada terlalu lama didalam kamar mandi. Ia mengeringkan rambut dengan cepat menggunakan handuk, lalu mengenakan pakaian yang ia ambil didalam lemari kayunya. Ariana tak kesulitan untuk menemukan pakaian yang akan ia pakai.

Ariana duduk didepan cermin, matanya memandang pantulan dirinya dicermin tersebut. Namun, ia tak mampu melihat bagaimana rupanya saat ini. Entah apakah ia terlihat cantik atau tidak, ariana tak pernah mengetahuinya.
Ariana tak bergeming dari tempat duduknya, ia masih memiliki beberapa menit waktu yang telah diberikan oleh paman vin. Ariana tak tahu kenapa pamannya tersebut menyuruhnya bersiap diri. Ariana tak menolak perintahnya karena paman vin adalah adik dari mendiang ayahnya, ia adalah wali ariana.

Paman vin memiliki seorang istri bernama bethny dan seorang anak laki-laki yang usianya lebih tua dariku. Dia telah menikah dengan seorang wanita yang dicintainya dan pergi tinggal diibukota.ia hanya sesekali pulang mengunjungi bibi bethny dan paman vin di hari natal.

Ariana selalu berusaha untuk tak merepotkan mereka, dan melakukan semua hal seorang diri termasuk mencuci, menyiapkan makanan, dan terkadang ia bekerja diluar membantu mrs. Debora menjual bunga atau terkadang menunggu tokonya saat ia pergi.

Selama tinggal dengan paman dan bibinya, ariana tak pernah merasakan hangatnya kasih sayang dari mereka. Paman vin dengan sikapnya yang kasar serta bibi bethny yang seolah-olah menganggap ariana tak ada. Mereka hanya bersikap baik pada anaknya saja, dan hanya bersikap kasar pada ariana.

Sudah hampir 30 menit, baru saja ariana hendak beranjak dari tempat duduknya, ia mendengar kegaduhan dari luar kamar. Terdengar suara teriakan panik, ariana tau itu suara bibi bethny. Ariana mematung didepan pintu kamarnya, suara bibi bethny telah hilang.
Kini ia mendengar suara langkah kaki seseorang tengah berjalan menuju pintu kamarnya.
Jantung ariana berdegup kencang, ada rasa kekhawatiran mulai menyelimuti dirinya. Ia tahu dan hafal betul langkah kaki penghuni rumah ini. Meskipun buta, ariana memiliki pendengaran yang tajam serta kemampuan mengingat yang baik. Langkah kaki tersebut berhenti, kenop pintu kamar ariana berputar, ariana refleks mundur, menjauh dari pintu.

Pintu tersebut terbuka, suara langkah kaki kembali terdengar melangkah masuk kedalam kamar ariana.
Tubuh ariana membeku, jelas ia merasakan bahwa orang yang masuk kekamarnya itu adalah orang asing. Ariana mengernyit, ia mencium bau yang aneh, bau seperti besi berkarat, mirip dengan bau jari tangan ariana yang mengeluarkan darah karena tergores pisau saat memasak.namun ariana berusaha untuk tetap terlihat tenang. Ia tak mau menunjukkan rasa gentar yang kini tengah menjalari sekujur tubuhnya.

"anda siapa?" tanya ariana dengan tenang. Ariana merasa dirinya kini tengah diperhatikan oleh orang asing tersebut.

Suara langkah kaki kembali terdengar, berjalan mendekat ke arah ariana.

"apa kau masuk kesini karena disuruh paman vin?" ariana kembali bertanya "apa aku mengenalmu? Kau wanita atau pria?" ariana terus bertanya tanpa ada jawaban dari orang tersebut. Yang terdengar hanyalah bunyi sepatu yang bersinggungan dengan lantai papan kayu dibawahnya.

Ariana tak bergeming, detak jantungnya kian berpacu cepat, hingga mungkin suara detak jantungnya dapat didengar oleh orang tersebut.
Ariana merasakan sebuah sentuhan punggung tangan di pipi kirinya. Ia mengulangi gerakan yang sama, mengelus pipinya lalu turun mengitari dagu ariana. Lalu berpindah menyentuh rambut ariana. Ariana merasakan pipinya basah, sesuatu yang lengket lekat dipipinya.
Ariana tersentak, saat hembusan nafas menggelitik kulit wajah sisi kanannya.

"aku adalah malaikat yang dikirimkan tuhan untuk menolongmu" suara berat pria dengan halus berbisik ditelinga kanan ariana.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang