Sorry, updatenya lama...
Writer pny penyakit suka mls ngetik...wkakaka.Selamat membaca guys.
***
Mendung dan berangin, ranting-ranting pohon bergesekan menimbulkan bunyi alam yang terdengar menakutkan. Ariana yang tengah tertidur tampak terganggu dengan adanya suara tersebut. Kelopak matanya berkedut dan tak lama terbuka dengan pandangan kosong menatap keatas. Mengerjap berulang sekedar membasahi retina matanya atau mungkin sebuah refleks, ia menguap-mengambil ancang-ancang untuk bangkit. Mengubah posisi menjadi duduk bersandar di kepala tempat tidurnya.
Sadar ini masih pagi buta, harusnya ariana dapat melanjutkan kembali tidurnya. Namun rasa kantuknya sudag lenyap. Kini dalam gelap, kepalanya mulai berpikir apa dan bagaimana hidupnya akan berjalan. Setiap hari ia selalu memikirkan hal itu. Bertanya-tanya, kenapa chester membawanya kerumah ini dan mengurungnya bagai tahanan. Jika pria itu ingin membunuhnya, kenapa tidak dilakukan lebih cepat. Dari pada menunggu seperti ini dan benaknya dipenuhi perasaan was-was. Atau jika pria itu berniat menampungnya, bisakah tidak memperlakukannya seperti seekor burung didalam sangkar. Ia buta, tapi jiwanya tidak buta. Ia juga ingin merasakan hangatnya matahari, segarnya udara diluar dan lembutnya rerumputan membelai telapak kakinya.
Terkejut-tapi ariana mampu menguasai dirinya. Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, lalu ditutup kembali. Tanpa perlu bertanya ariana tahu siapa orang tersebut. Aroma parfum mint bercampur kayu manis pekat, bernuansa seperti musim hujan menyegarkan menyeruak masuk kedalam indera penciuman ariana. Ia bukan pribadi yang cabul, atau maniak, tapi demi apapun ia sangat menyukai aroma tersebut. Begitu menenangkan.
Ia tak bergeming ketika langkah mantap pria itu mendekat, membuat tameng seolah dirinya tenang namun disisi lain denyut jantungnya kian meningkat. Entah itu efek kehadiran pria itu atau ada yang salah dengan dirinya. Ariana tak bisa membedakan.
Langkah kaki berhenti tepat disamping ariana, dan aroma yang menguar dari tubuh pria itu semakin kuat. Ariana terus merapalkan kalimat berulang menyuruh dirinya untuk tenang. Karena rasanya dia ingin menghirup lebih dalam aroma tersebut dan bertanya parfum apa yang dipakainya.
Meskipun tak mampu melihat, ariana jelas merasakan pria itu sedang menatapnya.
Menit berlalu, tidak ada yang memecah keheningan diantara dua manusia berbeda jenis kelamin itu. Hingga kasur ariana bergerak, chester duduk disampingnya tanpa melepaskan pandangan dari ariana. Sebelah tangannya terangkat menyentuh wajah ariana-mengelus hingga garis rahang gadis tersebut.
Gadis itu tetap cantik meskipun baru bangun tidur. Persis seperti sebuah boneka yang tidak berubah meski tidak dimainkan. Lama mengelus dan memperhatikan gadis itu, chester terpikirkan sebuah ide gila. Tidak gila-tapi ide yang sangat spektakuler. Mengajak gadis ini untuk turut memburu para tikus pengkhianat.
"mau ikut denganku?" tanya chester sambil tersenyum miring-lebar dan terlihat menyeramkan.
Mengerutkan kening, ariana cukup terkejut dengan apa yang baru saja chester lontarkan padanya. Ia tidak salah dengar bukan? Chester mengajaknya pergi? Tapi ini aneh, kenapa pria ini tiba-tiba mengajaknya pergi? Selama ini, pria ini tidak membiarkannya keluar dari dalam rumah bahkan sekedar mengunjungi taman diluar.
Lama menunggu jawaban, chester kembali bersuara. "kalau kau tidak mau ikut-tidak masalah" ucap chester dengan nada sedikit persuasif.
"kemana?" ariana bertanya.
"kekantor, mengunjungi tempat kerjaku"
Ariana tampak bimbang, ingin mengiyakan ajakan chester atau tidak. Tapi ia juga penasaran, tempat kerja chester. Ternyata pria itu memang benar memiliki pekerjaan normal, selain sebagai pembunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird in the cage
General FictionAriana Joanna stan adalah seorang gadis buta yang hidup bersama bibi dan pamannya. Kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan ariana sejak ia berusia 8 tahun. Ariana terbiasa melakukan semua hal sendiri, karena tak mau merepotkan siapapun. Kehidu...