.
.
.sebuah ruang kerja berukuran luas, pencahayaan minim
-hanya ada satu cahaya mengarah pada satu objek yang seperti disengaja. objek tersebut adalah seorang pria paruh baya, berdiri tegap, pandangan lurus dengan raut datar- menghadap kearah pria yang tengah duduk dibalik meja besar. tampak tenang meskipun ia mendapat tatapan mematikan dari pria yang tengah duduk dikursi kebesarannya. jika saja bukan dirinya yang sudah terbiasa bersama dengan pria tersebut, dapat dipastikan orang tersebut akan tercekik oleh atmosfer tidak menyenangkan. dia adalah lark. orang yang bertanggung jawab atas kecerobohannya sendiri-kehilangan jejak atas ariana. dan pria yang duduk dihadapannya adalah chester. pria itu sedari tadi tidak berbicara, yang ia lakukan hanya duduk dengan tatapan tajam menghunus. wajah tanpa ekspresi yang sulit diartikan apakah ia saat ini sedang marah atau tidak. tapi lark yang sudah hafal betul bagaimana watak dari tuan yang ia layani itu, tahu persis-chester sedang memikirkan sesuatu-bukan sesuatu yang baik.sejam berlalu, akhirnya chester bergeming dari posisinya. ia merubah duduk menjadi agak condong kedepan. menumpu ujung dagu dengan kedua tangannya. ia menyipitkan mata lalu kembali melebar-terus berulang sampai sebuah senyum miring tercipta dibibirnya.
"lark, aku benci orang tidak kompeten" chester dengan suara berat yang mampu membuat bulu kuduk merinding.
"ya, tuan" sahut lark. ia tidak akan mengatakan pembelaan, karena ini semua murni kesalahannya. apapun hukuman yang diberikan oleh chester ia akan terima.
"baiklah, bukankah kau tahu perjanjian kita?" chester mengangkat sebelah alisnya diikuti senyum miring yang menyeramkan
lark mengangguk, ia pun mengeluarkan pisau dari balik sakunya. berjongkok, menempelkan telapak tangannya dilantai. secara cepat terjadi, lark mengayunkan pisau tersebut dengan kuat kearah telapak tangannya-tepatnya kearah jari telunjuknya. lark tidak berteriak ataupun meringis kesakitan ketika jari telunjuknya sudah terpisah. ia juga tidak menahan darah yang keluar berceceran dari bekas jari tangannya yang terpotong.
"good." ucap chester "jika kecerobohan ini menimbulkan kecerobohan lain, akan ku pastikan kedua lenganmu langsung yang dipotong saat itu juga, lark" tegas chester tidak main-main.
lark mengangguk khidmat, i kemudian chester menyuruhnya untuk pergi dan meminta pelayan lain membersihkan noda darah lark yang ada dilantai.
bangkit dari kursi, ia pun pergi menuju balkon. ketika pintu balkon digeser, angin malam menerpa permukaan kulitnya. kedua tangan besar chester menyentuh pegangan railing , ia pun memejamkan kedua matanya. menarik nafas dalam-semakin dalam maka semakin kuat cengkaraman kedua tangannya pada besi pegangan. cukup lama-sampai chester membuka mata kembali, pria itu dengan anehnya menyunggingkan sebuah senyum tipis aneh. berubah menjadi tawa kencang mengerikan.
"nikmati waktumu ariana." bisiknya dengan mata berkilat.
Kalau gadis itu pikir ia akan berhenti atau tidak akan bisa menemukan dirinya, salah besar. Chester selalu tahu, bahkan pemberontakan kecil yang dilakukan ariana-ia sudah tahu. Ia hanya membiarkan gadis itu-menguji sampai mana gadis itu mampu bertindak. Dan jika batas waktu sudah habis, maka akan ia pastikan ariana akan kembali berada diruangannya lagi. Seperti seekor burung, ia akan memotong kedua sayapnya. Hingga ia tidak akan bisa bergerak bebas untuk selamanya.Tunggu saja.
***
Bandara adalah tujuan louis membawa ariana. Melalui orang kepercayaannya, ia sudah mendapatkan tiket penerbangan menuju new york. Ia akan membawa gadis itu kenegara paman sam itu. Pakaian dan barang yang ada divilla sudah ada didalam koper besar, dihadapannya.
Ariana diam menurut, ketika tangannya digenggam louis-membawanya berjalan. Ia mendengar louis berbicara dengan seorang wanita-tampaknya dia petugas, karena meminta louis menunjukkan tiketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird in the cage
General FictionAriana Joanna stan adalah seorang gadis buta yang hidup bersama bibi dan pamannya. Kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan ariana sejak ia berusia 8 tahun. Ariana terbiasa melakukan semua hal sendiri, karena tak mau merepotkan siapapun. Kehidu...